earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Siapakah Ahlul Bait Nabi Yang Disucikan Allah?

Beberapa minggu lalu saya menemukan tulisan (buletin) dengan judul "Tikaman Syi’ah Kepada Ahlul Bait". Lagi-lagi Syiah menjadi "terdakwa" yang divonis secara in abtentia dengan tuduhan bahwa Syiah telah "menikam" Ahlul Bait Nabi Saww yang lain karena hanya mengakui empat orang Ahlul Bait (Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain) yang disucikan Allah Swt.
Sepintas tulisan tersebut benar dan argumentatif, tapi jika membaca hadits yang digunakan dari sumbernya (Muslim 4425), ternyata hadits tersebut telah dipenggal untuk tujuan menipu umat, padahal jika dilanjutkan maknanya akan lain.

Pada kesempatan ini saya tidak akan "menggugat" tulisan tersebut. Biarlah sobat blogger sendiri yang menilai dan menyimpulkannya. Tulisan ini pun tidak bermaksud melakukan pembelaan terhadap Syiah apalagi dakwah Syiah (Kan aneh, saya yang Sunni malah mengajak (dakwah) untuk menjadi Syiah). Tulisan ini hanya ingin memaparkan riwayat-riwayat dari kitab-kitab hadits kita sendiri menyangkut Ahlul Bait.

Sunni-Syiah sepakat bahwa umat Islam wajib memuliakan dan mencintai Ahlul Bait Nabi Saww (kecuali agama yang dianut ustadz ini), karena Ahlul Bait merupakan salah satu wasiat beliau di Ghadir Khum, setelah Kitabullah. Bahkan Nabi Saww sampai mengucapkan pesan tiga kali berulang-ulang supaya umat Islam memperlakukan Ahlul Bait dengan berpedoman pada hukum Allah. Yang jadi pertanyaan, siapakah Ahlul Bait yang diwasiatkan (dititipkan) Nabi Saww kepada umat Islam? Dan siapakah dari Ahlul Bait itu yang disucikan Allah?
Ahlul Bait adalah Keluarga Nabi
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa yang termasuk kedalam Ahlul Bait adalah semua keluarga Nabi Saww, baik anak, cucu, istri, maupun saudara-saudara Nabi Saww yang memiliki pertalian darah dengan beliau (bahkan ada yang memasukkan mertua dan menantu Nabi sebagai Ahlul Bait). Hal ini didasarkan pada hadits Muslim No. 4425, yang bersumber dari pernyataan Zaid bin Arqam (yang seringkali dipotong sampai kalimat "Zaid menjawab, Ya"),[1] berikut:
Dari Isma'il bin Ibrahim, dari Abu Hayyan, dari Yazid bin Hayyan, dari Zaid bin Arqam: Suatu ketika Rasulullah berdiri dan berpidato di suatu oase yang disebut Khum, yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasehat dan peringatan: "..... Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yang berat kepada kalian, yaitu: Pertama, Kitabullah, yang berisi petunjuk dan cahaya. Oleh karena itu laksanakan isi Kitabullah dan pegang teguhlah..... Kedua, Ahlul baitku. Udzakkirukumullaha fi ahli baitii. Udzakkirukumullaha fi ahli baitii. Udzakkirukumullaha fi ahli baitii (Aku peringatkan kalian -atas nama- Allah dalam hal ahlul baitku. [diulang 3X])." Hushain (bin Sabrah) bertanya kepada Zaid: "Siapakah ahlul baitnya, wahai Zaid? Bukankah istri-istri beliau termasuk ahlul baitnya?" Zaid menjawab: "Istri-istri beliau termasuk ahlul baitnya, tetapi ahlul bait yang dimaksud (dalam wasiat Nabi Saww tersebut) adalah mereka yang diharamkan memakan sedekah sepeninggal beliau." Hushain bertanya: "Siapakah mereka?" Zaid menjawab: "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas." Hushain bertanya lagi: "Apakah mereka diharamkan menerima sedekah?" Zaid menjawab, "Ya." .....
Dari Hassan, yaitu Ibnu Ibrahim, dari Sa'id, yaitu Ibnu Masruq, dari Yazid bin Hayyan dari Zaid bin Arqam: Rasulullah Saww bersabda: "Ketahuilah sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat besar, salah satunya adalah Kitabullah (dan satunya lagi adalah Ahlul Bait. -pen.). Barang siapa yang mengikuti petunjuknya maka dia akan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang meninggalkannya maka dia akan tersesat." Juga di dalamnya disebutkan perkataan: Lalu kami bertanya: "Siapakah ahlu baitnya, bukankah istri-istri beliau termasuk ahlul baitnya?" Dia (Zaid) menjawab: "Bukan, demi Allah! Sesungguhnya seorang istri bisa saja dia setiap saat bersama suaminya. Tapi kemudian bisa saja ditalaknya hingga akhirnya dia kembali kepada bapaknya dan kaumnya. Yang dimaksud dengan ahlu bait adalah saudara sedarah dan keturunan beliau (ashluhu wa ashabatuhu) yang diharamkan menerima sedekah sepeninggal beliau." (HR. Muslim No. 4425)
Yang menarik dari hadits Muslim di atas (sayangnya tidak ditemukan hadits-hadits lain yang senada untuk mendukung hadits ini) adalah jawaban terhadap pernyataan, "bukankah istri-istri beliau termasuk ahlul baitnya?"
  1. Dari sanad Isma'il bin Ibrahim menyatakan bahwa: Istri-istri Nabi Saww termasuk ahlul bait tetapi bukan yang dimaksudkan dalam wasiat beliau.
  2. Dari sanad Hassan bin Ibrahim menyatakan bahwa: Istri-istri Nabi Saww tidak termasuk ahlul bait karena bisa menjadi janda dan dikembalikan kepada orangtuanya.

Namun jawaban menurut kedua jalur (sanad) itu sama jika menyangkut Ahlul Bait yang diwasiatkan Nabi Saww supaya dijaga dan diperlakukan dengan berpedoman pada hukum Allah (Al-Qur'an dan Sabda Nabi Saww). Mereka adalah keturunan dan saudara yang bertalian darah dengan beliau (ashluhu wa ashabatuhu), seperti: keluarga Ali bin Abi Thalib (sepupu dan menantu Nabi), keluarga Aqil bin Abi Thalib (sepupu Nabi dan adik Ali), keluarga Ja'far bin Abi Thalib (sepupu Nabi dan kakak Ali), dan keluarga Abbas bin Abdul-Muththalib (paman Nabi).

Lalu bagaimana dengan istri-istri Nabi Saww, apakah termasuk Ahlul Bait atau bukan, karena dari kedua jalur itu jawabannya berbeda-beda? Untuk menjawab pertanyaan ini, biarlah sobat blogger memilih sendiri jawabannya yang dianggap logis dan lugas.
Ahlul Bait Yang Disucikan Allah
Salah satu yang sering menjadi pertentangan antara Sunni dan Syiah adalah menyangkut siapa Ahlul Bait Nabi yang disucikan Allah? Sebagian Sunni (tidak semuanya) berpendapat bahwa semua Ahlul Bait (termasuk istri-istri, keturunan dan saudara sedarah Nabi Saww) akan disucikan Allah Swt, sedangkan Syiah (dan sebagian Sunni yang lain) berpendapat, hanya: Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain saja yang akan disucikan, sedang Ahlul Bait lainnya tidak.

Dari kedua pendapat tersebut, manakah yang memiliki dasar hukum (dalil agama) yang lebih kuat? Kiranya hadits-hadits berikut dapat memberikan jawaban yang gamblang menyangkut pertanyaan tersebut:
Dari 'Umar bin Abu Salamah, anak didik (tiri) Nabi Saww, berkata: "Saat ayat ini turun kepada Nabi Saww: 'Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran' (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33]) Rasulullah Saww sedang berada di rumah Ummu Salamah. Maka beliau memanggil Fatimah, Hasan dan Husain lalu menyelimuti mereka dengan kain (kisa) sedangkan Ali berada di belakang beliau, lalu beliau pun menyelimutinya dengan kain. Kemudian beliau berdo'a: 'Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku, maka hilangkanlah dosa dari diri mereka dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya.' Ummu Salamah bertanya, 'Apakah saya termasuk bersama mereka (ana ma'ahum), wahai Nabi Allah?' Beliau menjawab: 'Engkau berada dalam kedudukanmu (anti 'ala makaniki) dan engkau berada dalam kebaikan (anti 'ala khair)'." (HR. Tirmidzi No. 3129 dan 3719)
Dari Atha' bin Abi Rabaah: Ummu Salamah menceritakan bahwa ketika Nabi Saww berada di rumahnya, Fatimah datang dengan membawa bejana yang berisi sup dan beliau pun menemuinya, lalu berkata padanya: "Panggillah suamimu dan kedua anakmu." Lalu datanglah Ali beserta Hasan dan Husain, mereka pun masuk dan duduk kemudian memakan sup tersebut, sementara beliau berada di tempat tidur di toko miliknya, di bawahnya terdapat kain (kisa) yang berasal dari Khaibar. Beliau berkata: "Ketika aku sedang shalat di kamar Allah menurunkan ayat ini: 'Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran' (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33])" Ia (Ummu Salamah) berkata: "Kemudian beliau mengambil kain (kisa) dan menutupi mereka dengannya, lalu beliau mengeluarkan tangannya dan mengangkatnya ke arah langit dan berdo'a: 'Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku dan orang-orang special/istimewa-ku (khashshati), maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya'." Lalu aku melongokkan kepalaku kedalam rumah dan bertanya: "Apakah saya bersama kalian (ana ma'akum), wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya dirimu menuju pada kebaikan. Sesungguhnya dirimu menuju pada kebaikan (innaki ila khair)." (HR. Ahmad No. 25300)
Dari Ummu Salamah: Nabi Saww menyelimuti Hasan, Husain, Ali, dan Fatimah dengan kain (kisa), kemudian beliau berdo'a: "Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku, dan orang-orang special/istimewa-ku (khashshati), maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya." Maka Ummu Salamah bertanya: "Apakah saya termasuk bersama mereka (ana ma'ahum), wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya dirimu menuju pada kebaikan." (HR. Tirmidzi No. 3806 dan Ahmad No. 25383)
Syahr bin Hausab berkata: Aku mendengar Ummu Salamah, istri Nabi Saww, melaknat penduduk Irak ketika datang berita kematian Husain bin Ali. Ummu Salamah berkata: "Mereka telah membunuhnya semoga Allah membinasakan mereka. Mereka telah menipu dan menghinakannya, semoga Allah melaknat mereka, karena aku melihat Rasulullah Saww didatangi Fatimah pada suatu pagi dengan membawa makanan dari gandum yang ia bawa dalam panci miliknya, lalu menghidangkannya di hadapan beliau. Kemudian beliau bertanya kepadanya, 'Dimanakah anak pamanmu (Ali)?'. Fatimah menjawab, 'Ia ada di rumah'. Beliau berkata, 'Pergi dan panggillah ia dan bawa kedua putranya'. Maka Fatimah datang sambil menuntun kedua putranya dan Ali berjalan di belakang mereka. Lalu masuklah mereka ke ruang Rasulullah Saww dan beliau pun mendudukkan keduanya (Hasan dan Husain) di pangkuan beliau. Sedangkan Ali duduk disamping kanan beliau dan Fatimah di samping kiri beliau.' Ummu Salamah berkata: 'Kemudian beliau menarik kain (kisa) buatan Khaibar di bawahku, yang menjadi hamparan tempat tidur kami di Madinah, lalu Nabi Saww menutupkan kain tersebut kepada mereka semua. Beliau memegang kedua ujung kain tersebut dengan tangan kirinya dan menengadahkan tangan kanannya kepada Tuhan 'Azza waalla sambil berdo'a: 'Ya Allah, mereka adalah keluargaku (ahlii) maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.' Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, bukankah aku juga keluargamu (alastu min ahlika)?'. Beliau menjawab: 'Benar. Masuklah ke dalam kain'." Ia (Ummu Salamah) berkata: "Maka akupun masuk ke balik kain tersebut setelah beliau selesai berdo'a untuk anak pamannya, Ali, kedua cucunya dan putrinya, Fatimah." (HR. Ahmad No. 25339)
Dari hadits-hadits Kisa di atas, yang berkaitan dengan turunnya ayat tathhir (penggalan surat Al­-Ahzab ayat 33), terlihat bahwa Ahlul Bait yang akan dihilangkan dosa-dosanya dan disucikan sesuci-sucinya oleh Allah hanya Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.

Yang menarik dari hadits-hadits di atas adalah hadits Ahmad No. 25339. Jika membaca sepintas sepertinya jawaban Nabi Saww atas pertanyaan Ummu Salamah dalam hadits tersebut berbeda dengan jawaban beliau pada hadits Tirmidzi No. 3129, 3719, 3806, dan Ahmad No. 25300, 25383 di atas, namun jika dicermati, justru semakin menguatkan argumen bahwa Ahlul Bait yang "diistimewakan" (sebut saja demikian, karena akan dihilangkan dosanya dan disucikan sesuci-sucinya oleh Allah) hanya mencakup: Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Coba perhatikan pertanyaan Ummu Salamah dan jawaban Nabi Saww berikut:
  • Apakah saya bersama mereka (ana ma'ahum)? [Tirmidzi No. 3806, 3129, 3719]; Apakah saya bersama kalian (ana ma'akum)? [Ahmad No. 25300]; Apakah saya bagian dari mereka (ana minhum)? [Ahmad No. 25383]
    Untuk ketiga pertanyaan tersebut jawaban Nabi Saww hampir sama, yaitu: "Sesungguhnya engkau menuju pada kebaikan (innaki ila khair) [dalam redaksi lain, berada dalam kebaikan (innaki 'ala khair)]." Dengan jawaban tersebut seolah Nabi Saww ingin menegaskan bahwa Ummu Salamah, begitupun dengan istri-istrinya yang lain, tidak termasuk kedalam Ahlul Bait yang dihilangkan dosa-dosanya dan disucikan sesuci-sucinya oleh Allah melainkan tetap berada pada kedudukannya sebagai istri beliau (anti 'ala makaniki) yang penuh dengan kebaikan (anti 'ala khair) [Tirmidzi No. 3129, 3719].
  • Bukankah aku juga keluargamu (alastu min ahlika)? [Ahmad No. 25339]
    Untuk pertanyaan itu Nabi Saww menjawab: "Benar", karena sebagai istri, Ummu Salamah termasuk keluarga (ahl) Nabi Saww, namun demikian Ummu Salamah (dan istri-istri beliau yang lain) tidak termasuk Ahlul Bait yang disucikan, karena sekalipun Ummu Salamah ikut masuk kedalam kain (kisa) tetapi masuknya setelah Nabi Saww selesai berdo'a untuk Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.

Selain hadits-hadits Kisa di atas, terdapat hadits-hadits lain yang dapat dijadikan argumen atau dalil pendukung untuk lebih menguatkan Ahlul Bait "istimewa" (khashshat) ini, antara lain:
Dari 'Aisyah: "Pada suatu pagi Rasulullah Saww keluar dari rumahnya dengan mengenakan kain bulu hitam yang berhias. Tak lama kemudian datang Hasan bin Ali, lalu Rasulullah Saww menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian datang Husain dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Setelah itu datanglah Fatimah dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Akhirnya datanglah Ali dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Lalu beliau membaca ayat Al-Qur'an yang berbunyi: 'Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran' (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33])" (HR. Muslim No. 4450)
Dari Saddad Abu 'Amar: Saya menemui Watsilah bin Al-Asqa'... dia berkata: "Maukah saya beritahukan apa yang telah saya lihat dari Rasulullah Saww?" Saya menjawab, "Ya." Dia berkata: "Saya mendatangi Fatimah, saya bertanya tentang Ali. Dan Fatimah menjawab, 'Dia sedang menuju Rasulullah Saww.' Maka aku pun duduk menunggunya hingga datang Rasulullah Saww bersama Ali, Hasan, dan Husain, yang saling bergandengan tangan satu sama lain hingga masuk (rumah). Lalu Ali mendekati Fatimah sedangkan beliau mendudukkan Hasan dan Husain di atas pangkuannya, kemudian melipatkan pakaiannya, yang disebut kain (kisa), pada mereka lalu membacakan ayat: 'Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran' (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33]) dan berkata: 'Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku dan ahlul baitku-lah yang paling berhak'." (HR. Ahmad No. 16374)
Dari Anas bin Malik: "Rasulullah Saww melewati depan pintu rumah Fatimah selama enam bulan saat hendak melaksanakan shalat Fajar (Shubuh). Beliau berkata: "Shalat wahai ahlul bait! Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33])." (HR. Tirmidzi No. 3130 dan Ahmad No. 13231, 13529)
Dari Amru bin Maimum: Ibnu Abbas merekatkan bajunya sambil berkata: "Cukup! Cukup! Mereka telah mencela seorang lelaki (Ali) yang memiliki sepuluh keutamaan. Mereka telah mencela seorang lelaki yang Nabi Saww berkata padanya: 'Aku akan berikan bendera (Perang Khaibar) kepada seorang lelaki yang tidak akan Allah hinakan selamanya. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya"... Ibnu Abbas melanjutkan: "Nabi juga mengambil bajunya dan memberikannya kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, lalu berkata: 'Innamaa yuriidullahu liyudzhiba 'ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthahhirakum tathhiiran' (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. [Al­-Ahzab ayat 33])."... (HR. Ahmad No. 2903)
Jika keluarga Nabi Saww, seperti: Ummu Salamah, 'Aisyah (istri-istri Nabi), Ibnu Abbas (sepupu Nabi), dan 'Umar bin Abu Salamah (anak tiri Nabi), mengakui bahwa Ahlul Bait yang akan dihilangkan dosa-dosanya dan disucikan sesuci-sucinya oleh Allah Swt hanya mencakup: Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain, maka masih adakah pendapat lain yang lebih baik dari pernyataan (pengakuan) keluarga Nabi sendiri? Selain itu, dari semua kitab hadits yang ada, tidak ada satu pun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Saww pernah mendo'akan dan membacakan surat Al­-Ahzab ayat 33 untuk keluarga beliau yang lain, selain kepada Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Bahkan ketika turun ayat: "faqul ta'aalau nad'u abnaa-ana wa abnaa-akum wa nisaa-ana wa nisaa-akum..." (Katakanlah, mari kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian... [Al-Imran ayat 61]), berkaitan dengan ajakan mubahalah kepada kaum Nasrani Najran, Nabi Saww hanya memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.[2]
Allah Menentukan Sesuai KehendakNya
Sepintas, penentuan Ahlul Bait yang akan dihilangkan dosa-dosanya dan disucikan sesuci-sucinya oleh Allah terkesan pilih kasih dan tidak adil karena lebih mengutamakan keluarga Ali daripada keluarga Nabi lainnya, namun begitulah kehendak Allah.[3] Allah berkuasa untuk memuliakan orang yang Ia kehendaki dan menghinakan orang yang Ia kehendaki (Al-Imran ayat 26).

Selain itu, kedudukan Ali di sisi Nabi Saww seperti kedudukan Harun di sisi Musa[4] telah menjadikan keluarga Ali sebagai Ahlul Bait "special", baik bagi Nabi Saww sendiri maupun bagi Allah Swt, karena keluarga Harun As pun diperlakuan secara khusus oleh Allah Swt dan Nabi Musa As.[5]

Alasan lainnya, barangkali, ketika ayat tathhir diturunkan, hanya Fatimah lah putri Nabi Saww yang masih hidup dan hanya Fatimah pula putri beliau yang memiliki keturunan.[6]

Jika melihat hadits-hadits di atas, sungguh mengherankan jika masih ada orang yang beranggapan bahwa Syiah telah melakukan "tikaman" kepada Ahlul Bait. Apanya yang ditikam? Dan siapa Ahlul Bait yang ditikam? Justru pendapat Syiah mengenai Ahlul Bait memiliki dalil yang sangat kuat.
Hanya muslim yang jujur, yang mampu menilai masalah Ahlul Bait ini dengan adil: Tanpa prasangka, tanpa kebencian, murni karena kecintaan.
Allahuma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad...

Wallahu a'lam .....
Perlu dibaca:
  1. Jangan Su'udhan, Pembela Syiah Belum Tentu Syiah
  2. Karena Membenci Syiah, Ahlul Bait Pun Terkena Fitnah
  3. Kemiripan Antara Perang Shiffin dengan Perang Suriah
[1] Dalam tulisan "Tikaman Syi’ah Kepada Ahlul Bait", hadits Muslim ini sengaja dipotong sampai kalimat "Zaid menjawab, Ya" agar argumen mereka dapat dibenarkan. Bahkan mereka mengabaikan perkataan Zaid bin Arqam yang mengatakan bahwa para istri Nabi Saww tidak termasuk kedalam Ahlul Bait yang menjadi pesan beliau.
[2] Dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqash dari ayahnya yang berkata: Muawiyah bin Abi Sufyan memerintah Sa’ad, lalu berkata: "Apa yang menghalangimu untuk mencaci Abu Turab (Ali)?!". Sa’ad berkata: "Selama aku masih mengingat tiga hal yang dikatakan oleh Rasulullah Saww aku tidak akan mencacinya..... Dan ketika turun ayat 'faqul ta'aalau nad'u abnaa-ana wa abnaa-akum...' (Katakanlah, Mari kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian... [Al-Imran ayat 61])', Rasulullah Saww memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan berkata: "Ya Allah merekalah keluargaku"." (HR. Muslim No. 4420 dan Tirmizi No. 3658)
[3] Menarik untuk membaca tulisan seorang blogger, "Pelat Kapal Nabi Nuh As", dimana ditemukan tulisan yang menyebutkan nama Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar (Hasan) dan Shabbir (Husain) pada pelat kayu yang diduga bekas kapal Nabi Nuh As. Jika berita ini benar, Subhanallah... Tuhan Sang Maha Perancang.
[4] Lihat Bukhari No. 3430, 4064; Muslim No. 4418, 4419, 4420, 4421; Tirmidzi No. 3658, 3663, 3664; Ibnu Majah No. 112, 118; Ahmad No. 1384, 1408, 1423, 1427, 1450, 1465, 1498, 1514, 1522, 2903, 10842, 14111, 25834, 26195.
[5] "Panggillah Harun abangmu beserta anak-anaknya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar, dan khususkanlah mereka supaya dapat melayani Aku sebagai imam." (Keluaran 28:2)
  • Artikel Terkait Dengan Agama

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    8 komentar

    Allahuma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad...

    10 Desember 2013 pukul 10.20  

    APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?


    Dalam Al Quran yang menyebut kata 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.


    1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".


    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.


    2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.


    3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".


    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.


    Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.


    Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:


    1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg 'nabi' dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.


    2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau 'anak tunggal' dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.


    3. Isteri-isteri beliau.


    4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan 'nasab'-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

    Lalu, masih adakah orang yang ngaku 'keturunan' Ahlul Bait itu??? Rasanya yang ngaku masih punya 'keturunan' Ahlul Bait di Indonesia maupun di dunia ya itu adalah keturunan Ali bin Abi Thalib itu kalau nasabnya nyambung.

