earth
/* Iklan google ads */
Tampilkan postingan dengan label Sosial Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial Budaya. Tampilkan semua postingan

Bidadari-bidadari Itu Perempuan Shalihah

Makhluk bernama "perempuan" memang selalu menarik untuk dipandang, dipegang, digoyang (Hus! Ketiga hal ini hanya berlaku buat muhrim. Yang bukan muhrim, dibayang(in) aja, hehehe...), bahkan diperbincangkan. Apakah itu menyangkut kecantikannya, kegemulaiannya, kecerdasannya, keshalehannya, atau kemauannya yang (kadang) sukar dimengerti kaum lelaki.

Kali ini saya tidak akan menulis tentang hal-hal yang menyangkut perempuan karena sudah ada tulisan menarik mengenai hal ini yang ditulis oleh Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat). Berikut adalah tulisannya:

Aku Ini Kang, Bukan Mas Atau Bang

Semasa kuliah dulu, saya selalu merasa kurang "sreg" jika dipanggil Bang atau Abang oleh adik-adik angkatan. Sekalipun dalam budaya Kampus, begitu juga di lingkungan HMI Kampusku, panggilan tersebut sudah lumrah dilekatkan kepada kakak angkatan atau yang usianya lebih tua. Tapi sebagai orang Sunda pituin, tentu saya lebih menyukai jika dipanggil Kang atau Akang, karena bagi saya panggilan tersebut lebih terasa membumi dan terkesan akrab.
Namun anehnya, kepada kakak angkatan perempuan adik-adik angkatan ini memanggil Teteh. Tentu saja hal ini terdengar rancu dan menunjukkan ambivalensi panggilan terhadap kakak angkatan.
Bagi yang sering menonton IMB (Indonesia Mencari Bakat) yang ditayangkan oleh stasiun TV TransTV setiap Sabtu malam, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama-nama seperti: Hudson, Putri Ayu, Rumingkang, Funky Papua, Bonita, Berto, dll. Sebagai sebuah acara hiburan, IMB cukup memikat dan layak untuk dilihat karena menyajikan suatu tayangan yang agak berbeda dari acara-acara hiburan lainnya yang cenderung monoton, ikut-ikutan, dan kurang mendidik.
Dalam beberapa hari terakhir, media massa kita santer memberitakan kasus penyergapan sarang terroris yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88. Ini adalah kali yang kesekian Densus 88 berhasil membekuk para terroris yang sudah banyak meresahkan masyarakat di Republik ini. Lantas pertanyaannya, bisakah terorris itu ditumpas ke akar-akarnya?

Rasa-rasanya sangat sulit untuk menumpas terroris ini karena terroris, pada dasarnya, tidak terbentuk begitu saja. Ia muncul sebagai akibat dari adanya terror-terror yang melingkupi dirinya, yang kemudian memaksanya untuk menjadi terroris sebagai bentuk balas dendam atas terror terhadap diri maupun kelompoknya.

Plagiarisme: Sebuah Budaya Atau ...?

Akhir-akhir ini bangsa kita dihebohkan oleh sebuah berita tentang dugaan plagiarisme yang dilakukan oleh salah seorang Profesor di Universitas Parahyangan Bandung. Berita ini memang kalah heboh dibanding dengan kasus Century Gate dan Antasari. Namun di kalangan intelektual dan akademisi, berita ini menjadi perbincangan hangat dan menjadi bahan diskusi menarik.

Lantas, apa yang dimaksud dengan plagiarisme? Menurut esiklopedia elektronik Wikipedia, "plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri."

Valentine Day Haram? So What?

Setiap tanggal 14 Februari hampir di seluruh dunia merayakan valentine day (hari kasih sayang), tidak terkecuali di belahan dunia bagian timur, meski valentine day ini berasal dari budaya barat yang notabene sangat berbeda dengan budaya timur. Tapi apakah benar segala sesuatu yang berbau "barat" itu buruk dan haram untuk ditiru? Ini persoalan lain karena setiap orang memiliki cara pandang berbeda dalam berbagai hal, termasuk dalam memandang valentine day ini. Apakah merayakan valentine day itu haram atau halal, itu sangat tergantung darimana kita mengambil argumen untuk men-justifikasi terhadap pendapat kita.

Namun apapun pendapat itu, sebaiknya kita bersikap lebih bijak untuk memahaminya, tanpa harus menuding salah atau benar pada setiap pendapat yang terlontar. Kita harus menyadari bahwa "tidak ada yang salah dengan perbuatan apapun yang kita lakukan di dunia ini, kecuali setelah ada pernyataan yang menyalahkan perbuatan itu, juga sebaliknya". Jika meminjam istilah fiqih: "segala sesuatu itu boleh dilakukan kecuali ada dalil yang melarangnya."

Fenomena Mbah Surip Dan Kejenuhan Bangsa Indonesia

Berita tentang meninggalnya Mbah Surip telah membuat heboh bangsa Indonesia. Hampir setiap hari seluruh statsiun televisi menyiarkan seputar mbah nyeleneh yang satu ini. Kita memang layak berduka, layak merasa kehilangan atas kematian “manusia langka” ini. Betapa tidak, dengan segala keunikannya, dengan kesederhanaannya, dengan tawanya yang lepas, dengan gaya bicaranya yang polos, Mbah Surip telah mampu memberi warna pada kehidupan kita. Tidak itu saja, beliaupun telah mengajarkan wawasan baru tentang bagaimana kita menyikapi hidup dan mengasihi sesama. Tidak banyak orang yang bisa melakukan hidup dengan cara yang dilakukan oleh Mbah Surip ini. Hanya orang-orang yang telah mencapai derajat “qana’ah”-lah yang mampu melakukannya.

Bebaskan Ibu Prita Mulyasari

Sungguh aneh hukum di negeri ini, sering kali kita menjumpai hal-hal -yang menurut pandangan awan- sangat tidak masuk akal, janggal, dan memalukan. Tapi apa boleh dikata, itulah kenyataan yang terjadi di negeri kita tercinta.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana aparat hukum telah melakukan salah tangkap terhadap tersangka pembunuh Asrori di Jombang Jawa Timur, yang dituduhkan kepada Imam Hambali (Kemat), Devid Eko Priyanto dan Maman Sugianto alias Sugik. Kasus salah tangkap terhadap Masturi, warga kelurahan Cipetir, Tangerang, yang dituduh telah membunuh dan memperkosa Sri Mulyati, seorang PRT di Perumahan BTN Cipondoh. Dan masih banyak kasus-kasus lain yang tak terhitung jumlahnya.

New Kid On The Blog

"Edan", itulah kata yang tepat untuk menggambarkan dunia kiwari, dimana batas-batas negara, batas-batas moral dan agama, batas-batas susila dan etika telah menjadi tidak jelas dengan adanya dunia absurd tapi nyata. Di dunia ini semuanya serba boleh dan serba halal: tak ada batas pemisah yang jelas antarkeduanya. Dunia maya, itulah dunia yang sedang merambah ke semua pelosok dunia nyata kita tanpa kita mampu untuk mencegah atau menghindar darinya. Sebaliknya, jika kita menghindar darinya kita akan semakin terkucil dan menjadi orang-orang kerdil yang minim pengetahuan. Inilah kenyataan yang harus kita telan. Apakah kenyataan ini pahit atau tidak, tergantung dari mereka yang menilainya dan dari sudut mana ia menilainya, karena setiap penilaian tidak akan lepas dari unsur kepentingan dan subyektivitas, bahkan untuk menilai jawaban soal matematika sekalipun (kecuali para penilai yang jujur dan objektif, tentunya)!

10 Artikel Terbaru

10 Artikel Terpopuler