earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Melacak Hak Kepemimpinan Ali Dalam Kitab Hadits Sunni

Kekhalifahan Ali memang tidak segempita 'Umar yang melakukan banyak ekspansi ke berbagai wilayah, juga tidak sefenomenal Utsman yang melakukan finishing pembukuan Al-Qur'an yang sudah dimulai sejak jaman Abu Bakar. Namun perannya sebagai penjaga perdamaian umat Islam dan sumber bertanya menyangkut dienul Islam ketika itu tidak bisa dipandang remeh.
Dengan segala kearifannya, Ali lebih memilih berkompromi daripada berseteru dan menuntut haknya, karena menurutnya, jika hal itu ia lakukan maka yang akan menjadi tumbal adalah kaum muslimin sendiri.

Pada tulisan ini saya tidak ingin mengungkit-ngungkit sejarah yang sudah berlalu -let bygones be bygones, yang lalu biarlah berlalu- namun hanya ingin mengungkapkan riwayat-riwayat yang termuat dalam kitab-kitab hadits kita, Sunni, yang selama ini kurang (jarang) diketahui, akibatnya kita mudah terjebak pada prasangka, fitnah, bahkan pengkafiran terhadap orang-orang yang menganggap hak imamah/wilayah adalah milik Ali.

Sekarang, bukan saatnya lagi kita saling menyalahkan apalagi mengkafirkan satu sama lain. Di tengah mudahnya melacak hadits-hadits dari kitab-kitab hadits kita sendiri, ditambah mudahnya melacak sejarah dari berbagai versi, seharusnya kita bisa lebih arif dan tidak mudah terjebak oleh hasutan orang-orang berpikiran dangkal yang ingin mengacak-ngacak persatuan dan persaudaraan umat muslim di dunia.

Berikut ini akan saya paparkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan hak kepemimpinan Ali sepeninggal Nabi Saww. Namun mengingat redaksinya yang panjang, saya hanya akan menuliskan intinya saja. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat langsung dari sumbernya dengan cara mengklik nomor-nomor haditsnya.
Sebelum Peristiwa Ghadir Khum
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Sulaiman Adl Dluba'i dari Yazid Ar Risyk dari Mutharrif bin Abdullah dari Imran bin Hushain dia berkata; Rasulullah Saww mengutus sebuah ekspedisi perang dan mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai pemimpin mereka..... maka Rasulullah Saww menghadapkan mukanya dan tampak dari raut wajahnya beliau sangat marah, baliau bersabda: "Apa yang kalian inginkan dari Ali?" Apa yang kalian inginkan dari Ali? Apa yang kalian inginkan dari Ali? Sesungguhnya Ali adalah bagian dariku dan aku bagian darinya, dia adalah walinya setiap orang yang beriman sepeninggalku." Abu Isa berkata: "Hadits ini adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya melainkan dari hadits Ja'far bin Sulaiman." (HR. Tirmidzi No. 3645)

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah bercerita kepadaku Ajlah Al Kindi dari 'Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, Buraidah, berkata: Rasulullah Saww mengirim dua utusan ke Yaman, salah satunya dipimpin Ali bin Abi Thalib dan yang lain dipimpin Khalid bin Al-Walid, beliau bersabda: "Bila kalian bertemu maka yang menjadi pemimpin adalah Ali dan bila kalian berpisah maka masing-masing dari kalian memimpin pasukannya."..... lalu aku melihat muka marah diwajah Rasulullah Saww kemudian aku berkata: "Wahai Rasulullah, inilah aku meminta perlindungan kepadamu, sebab engkau sendiri yang mengutusku bersama seorang lelaki dan baginda memerintahkanku untuk menaatinya, dan aku hanya melakukan tugasku karena diutus." Rasulullah Saww bersabda: "Jangan membeci Ali karena ia adalah bagian dariku dan aku bagian darinya, ia adalah pemimpin kalian sepeninggalku. Ia bagian dariku dan aku bagian darinya, ia adalah pemimpin kalian sepeninggalku." (HR. Ahmad No. 21934)

Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin 'Ubaidah dari 'Abdullah bin Buraidah dari ayahnya bahwa ia melewati suatu majlis, mereka membicarakan 'Ali lalu ia berhenti dihadapan mereka, ia berkata: dulu dalam diriku ada sesuatu ganjalan terhadap Ali, dan Khalid bin Al-Walid juga seperti itu lalu, Rasulullah Saww mengutusku dalam tentara ekspedisi pasukan dipimpin Ali..... ternyata wajah Rasulullah Saww berubah lalu bersabda: "Barangsiapa yang aku adalah pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya." (HR. Ahmad No. 21950)

Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah, telah menceritakan kepada kami Abu Balj, telah menceritakan kepada kami Amru bin Maimun, berkata: "Aku duduk di samping Ibnu Abbas, ketika itu datang sembilan orang kepadanya..... kemudian Ibnu Abbas merekatkan bajunya sambil berkata: Cukup! Cukup! Mereka telah mencela seorang lelaki (Ali) yang memiliki sepuluh keutamaan. Mereka telah mencela seorang lelaki yang Nabi Saww berkata padanya: 'Aku akan berikan bendera (Perang Khaibar) kepada seorang lelaki yang tidak akan Allah hinakan selamanya. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.'..... Lalu Nabi Saww berkata: "Tidakkah engkau ridlo berada di sisiku seperti kedudukannya Harun di sisi Musa? Hanya saja engkau bukan seorang Nabi? Tidak sepatutnya aku pergi (wafat) kecuali engkau sebagai penggantiku di Madinah." Nabi Saww juga berkata kepadanya: "Engkau adalah waliku atas setiap mu'min sepeninggalku." Nabi juga berkata: "Tutuplah semua pintu masjid (bagi orang junub) kecuali pintunya Ali". Berkata Ibnu Abbas: Lalu Ali masuk masjid dalam keadaan junub dan itu adalah jalannya tidak ada jalan untuknya kecuali jalan tersebut. Nabi juga bersabda: "Barang siapa yang aku adalah walinya maka Ali juga menjadi walinya."..... (HR. Ahmad No. 2903)

Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin 'Ubaidah dari Ibnu Buraidah dari ayahnya berkata: Rasulullah Saww bersabda: "Barangsiapa yang aku adalah pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya." (HR. Ahmad No. 21979)

Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Bassyar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Salamah bin Kuhail dia berkata; saya mendengar Ath Thufail bercerita dari Abu Sarihah atau Zaid bin Arqam -Syu'bah ragu- dari Nabi Saww bersabda: "Sekiranya aku menjadikan seorang wali, maka Ali adalah walinya." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan gharib."..... (HR. Tirmidzi No. 3646)
Peristiwa Ghadir Khum
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abul Husain berkata, telah mengabarkan kepadaku Hammad bin Salamah dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari Adi bin Tsabit dari Barra` bin 'Azib ia menuturkan, "Kami bersama Rasulullah Saww berangkat haji di waktu beliau melakukan haji. Lalu beliau singgah di tengah perjalanan, beliau lalu memerintahkan shalat berjama'ah. Kemudian beliau memegang tangan Ali ra dan bersabda: "Bukankah aku lebih utama bagi kaum mukmin dari pada jiwa-jiwa mereka?" Para sahabat menjawab; "Benar." Beliau melanjutkan kembali: "Bukankah aku lebih utama bagi seorang mukmin dari pada dirinya? Mereka menjawab; "Benar". Beliau bersabda: "Maka ini (Ali) merupakan wali bagi orang yang menjadikan aku sebagai walinya. Ya Allah, tolonglah orang yang mencintainya. Ya Allah, musuhilah orang yang memusuhinya." (HR. Ibnu Majah No. 113)

Telah menceritakan kepada kami Affan Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah mengabarkan kepada kami Ali bin Zaid dari Adi bin Tsabit dari Al Baraa` bin Azib ia berkata; Kami pernah bersama Rasulullah Saww dalam suatu perjalanan. Kemudian kami singgah di Ghadir Khum dan tak lama kemudian adzan shalat pun dikumandangkan. Sebagai tempat beliau, dibersihkanlah semak-semak yang berada di bawah dua batang pohon, baru kemudian beliau shalat Zhuhur. Setelah itu, beliau langsung memegang tangan Ali ra seraya bertanya: "Bukankah kalian telah mengetahui bahwa diriku lebih berhak terhadap kaum mukminin atas diri mereka sendiri?" para sahabat menjawab, "Benar." Beliau bertanya lagi, "Bukankah kalian telah mengetahui bahwa saya lebih berhak terhadap setiap mukmin atas dirinya sendiri?" para sahabat menjawab, "Benar." Kemudian beliau memegang erat tangan Ali dan bersabda: "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai walinya, maka Ali juga merupakan wali baginya. Ya Allah, tolonglah orang-orang yang menolongnya, dan musuhilah orang yang memusuhinya." Setelah itu, Umar bin Khaththab ra berkata, "Selamat bagimu wahai Ali, kamu telah menjadi wali bagi setiap mu'min dan mu'minah."..... (HR. Ahmad No. 17749)

Telah menceritakan kepada kami 'Affan Telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Al Mughirah dari Abu Ubaid dari Maimun Abu Abdullah ia berkata, Zaid bin Arqam berkata sementara saya mendengarnya; Kami pernah singgah di suatu lembah yang bernama Wadi Khum bersama Rasulullah Saww, kemudian beliau memerintahkan untuk shalat, maka beliau pun shalat pada pertengahan hari saat terik matahari begitu menyengat. Setelah itu, beliau berkhutbah kepada kami, sementara beliau dinaungi dari panasnya terik matahari dengan kain yang diletakkan di atas pohon Samurah. Kemudian beliau bersabda: "Bukankah kalian telah mengetahui, bahwa saya adalah lebih utama terhadap setiap mukmin atas diri mereka sendiri?" para sahabat menjawab: "Benar." Beliau bersabda: "Maka siapa saja yang aku menjadi walinya, maka Ali adalah walinya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya dan musuhilah orang yang memusuhinya?" (HR. Ahmad No. 18519)

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik yakni Ibnu Abu Sulaiman, dari Athiyah Al 'Aufi ia berkata; Saya bertanya kepada Zaid bin Arqam, saya berkata, "Sesungguhnya, mertuaku telah menceritakan kepadaku suatu hadits dari Anda, terkait dengan Ali ra pada hari Ghadir Khum..... Ia berkata, "Ya. Waktu itu, kami berada di Juhfah, kemudian Rasulullah Saww menemui kami pada waktu zhuhur. Beliau memegang lengan Ali ra seraya bersabda: "Wahai sekalian manusia, bukankah kalian telah mengetahui, bahwa saya adalah lebih utama bagi kaum muslimin atas diri mereka sendiri?" para sahabat menjawab: "Benar." Beliau bersabda: "Maka siapa saja yang aku menjadi walinya, maka Ali juga menjadi walinya." Saya bertanya kepada Zaid, "Apakah beliau mengatakan; 'Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya dan musuhilah orang yang memusuhinya.'?" Zaid menjawab; "Yang saya beritakan kepada kalian hanyalah sebagaimana apa yang saya dengar." (HR. Ahmad No. 18476)
Kesaksian Para Shahabat Atas Peristiwa Ghadir Khum
Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ali bin Hakim Al Audi telah memberitakan kepada kami Syarik dari Abu Ishaq dari Sa'id bin Wahab dan Zaid bin Yutsai' keduanya berkata: Ali meminta orang-orang untuk bersaksi pada saat di Rahabah: "Siapa yang pernah mendengar Rasulullah Saww pada hari Ghadir Khum bersabda untuk berdiri?" maka dari arah Sa'id berdiri enam orang, dari arah Zaid enam orang. Mereka bersaksi bahwa mereka mendengar Rasulullah Saww bersabda kepada Ali ra pada hari Ghadir Khum: "Bukankah Allah lebih dekat kepada orang-orang mukmin." Mereka menjawab: "Ya." beliau bersabda: "Ya Allah, siapa yang telah menjadikanku walinya maka Ali-lah walinya. Ya Allah lindungilah orang berwali kepadanya dan musuhilah orang yang memusuhinya." Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hakim telah memberitakan kepada kami Syarik dari Abu Ishaq dari 'Amru Dzi Murrin sebagaimana hadits Abu Ishaq yaitu dari Sa'id dan Zaid, dan tambahan redaksi di dalamnya: "Tolonglah orang yang menolongnya, hinakan orang yang menghinakannya." Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ali telah memberitakan kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Habib bin Abu Tsabit dari Abu Thufail dari Zaid bin Arqam dari Nabi Saww seperti hadits di atas. (HR. Ahmad No. 906)

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhamamd dan Abu Nu'aim Al Ma'na keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Fithr dari Abu Ath Thufail ia berkata: Ali ra mengumpulkan orang-orang di tanah lapang kemudian berkata kepada mereka, "Saya menyumpah dengan nama Allah, atas setiap Muslim yang telah mendengar Rasulullah Saww bersabda pada hari Ghadir Khum, terhadap apa yang telah didengarnya." Ketika ia berdiri, maka berdirilah tiga puluh orang dari mereka. Abu Nu'aim berkata; Kemudian berdirilah banyak orang dan memberikan kesaksian, yakni saat Rasulullah Saww memegang tangannya dan bersabda kepada manusia, "Bukankah kalian telah mengetahui, bahwa saya adalah lebih utama bagi kaum muslimin atas diri mereka sendiri?" para sahabat menjawab: "Benar." Beliau bersabda: "Maka siapa saja yang aku menjadi walinya, maka Ali adalah walinya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya dan musuhilah orang yang memusuhinya?" Sepertinya di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal, maka saya pun menemui Zaid bin Arqam dan berkata kepadanya, "Saya mendengar Ali ra berkata begini dan begitu." Ia menjawab: "Kami tidaklah mengingkarinya, sungguh, saya telah mendengar Rasulullah Saww mengatakan hal itu kepadanya." (HR. Ahmad No. 18497)

Mengenai permintaan kesaksian Ali ini bisa juga dilihat pada Musnad Ahmad No. 606, 633, 915, 918, 1242, 22028, 22062, 22461.
Pengakuan Para Shahabat
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah berkata, telah menceritakan kepada kami Musa bin Muslim dari Ibnu Sabith -yaitu Abdurrahman- dari Sa'd bin Abu Waqqash ia menuturkan; Mu'awiyah tiba dari sebagian pelaksanaan ibadah hajinya, lalu masuklah Sa'ad menemuinya, mereka sedang memperbincangkan Ali dan mencelanya. Maka marahlah Sa'ad seraya berkata: "Kamu katakan ini kepada seorang lelaki yang aku sendiri mendengar Rasulullah Saww bersabda: "Barangsiapa menjadikan aku sebagai walinya, maka Ali (juga) walinya." Dan aku mendengarnya bersabda: "Kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya saja tidak ada Nabi setelahku." Dan aku mendengarnya bersabda: "Sungguh aku akan memberikan bendera pada hari ini kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya." (HR. Ibnu Majah No. 118)

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Adam telah bercerita kepada kami Hanasy bin Al-Harits bin Laqith An Nakha'i Al-Asyja'i dari Riyah bin Al-Harits berkata: Serombongan orang telah mendatangi Ali di Rahbah, mereka mengucapkan; "Assalaamu 'alaika Ya maulana..." 'Ali berkata: "Bagaimana aku menjadi pemimpin kalian sementara kalian adalah kaum Arab?" Mereka berkata; "Kami mendengar Rasulullah Saww bersabda saat perang Ghadir Khum: 'Barangsiapa yang aku adalah pemimpinnya maka orang ini (Ali) adalah pemimpinnya'."..... (HR. Ahmad No. 22461)
Bahkan Fatimah Pun Pemimpin
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Dan telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Numair dari Zakaria; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya. Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari Firas dari 'Amir dari Masruq dari 'Aisyah dia berkata: "Suatu ketika para istri Rasulullah Saww sedang berkumpul tanpa ada seorang pun dari mereka yang tidak hadir saat itu. Tak lama kemudian, datanglah Fatimah dengan berjalan kaki yang mana cara jalannya persis dengan cara jalannya Rasulullah Saww. Ketika melihatnya, maka beliau pun menyambutnya dengan mengucapkan: "Selamat datang hai puteriku yang tercinta!" Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepadanya hingga ia menangis tersedu-sedu..... Setelah Rasulullah Saww meninggal dunia, saya hampiri Fatimah seraya bertanya kepadanya: "Hai Fatimah, saya hanya ingin menanyakan kepadamu tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah kepadamu yang dulu kamu tidak mau menjelaskannya kepada saya." Fatimah menjawab: "Dulu Rasulullah Saww membisikkan sesuatu kepada saya, beliau memberitahukan bahwa Jibril dan beliau biasanya bertadarus Al Qur'an satu kali dalam setiap tahun dan kini beliau bertadarus kepadanya (Jibril) sebanyak dua kali: 'Sungguh aku (Rasulullah) tahu bahwa ajalku telah dekat. Sesungguhnya kamu adalah orang yang paling pertama menyusulku dari kalangan ahlul baitku. Sebaik-baik pendahulumu adalah aku'." Fatimah berkata: "Mendengar bisikan itu, maka saya pun menangis. Kemudian ketika beliau berbisik lagi kepada saya: 'Tidakkah engkau ridlo dijadikan pemimpin perempuan orang-orang mukmin atau sebaik-baiknya wanita umat ini?' Lalu saya pun tertawa karena hal itu." (HR. Muslim No. 4488)
Lihat juga Sunan Ibnu Majah No. 1610 dan Musnad Ahmad No. 25209.
Mereka Tidak Berbohong
Melihat hadits-hadits di atas, rasanya sulit untuk membantah bahwa Ali lah yang seharusnya menggantikan kepemimpinan Nabi Saww selepas beliau wafat. Bahkan menjelang kematian beliau, Ali tidak diikutkan dalam pasukan Usamah bin Zaid padahal biasanya Ali tidak pernah absen dalam setiap pasukan. Dan ketika Ali memaksa diikutsertakan dalam pasukan tersebut, Nabi Saww mengatakan: "Tidakkah engkau ridlo berada di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja engkau bukan seorang Nabi? Tidak sepatutnya aku pergi (wafat) kecuali engkau sebagai penggantiku di Madinah..... Engkau adalah waliku atas setiap mu'min sepeninggalku."[1]

Bahkan secara eksplisit Al-Qur'an pun mengungkapkan hak kepemimpinan Ali ini. Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 55 berikut:
Ø¥ِÙ†َّÙ…َا ÙˆَÙ„ِÙŠُّÙƒُÙ…ُ اللَّÙ‡ُ ÙˆَرَسُولُÙ‡ُ ÙˆَالَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا الَّØ°ِينَ ÙŠُÙ‚ِيمُونَ الصَّÙ„َاةَ ÙˆَÙŠُؤْتُونَ الزَّÙƒَاةَ ÙˆَÙ‡ُÙ…ْ رَاكِعُونَ
"Sesungguhnya wali (imam) kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat sedangkan mereka dalam keadaan ruku'." (Al-Maidah ayat 55)
Menurut Asbabunnujul[2] ayat ini diturunkan berkaitan dengan peristiwa dimana Ali memberikan sidekah pada saat beliau sedang ruku' dalam shalatnya. Karena itu ayat ini bisa dimaknai bahwa wali (imam) umat Islam adalah Allah, Nabi Muhammad Saww, dan Ali As.

Maka tidaklah berlebihan jika suadara kita, Syiah, mengklim bahwa hak kepemimpinan selepas Nabi Saww wafat adalah milik Ali, karena memang demikianlah adanya menurut riwayat hadits-hadits kita sendiri. Namun karena sejarah telah bergulir dan waktu tidak bisa dikembalikan ke belakang, maka sudah selayaknya kita tetap menghormati keputusan para shahabat pada waktu itu yang memilih Abu Bakar pada peristiwa Saqifah bani Sa'idah sebagai khalifah pengganti Nabi Saww.[3] Terlepas apakah ijtihad para shahabat (khususnya 'Umar) itu benar atau tidak, semuanya kita serahkan pada Allah Swt, satu-satunya Dzat Yang Paling Berhak Menilainya.

Kita bisa berdebat dan mencari-cari alasan pembenaran terhadap keyakinan kita dengan melakukan takwil-takwil dan penafsiran-penafsiran berbeda terhadap hadits-hadits tersebut, tapi tengoklah ke dasar nurani dan akal kita, berpikirlah dengan jernih agar bisa mendapat kearifan. Telusurilah janji Allah kepada Ibrahim As, nubuat yang disampaikan kepada Musa As, hingga pentahbisan (pensucian) keluarga Harun As. Disana ada rencana Allah yang berkesinambungan untuk dua keturunan Ibrahim As: Imail As dan Ishak As. Bahkan kota suci pun telah dipersiapkan Allah bagi keduanya, yang satu Yerusalem dan satunya lagi Makkah.[4]

Ini bukan masalah menang atau kalah, karena memang tidak ada yang menang dan kalah di sini. Ini masalah kejujuran dan keadilan dalam menilai persoalan. Bukan saatnya lagi kita berselisih hanya untuk menentukan siapa yang harus jadi pemimpin (khalifah), karena sudah jelas pemimpin kita sekarang adalah SBY, paling tidak hingga Juli-Oktober 2014 mendatang. Masalah itu sudah menjadi sejarah yang tidak bisa diubah. Sekarang kita tengah menyongsong masa depan yang rumit dan penuh cobaan. Alangkah indahnya jika Sunni-Syiah bersatu padu, bahu membahu saling membantu dalam menyongsong masa datang demi Islam yang gemilang.

Wallahu a'lam.....
Layak Baca:
  1. Jangan Su'udhan, Pembela Syiah Belum Tentu Syiah
  2. Hati-hati, Lima Doktrin Syiah Iran Ini Sangat Berbahaya!
  3. Siapakah Ahlul Bait Nabi Yang Disucikan Allah?
[1] Lihat Musnad Ahmad No. 2903.
[2] Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadits dalam kitab Al-Awsath melalui sanad yang di dalamnya banyak terdapat rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal) dari Ammar bin Yasir yang menceritakan, "Pada suatu hari datang seorang pengemis kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan waktu itu Ali sedang ruku' dalam shalat sunah. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Lalu turunlah ayat: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55)". Dan hadits ini mempunyai syahid (saksi) dari hadits lain yang memperkuatnya. Abdurrazaq telah berkata, "Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: 'Innama waliyukumullahu wa rasuluhu walladziina aamanu alladziina yuqiimunash shalata wa yu'tuunaz zakata wa hum raaki'uun' (Al-Maidah ayat 55), bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abu Thalib". Ibnu Murdawaih meriwayatkannya dari jalur lain, dari Ibnu Abbas dengan makna yang sama. Dan telah diketengahkan pula hadits yang serupa dari Ali secara langsung. Ibnu Jarir mengetengahkan dari Mujahid, dan juga Ibnu Abu Hatim dari Salamah bin Kuhail hadits yang serupa; kesemuanya itu adalah saksi-saksi yang satu sama lainnya saling memperkuat.
[3] Buku menarik: "Saqifah, Awal Perselisihan Umat" karya O. Hashem yang layak untuk dibaca bisa di-download disini.
[4] Mengenai "rencana Allah" ini, Insya Allah akan dibahas lebih rinci pada postingan berikutnya.
  • Artikel Terkait Dengan Agama

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    12 komentar

    "Alangkah indahnya jika Sunni-Syiah bersatu padu, bahu membahu saling membantu dalam menyongsong masa datang demi Islam yang gemilang."

    Bener kang, pasti indah...

    10 Desember 2013 pukul 10.17  

    kok dilacak segala? lha itu sudah jadi pemimpin ke empat kok.. semua kholifaturrosyidin dekat dengan nabi bro.. saya sarankan anda juga melihat hadits2 dan ayat tentang kelebihan abu bakar dan umar.. salam

    11 Desember 2013 pukul 03.41  

    jero ey lur, bahasan mengenai sunni syiah teh..... tapi memang aya akar sejarah nu teu pernah terhapus, perebutan kekuasan, nu berakhir kana akidah jeung ideologi....

    13 Desember 2013 pukul 10.51  

    Jangan digubris. Penulis ini penganut syiah. Saya bisa mencium aroma syiah didalamnya.

    14 Desember 2013 pukul 19.35  

    Kamilah orang Sunni yang mengikuti Ali. Kamu orang syiah telah ditipu oleh Ayat setan Khomeini.

    14 Desember 2013 pukul 19.37  

    Terimakasih untuk pencerahannya, saya ijin share di efbi saya, saya sendiri bingung, banyak orang yang mengaku islam tetapi gampang terprovokasi untuk membenci syiah/Iran, padahal sudah jelas sekali motif dari fitnah tersebut, untuk memerangi Iran dengan melemahkan lwat dalam islam sendiri, padahal orang islam Iran melakukan apa yg kita lakukan, shalawat, sholat, haji, zakat, puasa, sama seperti islam lainnya, tetapi mereka lebih percaya berita buruk dan fitnah...sungguh islam yang aneh, mau2nya di pecah belah dengan sedikit hasutan dan fitnah yg sedikit meyakinkan

    20 Maret 2014 pukul 19.21  

    Terima kasih kang eNes sudah ikut berbagi ilmu, mudah-mudahan kedepannya semakin banyak lagi umat muslim yang tidak mudah mensesatkan saudaranya yang lain hanya karena berbeda pemikiran.

    16 Juli 2014 pukul 22.53  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler