earth

Guestbook

/* Iklan google ads */
Berita tentang meninggalnya Mbah Surip telah membuat heboh bangsa Indonesia. Hampir setiap hari seluruh statsiun televisi menyiarkan seputar mbah nyeleneh yang satu ini. Kita memang layak berduka, layak merasa kehilangan atas kematian “manusia langka” ini. Betapa tidak, dengan segala keunikannya, dengan kesederhanaannya, dengan tawanya yang lepas, dengan gaya bicaranya yang polos, Mbah Surip telah mampu memberi warna pada kehidupan kita. Tidak itu saja, beliaupun telah mengajarkan wawasan baru tentang bagaimana kita menyikapi hidup dan mengasihi sesama. Tidak banyak orang yang bisa melakukan hidup dengan cara yang dilakukan oleh Mbah Surip ini. Hanya orang-orang yang telah mencapai derajat “qana’ah”-lah yang mampu melakukannya.

Fenomena Mbah Surip memang layak untuk kita cermati. Hanya dalam hitungan hari, ketenarannya telah mampu mengalahkan ketenaran artis pendatang baru manapun di bumi pertiwi ini. Padahal jika kita cermati lagu-lagu ciptaannya, tidak ada yang menakjubkan disana, baik itu dari segi lirik maupun syairnya. Bahkan kord-kord lagunya pun tergolong sederhana (mengenai hal ini seharusnya sobat Ence, pemilik blog Kebunsaida, yang pantas membahasnya karena selain beliau mantan leader dari beberapa grup band, salah satunya Prospect Band, juga menguasai hampir semua jenis alat musik modern).

Kita pantas bertanya mengapa beliau bisa cepat terkenal seperti itu? Barangkali jawabannya hanya satu: Kejenuhan bangsa ini. Bangsa kita sudah mengalami puncak kejenuhan, baik dalam hal budaya maupun politik.

Kejenuhan Budaya
Jika kita memperhatikan lagu-lagu yang ditawarkan oleh hampir setiap band/penyanyi selalu menyuguhkan lagu-lagu melankolis yang melulu bicara cinta. Selain itu warna musik yang mereka usung pun hampir seragam. Hal inilah yang membuat masyarakat bosan dengan sajian yang klise dan cenderung plagiat (meniru). Mereka butuh nuansa baru yang jujur dan lugas. Mereka butuh hiburan yang tidak didikte oleh kepentingan “pasar”, yang tidak munafik dan mengawang (utopis). Mereka butuh figur yang sederhana dan jujur. Bukan orang-orang yang berbicara (melantunkan lagu) seputar kesejatian cinta tapi dalam hidupnya penuh dengan perselingkuhan, kemunafikan dan kekerasan (KDRT). Juga bukan orang-orang yang berbicara (melantunkan lagu) religius tapi tak sedikitpun mereka perduli terhadap penderitaan orang lain. Dengan hadirnya Mbah Surip ke tengah-tengah kita seolah menjawab akan kebutuhan masyarakat tersebut.

Kejenuhan Politik
Selain kejenuhan budaya tadi, masyarakat kita juga sudah bosan, jenuh dan bahkan muak dengan keadaan politik negeri ini. Hampir setiap jam media massa kita menyajikan berita-berita tentang carut-marut politik yang terjadi di Republik ini, baik tentang perilaku korup dan haus kekuasaan para pelaku politik maupun kesemrautan aturan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan, mulai dari masalah penertiban, tata letak kota, tender, PMA (Penanam Modal Asing) sampai masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pemilu yang sampai saat ini diributkan. Hal inilah yang membuat masyarakat kita butuh akan hiburan yang kocak dan rileks untuk meredakan ketegangan syarap akibat kekesalan pada perilaku para politikus tadi.

Akibat dari kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan masyarakat itulah mengapa Mbah Surip begitu cepat melejit. Mbah Surip tidak saja telah memberikan nuansa baru bagi dunia hiburan kita, tapi juga telah mendobrak pakem dunia hiburan yang selama ini dianut. Dengan hadirnya Mbah Surip kita menjadi sadar bahwa yang sebenar-benarnya dibutuhkan oleh masyarakat dari strata apapun adalah sebuah kelugasan, kejujuran dan kesederhanaan. Karena dengan sikap seperti itulah kedamaian dunia akan terwujud.

Terima kasih Mbah karena engkau telah mengajarkan kepada bangsa ini bagaimana cara menyikapi hidup. “I Love You Full”, katamu. Sebuah kata yang tidak akan pernah hilang dari udara bangsa ini, karena ia telah menjadi ruh yang mengajarkan bagaimana kita menghargai dan mencintai sesama.

Selamat jalan Mbah, semoga Allah SWT menerima amal kebaikan Mbah dan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Amien...
  • Artikel Terkait Dengan Sosial Budaya

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    5 komentar

    PERTAMAXXXX...... he he he
    Betul sobat .... kedatangan dan kepergian yang paaaass .... seperti inilah yang umurnya panjang.
    Tapi kalau kita teliti lebih jauh ..... sebenarnya disepanjang masa selalu ada kejenuhan, hanya orang2 yang tingkat kreativitasnya tinggi saja yang mengetahuinya hingga dia mampu memunculkan moment itu menjadi sebuah komoditi, penyiram kemapanan.
    Banyak hal yang patut kita tengok dari seorang Mbah Surip (almarhum)
    Mari kita ambil hal2 baik dari nya
    Selamat jalan Mbah .... damailah disisi-Nya

    6 Agustus 2009 pukul 19.23  

    KEDUAKSSSS LAH. Kirain KAGAK KENAL si MBAH, eh LEBIH TAHU. Walaupun sdh TIDUR TERUSSSS. POKOKE, WHAAAAAA, WHAAAAAA10000X. HAHA2020X
    thaks mBAH. Semoga MBAH.

    Kang Ence SUHU BAND, HEDODDDDD????

    6 Agustus 2009 pukul 21.27  

    SELAMAT JALAN MBAH SURIP !!

    ILOVEUPULL

    7 Agustus 2009 pukul 00.01  

    we are not only pertamaxxx .. but we share about it...
    met malem..
    met bobok
    dan salam cinta dan damai...

    artikel yang ane cari dari dolo nee.. makasih tlah berbagi..
    suksess slalu yah...

    ane tunggu kedatangannya

    ______________________________________
    http://apocalytyo.blogspot.com/2009/08/rumah-idaman-vs-rumah-impian.html#comments

    7 Agustus 2009 pukul 01.27  

    i love u pull



    eh tukeran bannerya, bannernya SC udah saya pasang di blog saya
    http://rupiahanda.blogspot.com/

    10 April 2010 pukul 22.47  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler