Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengajak berdebat saudaraku umat Kristiani karena pasti tidak akan mencapai titik temu. Bagi kita, "Lakum diinukum walyadiin" (Untukmu agamamu, untukku agamaku [QS. 109:6]). Tulisan ini pun tidak dimaksudkan untuk mengubah keyakinan orang yang sudah mengakar puluhan tahun. Tulisan ini murni sebuah hasil telaah terhadap kitab suci, hadits, dan pendapat dari berbagai madzhab pemikiran. Adapun nanti mau diterima atau tidak, itu masalah lain. Saya hanya menyampaikan sebuah paradigma (menurut saya) dari hasil telaah itu. Selanjutnya, terserah anda :)
Nabi yang memenuhi keempat kriteria tersebut hanyalah Nabi Muhammad Saww. Hal ini bisa dilihat pada penjelasan berikut:
Dengan 16 kesamaan itu maka sepantasnya Muhammad-lah yang disebut Kristus itu, Muhammad-lah yang disebut Mesias itu, Nabi yang dinanti-nantikan untuk membawa keselamatan kepada umat manusia. Muhammad-lah sang Juru Selamat itu karena hanya beliau yang memenuhi keempat kriteria sebagai Nabi yang dijanjikan Tuhan.
Banyaknya hadits yang menyatakan bahwa kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa, dan hadits-hadits yang menyatakan bahwa Ali adalah wali atas setiap mu'min sepeninggal Nabi Saww,[3] seolah beliau ingin menegaskan kepada para shahabat dan umat Islam pada waktu itu (juga sekarang) bahwa yang harus menjadi pengganti beliau adalah Ali, seperti halnya pengganti Musa As adalah Harun As, namun kedudukan Ali bukanlah sebagai Nabi melainkan sebagai Imam atau wali atas setiap mu'minin.
Bahkan tidak berhenti sampai di situ, kepemimpinan Ilahiah (Imamah) ini masih terus berlanjut. Sepeninggal Musa As, kepemimpinan dilanjutkan oleh keluarga Harun As, sebagaimana firman Tuhan berikut:
Maka tidaklah mengherankan jika kemudian Nabi Saww mengkhususkan keluarga Ali[5] seperti Nabi Musa As mengkhususkan keluarga Harun As,[6] dan Allah hendak menghilangkan dosa serta mensucikan mereka[7] karena mereka dipersiapkan untuk menjadi Imam bagi umat Islam sepeninggal Nabi Saww, seperti halnya Allah mentahbiskan (mensucikan) keluarga Harun As untuk menjadi Imam bagi bangsa Israel.
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an, Allah telah menjadikan 12 Imam dari bangsa Israel (keturunan Ishak As):
Bahkan secara eksplisit, seperti yang diceritakan Saddad Abu 'Amar, Nabi Saww pun pernah menyatakan bahwa hak Imamah adalah untuk Ahlul Bait, yakni ketika beliau mendudukkan Hasan dan Husain di atas pangkuannya lalu melipatkan pakaiannya pada Hasan dan Husain kemudian beliau membacakan ayat tathhir:
Perbedaan masalah Imamah inilah sebenarnya yang paling mencolok antara Sunni dan Syiah dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan lain yang menyangkut masalah furu'iyah (cabang). Dan di masa lalu, perbedaan ini telah melahirkan konflik yang berkepanjangan dan berdarah-darah hanya untuk menentukan siapa yang paling berhak berkuasa (diangkat sebagai khalifah) atas umat Islam.
2. Hasan bin Ali (Hasan al-Mujtaba)
3. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
4. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
5. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Baqir)
6. Ja'far bin Muhammad (Ja'far ash-Shadiq)
7. Musa bin Jafar (Musa al-Kadzim)
8. Ali bin Musa (Ali ar-Ridha)
9. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Jawad atau Muhammad at-Taqi)
10. Ali bin Muhamad (Ali al-Hadi)
11. Hasan bin Ali (Hasan al-Asykari)
12. Muhammad bin Hasan (Muhammad al-Mahdi)
2. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
3. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
4. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Baqir)
5. Ja'far bin Muhammad (Ja'far ash-Shadiq)
6. Ismail bin Ja'far
2. Hasan bin Ali (Hasan al-Mujtaba)
3. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
4. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
5. Zaid bin Ali, saudara tiri Muhammad al-Baqir
Jika "dipaksa" dikait-kaitkan, sebenarnya ada "benang merah" antara sabda Nabi Saww menyangkut keturunan Husain ini:
Secara eksplisit, perihal 12 Imam hingga Imam Mahdi (Imam ke-12) berasal dari Ahlul Bait (dari keturunan Fatimah) dijelaskan Nabi Saww berikut:
Dan dalam kepercayaan Syiah Itsna 'Asy'ariyah, Imam Mahdi ini berasal dari keturunan Hasan bin Ali (Hasan al-Asykari), yang bernama Muhammad bin Hasan, yang tengah mengalami "keghaiban". Ghaibnya Imam terakhir dari keturunan Ismail, Muhammad bin Hasan, ini berkesuaian dengan ghaibnya Nabi terakhir dari keturunan bangsa Israel, Nabi Isa As.[17] Dan konon, kelak keduanya akan dibangkitkan bersama-sama untuk menyelamatkan umat manusia dari kesesatan.[18]
Memang sulit untuk bisa menerima pandangan ini lebih-lebih jika masih terjebak pada pengkotakan antara Sunni-Syiah, padahal Islam seharusnya hanyalah Islam, seperti ketika Nabi Saww memperkenalkan agama ini. Sunni-Syiah hanyalah "akibat" dari pergolakan politik di masa lalu dimana masing-masing kelompok mengklim sebagai yang paling berhak atas kekuasaan untuk mengatur umat Islam. Tidak hanya antara Sunni dengan Syiah, antara Sunni dengan Sunni pun saling bertikai hanya untuk menjadi penguasa. Ini terlihat dari munculnya dinasti-dinasti baru selepas dinasti Umayah. Anehnya, pertikaian perebutan kekuasaan ini terus berlanjut hingga sekarang, seperti yang terjadi di Suriah dan Irak. Sunni-Syiah dibenturkan oleh orang-orang haus darah, haus kekuasaan, yang tanpa sadar telah menguntungkan musuh-musuh sejati Islam: Zionis dan Imprialis.
Islam seharusnya hanyalah Islam.[19] Bukan Sunni, bukan pula Syiah. Namun jika berkaitan dengan masalah agama dan keimanan, manusia seolah "dipaksa" untuk meyakini sesuatu, bahkan terhadap hal yang tidak nalar sekalipun. Akibatnya kita terjebak pada dogma yang mengikat, pada ketiadaan pilihan, padahal Islam adalah agama progresif dan Tuhan YME tidak mungkin mengajarkan agamaNya tanpa mampu dimengerti oleh hamba-hambaNya sendiri. Islam adalah agama rasional, sebagaimana janji Allah pun rasional. Hanya akal dan nurani jernih yang mampu memahami ajaran dan maksud Allah Swt.
Wallahu a'lam .....
Nubuat Nabi Terakhir
Dalam Bibel banyak ditemukan nubuat (berita kenabian) Nabi Muhammad Saww. Namun yang paling gamblang adalah nubuat dalam Kitab Ulangan 18:18-19, berikut:
"seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firmanKu, yang akan diucapkan nabi itu demi namaKu, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban." (Ulangan 18:18-19)[1]
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Nabi yang akan dibangkitkan Tuhan memiliki empat kriteria:
- Berasal dari antara saudara bangsa Israel,
- Nabi itu seperti Musa,
- Ucapan dari mulutnya merupakan firman Tuhan,
- Yang diucapkan Nabi itu "demi nama Tuhan".
Nabi yang memenuhi keempat kriteria tersebut hanyalah Nabi Muhammad Saww. Hal ini bisa dilihat pada penjelasan berikut:
- Muhammad berasal dari saudara bangsa Israel, karena merupakan keturunan Ismail As. Sedangkan bangsa Israel berasal dari keturunan Yakub As (nama lain Yakub adalah Israel). Dan Yakub As merupakan anak dari Ishak As, adik Ismail As.
- Muhammad memiliki banyak kesamaan dengan Musa dibandingkan Nabi-nabi lain setelah Musa (akan dijelaskan nanti).
- Ucapan yang keluar dari mulut Muhammad merupakan firman (wahyu) Tuhan, sebagaimana firman Tuhan: "Dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (Al-Najm ayat 3 dan 4)
- Muhammad selalu mengawali setiap ucapannya dengan "bismillah" (demi nama Tuhan). Kata "bi" dalam Bahasa Arab bisa berarti "demi". Contohnya: orang yang bersumpah "demi Tuhan", dalam Bahasa Arab diucapkan "billah".
Kesamaan Antara Musa dan Muhammad
Dibandingkan antara Nabi Musa dengan Nabi-nabi lain setelahnya, Nabi Muhammad-lah yang memiliki banyak kesamaan dengan Nabi Musa. Hal ini bisa dilihat dari kesamaan-kesamaan antara keduanya berikut ini:
- Musa mempunyai ayah dan ibu. Muhammad mempunyai ayah dan ibu.
- Musa lahir secara normal dan alamiah (melalui hubungan fisik antara ayah dan ibu). Muhammad lahir secara normal dan alamiah.
- Musa menikah. Muhammad menikah.
- Musa mempunyai anak. Muhammad mempunyai anak.
- Musa diyakini sebagai Nabi (bukan sebagai Tuhan atau anak Tuhan) oleh pengikutnya. Muhammad diyakini sebagai Nabi oleh pengikutnya.
- Musa diikuti oleh banyak pengikut (lebih dari 12). Muhammad diikuti oleh banyak pengikut.
- Musa eksodus (hijrah) dari Mesir menuju Kana'an. Muhammad hijrah dari Mekkah menuju Madinah.
- Musa berperang melawan orang-orang yang menentangnya. Muhammad berperang melawan orang-orang yang menentangnya.
- Musa bertemu Tuhan di Gunung Sinai untuk menerima 10 perintah Tuhan. Muhammad bertemu Tuhan di Syidratulmuntaha untuk menerima perintah Shalat 5 waktu.
- Musa membawa hukum baru (hukum Taurat). Muhammad membawa hukum baru (hukum Al-Qur'an), bukan menggenapi hukum Taurat.
- Musa diberi Tuhan kota suci Yerusalem. Muhammad diberi Tuhan kota suci Makkah.
- Musa menjadi pemimpin dan hakim bagi pengikutnya (Bilangan 15:32-36). Muhammad menjadi pemimpin dan hakim bagi pengikutnya.
- Dalam menyampaikan risalahNya, Musa didampingi Harun, saudaranya. Muhammad didampingi Ali, sepupunya.
- Musa menunjuk Yosua bin Nun, mantan budak yang masih muda, sebagai jenderal (Ulangan 34:9). Muhammad menunjuk Usamah bin Zaid, mantan budak yang berusia sekitar 18 tahun, sebagai jenderal.
- Musa meninggal dalam kematian yang wajar. Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar.
- Musa dikuburkan di dunia. Muhammad dikuburkan di dunia.
Dengan 16 kesamaan itu maka sepantasnya Muhammad-lah yang disebut Kristus itu, Muhammad-lah yang disebut Mesias itu, Nabi yang dinanti-nantikan untuk membawa keselamatan kepada umat manusia. Muhammad-lah sang Juru Selamat itu karena hanya beliau yang memenuhi keempat kriteria sebagai Nabi yang dijanjikan Tuhan.
Nubuat Belum Berakhir
Jika kita telaah lebih jauh, ternyata nubuat ini tidak berhenti sampai wafatnya kedua Nabi tersebut. Seharusnya ada kesamaan yang ke-17 antara Nabi Musa As dan Nabi Muhammad Saww. Setelah Nabi Musa As wafat, tampuk kepemimpinan (Imamah) dan kenabian diteruskan oleh saudaranya, Nabi Harun As. Maka seharusnya setelah Nabi Muhammad Saww wafat, tampuk kepemimpinan diteruskan oleh sepupunya, Ali bin Abi Thalib, karena kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa, namun bukan sebagai Nabi karena setelah beliau tidak ada lagi Nabi.[2]
Banyaknya hadits yang menyatakan bahwa kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa, dan hadits-hadits yang menyatakan bahwa Ali adalah wali atas setiap mu'min sepeninggal Nabi Saww,[3] seolah beliau ingin menegaskan kepada para shahabat dan umat Islam pada waktu itu (juga sekarang) bahwa yang harus menjadi pengganti beliau adalah Ali, seperti halnya pengganti Musa As adalah Harun As, namun kedudukan Ali bukanlah sebagai Nabi melainkan sebagai Imam atau wali atas setiap mu'minin.
Bahkan tidak berhenti sampai di situ, kepemimpinan Ilahiah (Imamah) ini masih terus berlanjut. Sepeninggal Musa As, kepemimpinan dilanjutkan oleh keluarga Harun As, sebagaimana firman Tuhan berikut:
"Panggillah Harun abangmu beserta anak-anaknya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar, dan khususkanlah mereka supaya dapat melayani Aku sebagai imam." (Keluaran 28:2)
"TAHBISKANLAH Harun, abangmu itu, serta putra-putranya, yaitu Nadab, Abihu, Eleazar, dan Itamar, sebagai imam untuk melayani Aku." (Keluaran 28:5)
"Kau ikatkanlah ikat pinggang kepada mereka, kepada Harun dan anak-anaknya, dan kaulilitkan destar itu kepada kepala mereka, maka merekalah yang akan memegang jabatan Imam; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. Demikianlah engkau harus mentahbiskan Harun dan anak-anaknya." (Keluaran 29:9)
Begitupun seharusnya kepemimpinan selepas Nabi Saww dilanjutkan oleh Ali dan keturunannya. Hal ini bisa dipahami dari firman Allah berikut:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
"Sesungguhnya wali (imam) kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat sedangkan mereka dalam keadaan ruku'." (Al-Maidah ayat 55)
Penggunaan kalimat jamak (orang-orang) dan kata "hum" (mereka) dalam ayat tersebut bisa (harus) dimaknai sebagai Ali dan keturunannya karena kalimat "alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun" merujuk kepada Ali bin Abi Thalib.[4]
Maka tidaklah mengherankan jika kemudian Nabi Saww mengkhususkan keluarga Ali[5] seperti Nabi Musa As mengkhususkan keluarga Harun As,[6] dan Allah hendak menghilangkan dosa serta mensucikan mereka[7] karena mereka dipersiapkan untuk menjadi Imam bagi umat Islam sepeninggal Nabi Saww, seperti halnya Allah mentahbiskan (mensucikan) keluarga Harun As untuk menjadi Imam bagi bangsa Israel.
12 Imam Keturunan Ibrahim
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Allah Swt akan menjadikan Nabi Ibrahim As beserta keturunannya untuk menjadi Imam bagi seluruh umat manusia:
وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata (memohon): "Dan dari keturunanku (juga)". Allah berfirman: "Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang zalim (dari keturunanmu)"." (Al-Baqarah ayat 124)
Sebagaimana diketahui bahwa Nabi Ibrahim As memiliki dua orang putra, yaitu: Ismail As dan Ishak As. Dari kedua putra Nabi Ibrahim As inilah Allah akan menjadikan Imam-imam bagi seluruh umat manusia, namun tentu saja janji Allah ini tidak berlaku bagi keturunan Ibrahim As yang berbuat zalim, sesat, fasik, dan mengingkari petunjuk Allah (kafir).
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an, Allah telah menjadikan 12 Imam dari bangsa Israel (keturunan Ishak As):
وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا ...
"Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat dari antara mereka dua belas orang pemimpin..." (Al-Maidah ayat 12)
sedangkan dalam Taurat, Allah menjanjikan akan menjadikan 12 Imam dari keturunan Ismail As:
"Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar." (Kejadian 17:20)
Bahkan dalam hadits pun disebutkan:
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata: Nabi Saww bersabda: "Perkara (kepemimpinan) ini akan senantiasa kuat hingga dua belas khalifah." Jabir berkata: Kemudian beliau menyebutkan kata-kata yang tidak aku fahami, maka aku pun bertanya pada ayahku: "Apa yang dikatakan beliau?" Dia menjawab: "Mereka semua dari bangsa Quraisy." (HR. Muslim No. 3396)[8]
Jika Imam-imam bangsa Israel sepeninggal Musa As berasal dari keluarga Harun As, maka sudah sepantasnya Imam-imam dari keturunan Ismail As juga berasal dari keluarga Ali, karena:
- Kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa.
- Ali merupakan sepupu Nabi Saww sehingga sudah bisa dipastikan berasal dari keturunan Ismail.
- Ali adalah suami dari Fatimah, anak Nabi Saww, sehingga keturunan mereka berdua merupakan cucu-cucu Nabi Saww.
- Ali merupakan "pintu" ilmu Nabi Saww[9] sehingga pengetahuannya tentang dienul Islam tidak diragukan lagi. Dan tentunya, pengetahuannya itu diteruskan kepada anak-cucunya secara turun temurun.
- Keluarga Ali (Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain) merupakan Ahlul Bait yang dihilangkan dosanya dan disucikan sesuci-sucinya.[10]
Bahkan secara eksplisit, seperti yang diceritakan Saddad Abu 'Amar, Nabi Saww pun pernah menyatakan bahwa hak Imamah adalah untuk Ahlul Bait, yakni ketika beliau mendudukkan Hasan dan Husain di atas pangkuannya lalu melipatkan pakaiannya pada Hasan dan Husain kemudian beliau membacakan ayat tathhir:
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." (Al-Ahzab ayat 33) dan berkata: "Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku dan ahlul baitku-lah yang paling berhak." (HR. Ahmad No. 16374)
Namun sayang sejarah telah bergulir. Ketidakfahaman para shahabat pada kata-kata Nabi Saww ketika menjelaskan 12 Imam;[11] Pidato Nabi Saww di Ghadir Khum, menyangkut pengangkatan Ali sebagai wali mu'minin,[12] yang sudah terlupakan oleh para shahabat; dan perubahan sikap para shahabat selepas Nabi Saww wafat, telah memunculkan Peristiwa Saqifah sehingga arah sejarah berubah dan berakibat munculnya pertikaian umat Islam dalam masalah Imamah hingga sekarang.[13]
12 Imam Menurut Sunni Dan Syiah
Menyangkut masalah Imamah, Sunni dan Syiah sepakat bahwa sepeninggal Nabi Saww akan ada 12 Imam sebagai pengganti beliau. Hanya saja, Sunni beranggapan bahwa 12 Imam tersebut hanya berasal dari bangsa Quraisy, sedangkan Syiah berpendapat bahwa 12 Imam tersebut harus berasal dari keturunan Ismail melalui keturunan Ali bin Abi Thalib. Hal ini bukan karena Ali sebagai suami Fatimah, sehingga anak-anaknya bernasab kepada Nabi Saww, tetapi karena kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa.
Perbedaan masalah Imamah inilah sebenarnya yang paling mencolok antara Sunni dan Syiah dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan lain yang menyangkut masalah furu'iyah (cabang). Dan di masa lalu, perbedaan ini telah melahirkan konflik yang berkepanjangan dan berdarah-darah hanya untuk menentukan siapa yang paling berhak berkuasa (diangkat sebagai khalifah) atas umat Islam.
12 Imam Menurut Sunni
Masalah 12 Imam dalam pandangan Sunni masih mengambang hingga sekarang. Hal ini disebabkan tidak adanya kejelasan kriteria menyangkut siapa saja yang pantas dimasukkan sebagai Imam. Masing-masing Ulama Sunni berbeda pendapat mengenai masalah ini. Bahkan ada beberapa Ulama Sunni yang mempertanyakan keberadaan 12 Imam ini. Berikut beberapa pendapat Ulama Sunni yang mempertanyakan 12 Imam, yang saya copas dari Blog Haekal Siregar:
Qadi 'Iyad al-Yahsubi:Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim, 12:201-202; Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]Ibn Hajar al-'Asqalani:Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan (mungkin merujuk pada pendapat yang memasukkan nama Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah bin Abu Sofyan, serta Husain bin Ali dan Yazid bin Mu'awiyah, yang sama-sama berada dalam satu masa. - pen.).
[Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]Al-Bayhaqi:Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa Halaman 11]Ibn Kathir:Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya ada dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil.
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249-250]
12 Imam Menurut Syiah
Berbeda dengan Sunni, Syiah lebih jelas dalam menentukan masalah Imamah ini karena, menurut mereka, Imam sebagai pengganti Nabi Saww harus berasal dari keturunan Ahlul Bait yang disucikan. Sekalipun pada akhirnya hanya Syiah Itsna 'Asy'ariyah yang secara konsisten menempatkan 12 Imam dari keturunan Ahlul Bait, sementara aliran Syiah lain, seperti Ismailiyah dan Zaidiyah, tidak begitu jelas (sayang saya tidak menemukan referensi dari aliran Syiah Fathimiyah menyangkut Imamah), seperti terlihat dalam daftar nama-nama Imam berikut:
Pandangan Itsna 'Asy'ariyah (Madzhab Ja'fari)
1. Ali bin Abi Thalib 2. Hasan bin Ali (Hasan al-Mujtaba)
3. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
4. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
5. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Baqir)
6. Ja'far bin Muhammad (Ja'far ash-Shadiq)
7. Musa bin Jafar (Musa al-Kadzim)
8. Ali bin Musa (Ali ar-Ridha)
9. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Jawad atau Muhammad at-Taqi)
10. Ali bin Muhamad (Ali al-Hadi)
11. Hasan bin Ali (Hasan al-Asykari)
12. Muhammad bin Hasan (Muhammad al-Mahdi)
Pandangan Ismailiyah (Madzhab Ismaili)
1. Ali bin Abi Thalib 2. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
3. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
4. Muhammad bin Ali (Muhammad al-Baqir)
5. Ja'far bin Muhammad (Ja'far ash-Shadiq)
6. Ismail bin Ja'far
Dalam kepercayaan Ismailiyah,[14] Hasan bin Ali tidak termasuk Imam. Yang termasuk Imam sebenarnya pengganti Nabi Saww hanya lima Imam di atas. Dan Imam ke-6 bukan Musa bin Jafar (Musa al-Kadzim) melainkan Ismail bin Ja'far, saudaranya. Dari keturunan Ismail bin Ja'far inilah garis Imamah Ismailiyah diteruskan sampai ke Shah Karim Al-Husayni, Imam ke 49, dan terus berlanjut dari keturunan Aga Khan.
Pandangan Zaidiyah (Madzhab Zaidi)
1. Ali bin Abi Thalib 2. Hasan bin Ali (Hasan al-Mujtaba)
3. Husain bin Ali (Husain asy-Syahid)
4. Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
5. Zaid bin Ali, saudara tiri Muhammad al-Baqir
Zaidiyah beranggapan bahwa empat Imam pertama adalah Imam yang sebenarnya pengganti Nabi Saww, tetapi Imam ke-5 bukanlah Muhammad al-Baqir, melainkan Zaid bin Ali. Dan untuk selanjutnya Imamah dipindahkan dari Zaid bin Ali kepada pengikutnya yang diangkat sebagai Imam. Dengan demikian setelah Zaid bin Ali Imamah tidak harus berasal dari keturunan Ali bin Abi Thalib.
Mencari Kesesuaian Pendapat
Dari pendapat Sunni dan Syiah di atas, yang mendekati kesesuaian dengan nubuat Nabi Muhammad Saww (Ulangan 18:18-19), pentahbisan keluarga Harun As (Keluaran 28:2-5 dan 29:9), dan janji Allah kepada keturunan Ismail (Kejadian 17:20), hanyalah pendapat Syiah Itsna 'Asy'ariyah, karena dalam pandangan mereka, pengganti Nabi Saww harus berasal dari Ahlul Bait yang disucikan dan terus berlanjut dari keturunan Husain bin Ali hingga Imam ke 12, Muhammad bin Hasan (Muhammad al-Mahdi).
Jika "dipaksa" dikait-kaitkan, sebenarnya ada "benang merah" antara sabda Nabi Saww menyangkut keturunan Husain ini:
"Husain bagian dariku dan aku bagian dari Husain. Allah akan mencintai orang yang mencintai Husain. Dan Husain termasuk sibt (keturunan yang akan menurunkan banyak umat) dari beberapa umat." (HR. Tirmidzi No. 3708)
dengan firman Allah berikut:
"Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar." (Kejadian 17:20)
Sekalipun argumen ini lemah, tapi paling tidak dapat menunjukkan bahwa keturunan Ismail As melalui Abdul Muththalib, kakek Nabi Saww dan Ali, akan dijadikan sebagai bangsa yang besar dan memperanakkan dua belas raja (Imam), sebagaimana Allah menjadikan bangsa yang besar dan menjadikan 12 Imam dari keturunan Ishak As melalui Yakub As.
Secara eksplisit, perihal 12 Imam hingga Imam Mahdi (Imam ke-12) berasal dari Ahlul Bait (dari keturunan Fatimah) dijelaskan Nabi Saww berikut:
"Al-Mahdi berasal dari keluarga terdekatku, dari keturunan Fatimah." (HR. Abu Daud No. 3735; Ibnu Majah No. 4076)[15]
Bahkan nama Imam Mahdi ini pun sama dengan nama Nabi Saww, yaitu: Muhammad. Dan dia akan berkuasa sebelum hari kiamat tiba.[16]
Dan dalam kepercayaan Syiah Itsna 'Asy'ariyah, Imam Mahdi ini berasal dari keturunan Hasan bin Ali (Hasan al-Asykari), yang bernama Muhammad bin Hasan, yang tengah mengalami "keghaiban". Ghaibnya Imam terakhir dari keturunan Ismail, Muhammad bin Hasan, ini berkesuaian dengan ghaibnya Nabi terakhir dari keturunan bangsa Israel, Nabi Isa As.[17] Dan konon, kelak keduanya akan dibangkitkan bersama-sama untuk menyelamatkan umat manusia dari kesesatan.[18]
Akhirnya Kembali Pada Keyakinan
Sepintas kelihatannya Allah Swt telah melakukan nepotisme dalam masalah Imamah ini. Bermula dari keturunan Ibrahim As (Ismail As dan Ishak As), kemudian berlanjut hingga Imam ke-12 dari kedua keturunan Ibrahim As tersebut. Namun apakah salah jika Allah Swt berkendak demikian? Apakah salah jika Allah menjanjikan Imamah hanya kepada keturunan Ibrahim As yang shaleh dan disucikan (ditahbiskan) oleh-Nya (Al-Baqarah ayat 124)? Apakah salah jika Allah Swt memilih keluarga Harun As sebagai penerus Musa As dan memilih keluarga Ali As sebagai penerus Muhammad Saww?
Memang sulit untuk bisa menerima pandangan ini lebih-lebih jika masih terjebak pada pengkotakan antara Sunni-Syiah, padahal Islam seharusnya hanyalah Islam, seperti ketika Nabi Saww memperkenalkan agama ini. Sunni-Syiah hanyalah "akibat" dari pergolakan politik di masa lalu dimana masing-masing kelompok mengklim sebagai yang paling berhak atas kekuasaan untuk mengatur umat Islam. Tidak hanya antara Sunni dengan Syiah, antara Sunni dengan Sunni pun saling bertikai hanya untuk menjadi penguasa. Ini terlihat dari munculnya dinasti-dinasti baru selepas dinasti Umayah. Anehnya, pertikaian perebutan kekuasaan ini terus berlanjut hingga sekarang, seperti yang terjadi di Suriah dan Irak. Sunni-Syiah dibenturkan oleh orang-orang haus darah, haus kekuasaan, yang tanpa sadar telah menguntungkan musuh-musuh sejati Islam: Zionis dan Imprialis.
Islam seharusnya hanyalah Islam.[19] Bukan Sunni, bukan pula Syiah. Namun jika berkaitan dengan masalah agama dan keimanan, manusia seolah "dipaksa" untuk meyakini sesuatu, bahkan terhadap hal yang tidak nalar sekalipun. Akibatnya kita terjebak pada dogma yang mengikat, pada ketiadaan pilihan, padahal Islam adalah agama progresif dan Tuhan YME tidak mungkin mengajarkan agamaNya tanpa mampu dimengerti oleh hamba-hambaNya sendiri. Islam adalah agama rasional, sebagaimana janji Allah pun rasional. Hanya akal dan nurani jernih yang mampu memahami ajaran dan maksud Allah Swt.
Wallahu a'lam .....
Perlu dibaca:
[1]
Dalam ayat lain: "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan." (Ulangan 18:15)
[2]
Lihat Bukhari No. 3430, 4064; Muslim No. 4418, 4419, 4420, 4421; Tirmidzi No. 3658, 3663, 3664; Ibnu Majah No. 112, 118; Ahmad No. 1384, 1408, 1423, 1427, 1450, 1465, 1498, 1514, 1522, 2903, 10842, 14111, 25834, 26195.
[4]
Asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya) surat Al-Maidah ayat 55, sebagai berikut:
Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadits dalam kitab Al-Awsath melalui sanad yang di dalamnya banyak terdapat rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal) dari Ammar bin Yasir yang menceritakan, "Pada suatu hari datang seorang pengemis kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan waktu itu Ali sedang ruku' dalam shalat sunah. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Lalu turunlah ayat: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55)". Dan hadits ini mempunyai syahid (saksi) dari hadits lain yang memperkuatnya. Abdurrazaq telah berkata, "Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55), bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abu Thalib". Ibnu Murdawaih meriwayatkannya dari jalur lain, dari Ibnu Abbas dengan makna yang sama. Dan telah diketengahkan pula hadits yang serupa dari Ali secara langsung. Ibnu Jarir mengetengahkan dari Mujahid, dan juga Ibnu Abu Hatim dari Salamah bin Kuhail hadits yang serupa; kesemuanya itu adalah saksi-saksi yang satu sama lainnya saling memperkuat.
Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadits dalam kitab Al-Awsath melalui sanad yang di dalamnya banyak terdapat rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal) dari Ammar bin Yasir yang menceritakan, "Pada suatu hari datang seorang pengemis kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan waktu itu Ali sedang ruku' dalam shalat sunah. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Lalu turunlah ayat: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55)". Dan hadits ini mempunyai syahid (saksi) dari hadits lain yang memperkuatnya. Abdurrazaq telah berkata, "Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55), bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abu Thalib". Ibnu Murdawaih meriwayatkannya dari jalur lain, dari Ibnu Abbas dengan makna yang sama. Dan telah diketengahkan pula hadits yang serupa dari Ali secara langsung. Ibnu Jarir mengetengahkan dari Mujahid, dan juga Ibnu Abu Hatim dari Salamah bin Kuhail hadits yang serupa; kesemuanya itu adalah saksi-saksi yang satu sama lainnya saling memperkuat.
[5]
Dari Ummu Salamah: Nabi Saww menyelimuti Hasan, Husain, Ali, dan Fatimah dengan kain (kisa), kemudian beliau berdo'a: "Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku dan orang-orang istimewaku (khashshati), maka hilangkanlah dosa dari diri mereka dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya." (HR. Tirmidzi 3806 dan Ahmad 25383)
[6]
"Panggillah Harun abangmu beserta anak-anaknya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar, dan khususkanlah mereka supaya dapat melayani Aku sebagai imam." (Keluaran 28:2)
[7]
Lihat Muslim No. 4450; Tirmidzi No. 3129, 3130, 3719, 3806; Ahmad No. 2903, 13231, 13529, 16374, 25300, 25339, 25383.
Atau baca artikel "Siapakah Ahlul Bait Nabi Yang Disucikan Allah?"
[8]
Lihat juga Muslim No. 3395, 3397; Abu Daud No. 3732; Ahmad No. 19922, 19963, 20022, 20046, 20112.
[9]
Menarik untuk dikaji "Ali bin Abi Thalib sebagai Pintu Ilmu Nabi: Fakta dan Data".
Baca juga kisah-kisah tentang keluasan Pengetahuan Ali berikut:
1. Aku Kota Ilmu, Ali Pintunya
2. Kisah Sahabat Yang Memiliki Kecerdasan Matematis
3. Kecerdasan Sayyidina Ali RA
4. Ali Bin Abi Thalib Dan Sepuluh Orang Penguji
5. Keagungan Allah, Kehebatan Ali, Kecerdasan Tamlikha
Baca juga kisah-kisah tentang keluasan Pengetahuan Ali berikut:
1. Aku Kota Ilmu, Ali Pintunya
2. Kisah Sahabat Yang Memiliki Kecerdasan Matematis
3. Kecerdasan Sayyidina Ali RA
4. Ali Bin Abi Thalib Dan Sepuluh Orang Penguji
5. Keagungan Allah, Kehebatan Ali, Kecerdasan Tamlikha
[11]
Dalam hadits Muslim No. 3396, Jabir bin Samurah mengatakan: "Kemudian beliau menyebutkan kata-kata yang tidak aku fahami". Mungkin pada saat itu Nabi Saww menyebutkan nama-nama 12 Imam namun nama-nama itu sebagian belum dikenalnya sehingga akhirnya Jabir berkesimpulan bahwa 12 Imam itu semuanya dari bangsa Quraisy. Wallahu a'lam...
[12]
Lihat Musnad Ahmad No. 17749, 18519, dan masih banyak hadits lainnya. Untuk lebih jelasnya silahkan baca "Melacak Hak Kepemimpinan Ali Dalam Kitab Hadits Sunni"
[13]
Buku menarik untuk dikaji: "Saqifah, Awal Perselisihan Umat" karya O. Hashem bisa di-download disini.
[14]
Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitabnya tentang Ibnu Taimiyyah telah membahas sebagian firqah Syiah seperti Zaidiyah dan 12 Imam (Itsna 'Asy'ariyah) tanpa menyebut sedikit pun tentang sikap negatif Ibnu Taimiyyah. Tetapi ketika menyebutkan Ismailiyah, dia berkata: "Inilah firqah yang ditentang oleh Ibnu Taimiyyah. Ibnu Taimiyyah memeranginya dengan pena, lidah dan pedang." (Ibnu Tayyimah, karangan Muhammad Abu Zuhreh, hlm. 170)
[15]
Dalam hadits lain disebutkan: "Al-Mahdi dari keturunan kami, Ahlul Bait, yang Allah memperbaikinya dalam satu malam." (HR. Ibnu Majah No. 4075; Ahmad No. 610)
[17]
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (Al Imran ayat 55).
[18]
Menarik untuk dibaca: "Mengenal Al-Imam Al-Mahdi"
[19]
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam" (Al-Imran : 19)
10 komentarPosting Komentar
nice post gan ;) ijin bookmark ..
@Dwi Alfina Silahkan saja mbak...
wah, rada jero lur bahasanana... tapi btw, alus pisan lah.....
@Tarbiyatun Nisaa Hehehe... Nyaeta lur, dalam rangka nyambungkeun mozaik-mozaik anu tercecer. Sugan nyambung eta ge...
bahasannya panjang, Kang hehe ...
pengkotakan Sunni-Syiah itu memang akibat pemikiran orang yang beraneka. Saya suka membayangkan, apa yang akan Rasulullah katakan bila beliau ada di zaman ini? Saya yakin beliau tidak akan memberi stempel buruk pada sesama pencinta beliau meski jalannya yang berbeda.
ohya punten bade naroskeun. Wios teu nyambung ya?
Kalo buat slide show dari daftar foto kita gimana, kang?
Milari link tutorialna didieu teu kapendak.
@ani rose Cape macana nya ceu? Hehehe...
Aya ceu tutorialna, cobi buka Menambahkan Gadget Album Foto Slide Kedalam Blog
i like it kang???
kok mirip akidah syiah...pemimpin setelah nabi muhammad adalah ali. padahal ali kan juga ikut mebai'at abu bakar,umar dan utsman...
Hebat.. tah kuduna konsep mikir teh kaya ginih, islam adalah islam..
ISLAM, AL QURAN, MUHAMMAD SAW DAN ESTAFET KEKHALIFAHAN (KEPEMIMPINAN) UMAT ISLAM DAN UMAT MANUSIA SAMPAI AKHIR ZAMAN
ISLAM TIDAK MENGANUT PAHAM MESIANISME DAN TIDAK ADA DINASTI KETURUNAN MUHAMMAD SAW
Bagian satu dari dua tulisan
بدأ الإسلام غريباً وسيعود غريباً كما بدأ فطوبى للغرباء
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing”
Doa Ibrahim As Yang Terlama Dikabulkan ALLAH
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. [TQS. Al Baqarah, 2:129]
Nubuat dari Kitab Suci Sebelum Al Quran
Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah rasul, utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (bakal datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." [TQS. Ash Shaf, 61:6]
Al Quran Kitab Suci Allah Terakhir
Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat AlQur'an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). Mereka itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. Dan sesungguhnya kamu (Hai Muhammad) benar-benar dianugerahi Al-Qur'an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(TQS. An Naml, 27:1-6)
Proklamasi ISLAM Sebagai Ad Dien (Agama)
“… Pada hari ini orang-orang kafir (non-Muslim) telah putus asa untuk (mampu mengalahkan atau menghancurkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut (lahir batin) kepada mereka dan (hendaklah hanya) takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan (sesempurnanya hukum-hukum Allah) untuk kamu (Hai Muhammad dan umat) agamamu (diinikum), dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai (waradhiitu hanya) ISLAM itu jadi (diinikum) agama bagimu…”. [TQS. Al Maidah, 5:3]
MUHAMMAD SAW, Penutup para Nabi, Mesias Sampai Akhir Zaman
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. (Lalu) apakah jika dia wafat atau dibunuh (apakah) kamu berbalik ke belakang (murtad, kafir)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak (akan) dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah (hanya) akan memberi balasan kepada orang-orang yang (panmdai) bersyukur. [TQS. Al-'Imran, 3:144]
http://ruangsc.blogspot.co.id/2013/12/nubuat-nabi-terakhir-ternyata-belum.html
Tambahkan Komentar
Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.