earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Aku Ini Kang, Bukan Mas Atau Bang

Semasa kuliah dulu, saya selalu merasa kurang "sreg" jika dipanggil Bang atau Abang oleh adik-adik angkatan. Sekalipun dalam budaya Kampus, begitu juga di lingkungan HMI Kampusku, panggilan tersebut sudah lumrah dilekatkan kepada kakak angkatan atau yang usianya lebih tua. Tapi sebagai orang Sunda pituin, tentu saya lebih menyukai jika dipanggil Kang atau Akang, karena bagi saya panggilan tersebut lebih terasa membumi dan terkesan akrab.
Namun anehnya, kepada kakak angkatan perempuan adik-adik angkatan ini memanggil Teteh. Tentu saja hal ini terdengar rancu dan menunjukkan ambivalensi panggilan terhadap kakak angkatan.

Saya tidak tahu persis kenapa ambivalensi pemanggilan seperti itu terjadi pada Kampus yang masih berada di wilayah Jawa Barat (UIKA Bogor). Berbeda dengan Kampus-kampus yang berada di Bandung, seperti di Kampus dua adik saya dulu (UIN) atau Kampus istri saya (UNPAS). Namun pada tulisan kali ini saya tidak ingin membahas ambivalensi itu lebih jauh. Pada tulisan ini saya hanya ingin menjelaskan kenapa mayoritas laki-laki Sunda lebih merasa terhormat jika dipanggil dengan sebutan Kang atau Akang dibandingkan dengan panggilan Mas, Bang, atau yang lainnya. Lihat saja misalnya Kang Jalal (Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat), Kang Harry (alm. Harry Roesli), Kang Eddy (Eddy D. Iskandar), Kang Ibing (Ibing D'Kabayan), Kang Uyan (alm. Yan Asmi), dll.

Sebutan atau panggilan Kang memang memiliki makna yang sama dengan sebutan Mas atau Bang, yaitu sebagai sebuah panggilan kehormatan yang ditujukan kepada seorang laki-laki. Namun bagi urang Sunda, sebutan Kang (Teteh atau Euceu untuk panggilan kepada perempuan) memiliki nilai lebih daripada sekedar panggilan kehormatan:
  1. Panggilan tersebut dapat menunjukkan identitas kebangsaan/kesukuan orang yang dipanggilnya.
  2. Panggilan tersebut, secara tidak langsung, dapat melestarikan budaya dan adat istiadat Sunda.
  3. Dengan panggilan tersebut akan lebih menunjukkan keakraban dan kekerabatan antara si pemanggil dan yang dipanggil.

Dengan alasan-alasan seperti itulah mengapa mayoritas laki-laki Sunda lebih menyukai dipangging Kang atau Akang daripada panggilan kehormatan dari daerah lain, seperti Mas, Bang, Daeng, dll.
Wallahu a'lam.....

Sumber gambar: http://konithea.blogdetik.com
  • Artikel Terkait Dengan Sosial Budaya

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    25 komentar

    Selamat beraktifitas Kang Enes!

    20 Juni 2010 pukul 09.11  

    Baiklah mulai sekarang kupanggil "Kang Enes"

    20 Juni 2010 pukul 09.11  

    Ha ha ha... kalau saya walaupun berdarah sunda tetap enjoy dipanggil dengan Abang, Mas, atau Kang terkadang Aa, yang penting mereka masih menghormati saya dengan memanggil sebutan itu, toh artinya semua sama kan?? Enjoy aja lagi he he he

    20 Juni 2010 pukul 09.13  

    Untung saja selama ini aku selalu memanggil dg "Kang Enes" hehehe

    20 Juni 2010 pukul 20.27  

    Selamat pagi Kang Enes..

    21 Juni 2010 pukul 08.09  

    klo aku paling males dipanggil Bang Sob...biarpun dipanggil Bang, mas , kang atau apapun aku tetep nyaut cuma ko bisa jangan Bang hha........

    21 Juni 2010 pukul 13.57  

    hmmmm !!!!
    wajar ajha kang enes, sya dari tanah melayu jadi blum ngerti soal bahasa di daerah jawa khususnya sunda !!!!

    Ok, mulai skrang sya akan manggil kang enes, nmun jika ke ceplosan harap di maklumi !! heheheh !!!

    Happy blogging kang !!!

    21 Juni 2010 pukul 14.36  

    Ok deh Kang Enes.. mulai karang saya panggilnya Kang Enes... biar lebih akrab.. tapi jabatan di Profilenya Ustad?? jadi manggilnya Ustad Kang Enes?? he e he

    22 Juni 2010 pukul 11.15  

    kutan kitu atuh ngageroan kudu kang
    untung aku selalu manggil kang

    24 Juni 2010 pukul 23.31  

    hehehe,,, dukung penuh pelestarian bahasa daerah

    25 Juni 2010 pukul 08.32  

    Untung nggak dipanggil mbak, ya kang hehehehe

    25 Juni 2010 pukul 09.07  

    Ikut bercuap-cuao disini ach hehehe

    dari http://aguestri.co.cc

    25 Juni 2010 pukul 09.11  

    ajib, emg budaya daerah qta hrus dlestarikan. saya dukung sob, eh bukan kang. Tp inget, dmana bumi dpijak dstu lgit dijunjug.

    26 Juni 2010 pukul 07.22  

    heula pisan kungsi deukeut (sapapait) jeung neng geulis tasik sayang anggeus kuliah anggeus oge hubungan jadi tahunya sedikit saja ah jadi pabaliut ma mikir kembali mengenai hal itu

    26 Juni 2010 pukul 22.00  

    seingat saya dari dulu si panggilnya kang eNes hehe....,selamat berkarya kang..

    1 Juli 2010 pukul 00.13  

    ralat kang ,..kang ibing tos jadi jenat alias almarhum,,....leungit hiji tah sniman Sunda,...

    28 Agustus 2010 pukul 09.08  

    aduh saya setuju Kang Enes...
    saya bukan Urang Sunda sih tapi wong Banten alias Jaseng (Jawa Serang) tapi saya merasa bangga dan seneng dengan perempuan Banten (Sunda-Banten)yang tetap memakai Teteh meskipun Serang pake basa Jawa dialek Serang dan yang laki2 Kakang(Jawa). harusnya kalo pake basa Jawa kan Kakang-Mbakyu. jadinya agak aneh kalo di Serang pake bahasa Jawa tapi manggil Teteh hahaha (jadi ga jelas jawa pa sundanya hehe)

    Saya yang telah menyadari keunikan ini, kalo di Serang selalu membiasakan make Kang atau Aa ke laki2 dan Teteh ke perempuan. (orang Jawa Banten sih alih2 pake mas/mbak malah pake Aa/Teteh,yang laki2 ketarik budaya perempuan.Jadilah saya sangat senang sekali kalo orang memanggil saya Teteh hihi.

    Dulu Kang, saya naek ojeg bilang makasih mas. dgn lembut tukang ojeg yang masih muda itu bilang "Neng, orang Banten ko dipanggilnya Mas" wah semenjak itu dah saya sadar kalo walaupun gado-gado, Serang tetep punya budaya sendiri juga.

    btw.. Kang Enes anak2 muda zaman sekarang dari daerah Jabar ma Banten yang laki2 kyknya lbh suka dipanggil Aa,,

    hidup Kang Enes! hehe

    5 September 2012 pukul 13.44  

    Duh kang.. saya yang mengalami hal yang sama dengan Kang Enes pengen pasang plang "Saya Teteh, bukan Mba" Hiks..
    coz saya lebih seneng dipanggil Teteh.. dipanggil Neng hahahaha..

    8 Februari 2013 pukul 14.35  

    Soalnya di panggil Aa/Teteh dan Kang/Ceu/Nyai itu berasa lebih romantis kalo menurut saya bukan soal dihormatinya, buat aku sih anak muda 🤭😁

    11 Agustus 2020 pukul 10.28  

    Kalo menurut saya sebagai anak muda di panggil Aa/Teteh itu berasa lebih romantis saja, daripada di panggil Kang/Ceu/Nyai soalnya Kang itu kayanya yang udah bapa bapa 🤭😁

    11 Agustus 2020 pukul 10.30  

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh kang enes kenalkan nama saya Muhammad Rafly Hasibuan akrab disapa Kang Rafly dari Balikpapan Kalimantan Timur Alhamdulillah kang kita sefrekuensi lebih suka dipanggil kang walau ane orang Jawa tapi ane suka Laqob panggilan akang disematkan ke saya karena terkesan lebih sopan dan memang rata rata di komunitas dakwah di kota saya rata rata satu sama lain manggil kang walau ga seluruhnya suku Sunda kadang memang panggilan kang itu jadi kritikan oknum yg mainnya kurang jauh kamu kenapa dipanggil kang kan bukan urang Sunda lah rata rata kan pada umumnya org manggil mas kadang ga Mandang suku yg padahal mas itu panggilan Jawa gitu nah kang jadi disini saya mendeklarasikan bahwa saya Kang Rafly Hasibuan kang disini bermakna santri Insya Allah

    20 Maret 2022 pukul 10.35  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler