Membicarakan Iran memang selalu menarik, apakah itu menyangkut perseteruannya dengan Amerika dan Israel (yang oleh sebagian kalangan disebut "omdo"), perkembangan IPTEK-nya yang hampir menyamai negara-negara maju, seperti: Amerika, Jepang dan Eropa, atau menyangkut Syiah-nya yang selalu dituding sebagai agama sesat dan bukan bagian dari Islam.
Membicarakan Iran seperti membicarakan wanita seksi di hadapan seorang alim (jaim?): pura-pura tidak mendengar padahal sebenarnya menyimak, pura-pura benci padahal sebenarnya menikmati.



Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengajak berdebat saudaraku umat Kristiani karena pasti tidak akan mencapai titik temu. Bagi kita, "Lakum diinukum walyadiin" (Untukmu agamamu, untukku agamaku [QS. 109:6]). Tulisan ini pun tidak dimaksudkan untuk mengubah keyakinan orang yang sudah mengakar puluhan tahun. Tulisan ini murni sebuah hasil telaah terhadap kitab suci, hadits, dan pendapat dari berbagai madzhab pemikiran. Adapun nanti mau diterima atau tidak, itu masalah lain. Saya hanya menyampaikan sebuah paradigma (menurut saya) dari hasil telaah itu. Selanjutnya, terserah anda :)
Kekhalifahan Ali memang tidak segempita 'Umar yang melakukan banyak ekspansi ke berbagai wilayah, juga tidak sefenomenal Utsman yang melakukan finishing pembukuan Al-Qur'an yang sudah dimulai sejak jaman Abu Bakar. Namun perannya sebagai penjaga perdamaian umat Islam dan sumber bertanya menyangkut dienul Islam ketika itu tidak bisa dipandang remeh.
Beberapa minggu lalu saya menemukan tulisan (buletin) dengan judul
Kadang saya suka heran kenapa begitu banyak orang yang apriori, bahkan sinis, jika mendengar, melihat, atau membaca hal-hal yang "berbau" Syiah. Yang lebih mengherankan jika orang yang apriori (sebut saja Syiahphobia) ini adalah mereka yang sebelumnya saya anggap "waras" karena memiliki kemampuan untuk melakukan kajian, analisa, dan penyimpulan. Apa Syiah ini termasuk sejenis wabah penyakit menular yang sangat berbahaya sehingga harus dihindari? Atau mungkin termasuk isme (paham) yang sangat menakutkan, bahkan lebih menakutkan dari bahaya laten komunisme?
Permasalahan yang seringkali timbul pada umat Islam adalah menyangkut wajib tidaknya seorang musafir (orang yang dalam perjalanan) melakukan shalat Jum'at. Bagi sebagian orang yang malas mencari tahu (padahal untuk zaman sekarang tinggal Googling saja) mungkin akan mengikuti apa yang dilakukan kebanyakan orang, tanpa ingin mengetahui dalil-dalil yang menguatkan (atau malah melemahkan) yang dilakukan kebanyakan orang tersebut. Akibatnya, ketika ada orang lain yang melakukannya secara berbeda (padahal sesuai sunnah Nabi Saww) malah dianggap aneh, salah, bahkan dituduh menyimpang, padahal boleh jadi "yang berbeda" itu memiliki dalil yang lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Makhluk bernama "perempuan" memang selalu menarik untuk dipandang, dipegang, digoyang (Hus! Ketiga hal ini hanya berlaku buat muhrim. Yang bukan muhrim, dibayang(in) aja, hehehe...), bahkan diperbincangkan. Apakah itu menyangkut kecantikannya, kegemulaiannya, kecerdasannya, keshalehannya, atau kemauannya yang (kadang) sukar dimengerti kaum lelaki.
Ibadah Kurban adalah ibadah yang sudah
Tak kenal maka tak sayang. Barangkali pepatah itu sangat cocok diterapkan pada kita ketika dihadapkan dengan Syiah. Akibat ketidakkenalan (ketidaktahuan) kita terhadap Syiah telah menumbuhkan prasangka buruk yang beurujung kebencian. Kita menuding ini dan itu pada mereka, padahal kita tidak tahu apakah tudingan-tudingan tersebut benar atau tidak. Bahkan dengan mudahnya kita mengkafirkan mereka tanpa ada bukti yang kuat bahwa mereka benar-benar kafir. Seakan kita lupa pada sabda Nabi yang melarang kita mengkafirkan orang lain karena tuduhan kafir itu bisa berbalik kepada kita sendiri jika tuduhan tersebut tidak benar.
Beberapa bulan belakangan kita, umat Islam, dihebohkan dengan adanya penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saww (Shalalallahu 'alaihi wa aalihi wasalam) melalui film Innocence of Muslims dan kartun Nabi Saww yang dimuat di salah satu majalah Prancis.