    26 Agustus 2014 pukul 07.26  

    tidak ada kata selain kunjungannya gan disini:
    http://asoftware-community.blogspot.com/

    13 Oktober 2014 pukul 11.59  

    Syi’ah Rafidhah sengaja memutar balikkan fakta untuk menutupi kebobrokan aqidahnya guna menipu umat Islam. Semoga Allah melindungi kita dari tipu daya Syi'ah dengan propaganda2nya yang menggiurkan bagi umat yg aqidahnya masih lemah.

    11 Januari 2015 pukul 07.31  

    Siapakah Ahlul Bait?

    Pertanyaan:
    Assalamu’alaikum. Siapa sajakah yang termasuk ahlul bait, menurut pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah? Syukron

    Dari: Muhammad al Fatih Malie

    Jawaban:
    Wa’alaikumussalam
    Dalam kitab Syarh Ta’limul Muta’allim -salah satu kitab yang menjadi kurikulum di berbagai pesantren NU- karya Syaikh Ibrahim bin Ismail -salah seorang ulama Madzhab Syafi’i-, ketika beliau menjelaskan lafadz shalawat:

    والصلاة على محمد سيد العرب والعجم وعلى آله وأصحابه

    Semoga shalawat tercurah kepada Muhammad, pemimpin masyarakat Arab dan non-Arab, beserta keluarganya dan para sahabatnya.
    Beliau mengatakan,

    وآله من جهة النسب أولاد علي وعباس وجعفر وعقيل وحارث بن عبد المطلب

    “Keluarga Nabi dari sisi nasab adalah keturunan Ali, Abbas, Ja’far, Aqil (putra Abu Thalib), dan Haris bin Abdul Muthalib.” (Syarh Ta’limul Muta’allim, Hal. 3)

    Kemudian, termasuk ahlul bait berdasarkan dalil Alquran, adalah para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Dalil tegas yang menunjukkan bahwa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk keluarganya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا (32) وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

    “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu gemulai dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (nafsu) dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 32-33)
    Siapakah Ahlul Bait dalam Ayat Ini?

    Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu mengatakan,

    قوله: { إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال: نزلت في نساء النبي صلى الله عليه وسلم خاصة.

    “Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:410)

    Ikrimah rahimahullah (salah satu ahli tafsir murid Ibnu Abbas) mengatakan,

    من شاء باهلته أنها نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم

    “Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:411)

    Kenyataan di atas sangat berseberangan dengan dogma Syiah. Mereka sangat mengkultuskan keluarga Ali, namun membenci para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib. Bukti bahwa mereka sangat membenci istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa buruk mereka bahwa para istri beliau, terutama Aisyah dan Hafshah, kekal di neraka.

    10 Juli 2015 pukul 15.36  

    AHLUL BAIT: TRAGEDI PEMBUNUHAN KEMANUSIAAN PERTAMA DALAM PERJALANAN PANJANG PERADABAN UMAT MANUSIA (EPISODE 1)


    Ahlul-Bait (Bahasa Arab: أهل البيت) adalah istilah yang berarti "Orang Rumah" atau keluarga. Dalam tradisi Islam istilah itu mengarah kepada keluarga Muhammad. [https://id.wikipedia.org/wiki/Ahlul_Bait]


    Jika merujuk dalam Al Quran maka yang dianggap masuk kriteria Ahlul Bait bukan hanya dimaksudkan pada ‘Orang Rumah’ dari Nabi Muhammad SAW saja, ada juga dalil yang kuat dalam Al Quran seperti dari TQS. Hud, 11:73, Al Qashash, 28:12 dan Al Ahzab, 33:33. Bahwa istilah Ahlul Bait bisa jadi meliputi:

    1) isteri-isteri nabi;
    2) kedua orang tua kandung;
    3) saudara kandung perempuan dan lelaki dan jika khusus lelakinya bisa mempunyai ‘nasab’ keturunannya, serta;
    4) anak-anak kandung dan khusus lelakinya bisa mempunyai ‘nasab’ keturunannya.

    Lalu apakah dengan menyandang atribut sebagai ‘AHLUL BAIT’ mereka mampu menjaga harkat dan martabat serta amanat yang disandangnya sebagai keluarga Ahlul Bait tersebut?

    Simak perjalanan sejarah dari keluarga AHLUL BAIT episode pertama ini dalam rangka mengenal sejarah panjang peradaban umat manusia:


    Ceriterakanlah (Hai Muhammad) kepada mereka kisah kedua putra Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia (yang akan membunuh berkata ): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata (yang akan dibunuh): "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

    "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."

    "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim."

    Maka hawa amarah (si pembunuh) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.

    Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (si saudara pembunuh) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata : "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?"Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. [TQS. Al Maidah, 5:27-31]

    TQS. dikutip bebas dari: http://quran.umm.ac.id/id/isi-Al-Ma'idah-3-10.html

    30 Oktober 2015 pukul 04.55  

    "Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: 'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu (wahai Sarah)merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.'
    (Hud:69-73)
    Jelas sekali pada ayat ke 73 QS.Hud, bahwasanya Para malaikat itu berbicara (Kamu) pada Siti Sarah dengan ditekankan dgn kalimat Ahlul Bayt (kepada Siti Sarah)

    10 November 2015 pukul 22.43  

    AHLUL BAIT: DALAM TRAGEDI PERADABAN UMAT MANUSIA

    topik dan tema yg menarik, smg pencerahan ini bermanfaat bg kita semua khususnya soal Armageddon. Istilah armageddon tdk termuat dlm Al Quran tp sinyalnya sdh ada dlm Al Quran, bisa jd dng versi lainnya ya soal menjelang akhir zaman:

    1. pada era Ahli bait dr Adam As sdh terjd pembunuhan; 2. pd era Ahlul Baitnya Nabi Nuh sdh terjadi anak dan isterinya membangkangan akan ajaran Allah; 3) pd era ahlul bait Nabi Luth, sang isterinya pun membangkang; 4) pd era ahlul bait Nabi Ibrahim As bapaknya membangkang pd Tuhan; 5) pd era Nabi Ya'cub dan Yusuf As ahlul bait anak-anaknya yg sepuluh orang pun makar terhdap Nabi Yusuf As saudara mereka sendiri dst.

    https://www.facebook.com/209867215721047/photos/a.209869862387449.51518.209867215721047/1003868766320884/?type=3&fref=nf

    Soal kejadian aneh ulah manusia ya sdh diramalkan peristiwa besar menjelang kiamat dst. dlm Al Quran ciptaan Allah. dan kini sudah terjadi depan mata kita sendiri, Lalu apa lagi yg mau diramalkan oleh Nabi Muhammad SAW paling menjelaskan dan menjabarkan sesuai dng kewenangan beliau untuk umat dan manusia setelah kepergian beliau.

    ya kewenangan meramalkan akan datang kembali Isa As itu sdh dijawab dlm QS. 2:134 dan 141 apa lagi akan datang Imam Mahdi, apa iya ada nama Imam Mahdi yang konon adalah 'keturunan' ahlul bait, si pembawa panji hitam dlm Al Quran ? tak ada kewenangan untuk soal ramal meramalkanseperti ini pd Nabi Muhammad SAW. Opo iyo Isa As dan Imam Mahdi berduet lebih hebat perannya drpd Nabi Muhammad SAW sbg penutup para nabi (QS. 33:40)???

    mari kita kembali menjadi Muslim yang istiqamah, tidak Sunni dan tidak Syiah, karena itu:

    JANGAN TUNGGU IMAM MAHDI!!! DIA TIDAK AKAN DATANG BEGITU JUGA ISA AL MASIH

    HANYA ISLAM SAJA YANG TIDAK MENGANUT PAHAM MESIANISME

    18 November 2015 pukul 09.51  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler