Dua hari yang lalu saya me-like postingan Ibu Dina Y. Sulaeman di FB-nya. Postingannya cukup menarik perhatian karena menyertakan sebuah gambar kaos bertuliskan TRIAS CORRUPTICA: Legislathieves, Executhieves, Judicathieves (Lihat gambar sebelah).
Semula saya tidak begitu tertarik dengan komentar teman FB-nya Ibu Dina yang menyertakan sebuah gambar lain. Karena saya pikir itu adalah gambar biasa, atau gambar sindirin untuk para koruptor, sehingga tidak diperhatikan secara seksama. Saya hanya memberikan komentar asal pada postingan Ibu Dina dengan bentuk puisi:
Namun setelah ada yang me-like puisi saya, iseng-iseng saya perhatikan gambar dari teman FB-nya Ibu Dina, dan kemudian saya zoom supaya lebih jelas. Ternyata gambar tersebut cukup membuat saya kaget karena terlihat seperti melecehkan Al-Qur'an (Lihat gambar di bawah).
Mungkin si penulis tidak bermaksud untuk menghina firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 11-12 tersebut, yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah tidak bisa berhitung. Mungkin dia hanya ingin menegaskan bahwa salah satu penyebab korupsi adalah karena adanya pemikiran untuk bisa mewariskan sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang ditinggal mati, karena dalam komentarnya ia menuliskan: "pangkal masalah yang merasuk ke alam bawah sadar karena dibaca berulangkali..." Mungkin juga dia ingin menyindir bahwa pangkal masalah dari tindak korupsi adalah akibat seringnya membaca surat An-Nisaa tersebut. Entahlah, hanya Allah yang tahu apa yang tersirat dalam hatinya (Husnudzon saja).
Karena merasa khawatir akan terjadi kesalahfahaman terhadap surat An-Nisaa tersebut, akhirnya saya inbox Ibu Dina untuk meminta persetujuan me-link postingannya di tulisan ini. Dan dari penuturannya, Ibu Dina pun tidak kenal secara pribadi dengan orang itu (Biasa lah di FB, gak fren juga bisa jadi fren). Bahkan konon, pernah juga orang tersebut menulis sebuah notes yang meragukan orisinalitas Al-Qur'an (sayang notes-nya sudah dihapus).
Pada tulisan ini saya tidak akan mengurusi keyakinan orang lain. Biarlah hal itu menjadi tanggung jawab masing-masing di akhirat kelak (kalau masih percaya akhirat). Yang saya ingin tekankan disini adalah bahwa gambar tersebut sangat membahayakan jika difahami secara salah. Bagi muslim awam, gambar tersebut bisa menimbulkan kesalahfahaman seolah-olah telah terjadi kekeliruan dalam perhitungan Al-Qur'an. Sementara bagi para pembenci Islam, gambar tersebut dapat dijadikan alat untuk menghina dan menjelek-jelekkan Islam. Dan imbasnya bisa lebih fatal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara karena kita akan kembali terjebak pada masalah klise: SARA. Karena itulah perlu saya luruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Jika melihat sepintas pada surat An-Nisaa ayat 11-12 tersebut kemudian menjumlahkannya secara Ilmu Matematika biasa, jelas hasilnya akan salah, seperti ini:
Padahal jika menggunakan perhitungan Ilmu Faraidh (Ilmu Waris), Anak Perempuan termasuk kelompok yang mendapatkan 'Ashabah bil Ghair (yang menerima sisa dari harta waris), sehingga bagian Anak Perempuan tidak menjadi 16 melainkan 13 (sisanya), sebagai hasil dari KPK dikurangi bagian Ayah, Ibu, dan Istri (24 - (4+4+3) = 13). Maka cara menghitungnya:
Jika menggunakan perhitungan Matematika, bagaimana jika si Suami hanya meningggalkan Ibu, Istri, dan Anak saja, karena Ayahnya sudah meninggal duluan, soalnya nanti akan terjadi kelebihan harta waris? Nah, kelebihannya ini mau dikemanakan?
Tapi jika menggunakan Ilmu Faraidh, tidak akan terjadi kelebihan, karena si Anak tetap mendapatkan 'Ashabah-nya, seperti ini:
Memahami Islam tidak bisa sekedar mengandalkan Al-Qur'an saja karena ada penjelasan-penjelasan lain melalui hadits atau ijma' ulama. Seperti berwudhu, misalnya. Jika hanya mengandalkan Al-Qur'an, maka berwudhu cukup dengan: membasuh muka, membasuh tangan sampai dengan siku, mengusap kepala, dan membasuh kaki sampai dengan kedua mata kaki (QS, 5:6). Bahkan untuk melakukan gerakan shalat tidak ada tata-caranya di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an hanya menyebutkan supaya berdiri, menghadap kiblat (Masjidil Haram), ruku', dan sujud. Itupun dengan ayat-ayat yang saling terpisah.
Jadi untuk memahami Al-Qur'an jangan hanya sekedar membaca artinya tapi harus dibarengi dengan tafsir-tafsir yang menyertainya serta asbabun nujul (sebab-sebab turunnya) Al-Qur'an, sehingga nantinya tidak menyesatkan.
Ingatlah firman Allah dalam surat Al-Isrâ´ ayat 36:
Wallahu a'lam...
Kanggo Bu Dina: Haturnuhun kana izin link-na.
Layak Baca:
Semula saya tidak begitu tertarik dengan komentar teman FB-nya Ibu Dina yang menyertakan sebuah gambar lain. Karena saya pikir itu adalah gambar biasa, atau gambar sindirin untuk para koruptor, sehingga tidak diperhatikan secara seksama. Saya hanya memberikan komentar asal pada postingan Ibu Dina dengan bentuk puisi:
Tuhan tak ada di kantor, pabrik, sekolah, jalanan dan tempat maksiat
Dia hanya ada di rumah-rumah ibadah dan di tempat-tempat munajat
Jika ini kau yakini, tunggulah kehancuran yang maha dahsyat
Namun setelah ada yang me-like puisi saya, iseng-iseng saya perhatikan gambar dari teman FB-nya Ibu Dina, dan kemudian saya zoom supaya lebih jelas. Ternyata gambar tersebut cukup membuat saya kaget karena terlihat seperti melecehkan Al-Qur'an (Lihat gambar di bawah).
Mungkin si penulis tidak bermaksud untuk menghina firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 11-12 tersebut, yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah tidak bisa berhitung. Mungkin dia hanya ingin menegaskan bahwa salah satu penyebab korupsi adalah karena adanya pemikiran untuk bisa mewariskan sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang ditinggal mati, karena dalam komentarnya ia menuliskan: "pangkal masalah yang merasuk ke alam bawah sadar karena dibaca berulangkali..." Mungkin juga dia ingin menyindir bahwa pangkal masalah dari tindak korupsi adalah akibat seringnya membaca surat An-Nisaa tersebut. Entahlah, hanya Allah yang tahu apa yang tersirat dalam hatinya (Husnudzon saja).
Karena merasa khawatir akan terjadi kesalahfahaman terhadap surat An-Nisaa tersebut, akhirnya saya inbox Ibu Dina untuk meminta persetujuan me-link postingannya di tulisan ini. Dan dari penuturannya, Ibu Dina pun tidak kenal secara pribadi dengan orang itu (Biasa lah di FB, gak fren juga bisa jadi fren). Bahkan konon, pernah juga orang tersebut menulis sebuah notes yang meragukan orisinalitas Al-Qur'an (sayang notes-nya sudah dihapus).
Pada tulisan ini saya tidak akan mengurusi keyakinan orang lain. Biarlah hal itu menjadi tanggung jawab masing-masing di akhirat kelak (kalau masih percaya akhirat). Yang saya ingin tekankan disini adalah bahwa gambar tersebut sangat membahayakan jika difahami secara salah. Bagi muslim awam, gambar tersebut bisa menimbulkan kesalahfahaman seolah-olah telah terjadi kekeliruan dalam perhitungan Al-Qur'an. Sementara bagi para pembenci Islam, gambar tersebut dapat dijadikan alat untuk menghina dan menjelek-jelekkan Islam. Dan imbasnya bisa lebih fatal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara karena kita akan kembali terjebak pada masalah klise: SARA. Karena itulah perlu saya luruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Jika melihat sepintas pada surat An-Nisaa ayat 11-12 tersebut kemudian menjumlahkannya secara Ilmu Matematika biasa, jelas hasilnya akan salah, seperti ini:
Perhitungan Matematika:Ayah = 1/6 x 24 = 4 (24 adalah KPK dari 3, 6, dan 8)
Ibu = 1/6 x 24 = 4
Istri = 1/8 x 24 = 3
Anak Perempuan = 2/3 x 24 = 16
Sehingga jika dijumlahkan hasilnya:
4/24 + 4/24 + 3/24 + 16/24 = 27/24 = 1,125 > 1
Padahal jika menggunakan perhitungan Ilmu Faraidh (Ilmu Waris), Anak Perempuan termasuk kelompok yang mendapatkan 'Ashabah bil Ghair (yang menerima sisa dari harta waris), sehingga bagian Anak Perempuan tidak menjadi 16 melainkan 13 (sisanya), sebagai hasil dari KPK dikurangi bagian Ayah, Ibu, dan Istri (24 - (4+4+3) = 13). Maka cara menghitungnya:
Perhitungan Ilmu Faraidh:Ayah = 1/6 x 24 = 4 (24 adalah KPK dari 3, 6, dan 8)
Ibu = 1/6 x 24 = 4
Istri = 1/8 x 24 = 3
Anak Perempuan = 2/3 = 'Ashabah bil Ghair = 24 - (4+4+3) = 13
Sehingga jika dijumlahkan hasilnya:
4/24 + 4/24 + 3/24 + 13/24 = 24/24 = 1
Jika menggunakan perhitungan Matematika, bagaimana jika si Suami hanya meningggalkan Ibu, Istri, dan Anak saja, karena Ayahnya sudah meninggal duluan, soalnya nanti akan terjadi kelebihan harta waris? Nah, kelebihannya ini mau dikemanakan?
Perhitungan Matematika:Ibu = 1/6 x 24 = 4
Istri = 1/8 x 24 = 3
Anak Perempuan = 2/3 x 24 = 16
Sehingga jika dijumlahkan hasilnya:
4/24 + 3/24 + 16/24 = 23/24 < 1 (ada sisa 1/24 buat siapa?)
Tapi jika menggunakan Ilmu Faraidh, tidak akan terjadi kelebihan, karena si Anak tetap mendapatkan 'Ashabah-nya, seperti ini:
Perhitungan Ilmu Faraidh:Ibu = 1/6 x 24 = 4
Istri = 1/8 x 24 = 3
Anak Perempuan = 2/3 = 'Ashabah bil Ghair = 24 - (4+3) = 17
Sehingga jika dijumlahkan hasilnya:
4/24 + 3/24 + 17/24 = 24/24 = 1
Catatan:Seingat saya perhitungannya seperti itu, maklum sudah long long time ago gak nyantri. Untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan langsung kepada ulama ahli Fiqih.
Memahami Islam tidak bisa sekedar mengandalkan Al-Qur'an saja karena ada penjelasan-penjelasan lain melalui hadits atau ijma' ulama. Seperti berwudhu, misalnya. Jika hanya mengandalkan Al-Qur'an, maka berwudhu cukup dengan: membasuh muka, membasuh tangan sampai dengan siku, mengusap kepala, dan membasuh kaki sampai dengan kedua mata kaki (QS, 5:6). Bahkan untuk melakukan gerakan shalat tidak ada tata-caranya di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an hanya menyebutkan supaya berdiri, menghadap kiblat (Masjidil Haram), ruku', dan sujud. Itupun dengan ayat-ayat yang saling terpisah.
Jadi untuk memahami Al-Qur'an jangan hanya sekedar membaca artinya tapi harus dibarengi dengan tafsir-tafsir yang menyertainya serta asbabun nujul (sebab-sebab turunnya) Al-Qur'an, sehingga nantinya tidak menyesatkan.
Ingatlah firman Allah dalam surat Al-Isrâ´ ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu (pengetahuan) tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (QS, 17:36)
Ceuk urang Sunda mah, "Mun teu nyaho, ngajedog!"
Wallahu a'lam...
Kanggo Bu Dina: Haturnuhun kana izin link-na.
Layak Baca:
Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Syiah:
- Syiah = NU + Imamah, Tradisi Syiah di Indonesia
- Taqiyah, Abdullah bin Saba, Saqifah, Khilafah, 'Umar, Abu Bakar
- Utsman, Mu'awiyah, 'Aisyah, Thulaqa, Fitnatulkubro, Ahlul Bait
- Nikah Mut'ah, Abu Hurairah, Hadits-hadits Janggal, Shalat Jama'
- 12 Imam, Talfiq, Al-Qur'an Syiah, Kitab Al-Kafi, Strategi Zionis
6 komentarPosting Komentar
Al- Quran adalah sumber segalanya .... Menjadi acuan bagi kita dlm kehidupan sehari2.
Saya sempat geram juga membaca ada salah satu guru besar di Makasar yg menyatakan bahwa Al-Quran sdh tidak cocok lagi utk zaman sekarang. Menurut saya itu gak beralasan banget dia buat pernyataan spt itu. Pernyataan ini di manfaat kan oleh teman non Muslim ( katolik) utk disebar luaskannya di FB
@Hariyanti Sukma Ya, begitulah mereka bu, selalu mencari celah permusuhan (QS, 2:120).
Biarkan saja. Toh semuanya nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Kita mah akur saja... Damai itu indah
Harus ada yang meluruskan, saya suka dengan postingan-postingan seperti ini, biar gak salah langkah dalam memahami agama sendiri!
@Aura Ide Sebagai muslim, memang seharusnya kita saling mengingatkan. Bukan mengingatkan pada permusuhan, tapi pada kebaikan.
Nuhun Pisan sudah diberi pengetahuan tentang hal ini Kang
@Munir Ardiku Sami nuhun bang Munir...
Tambahkan Komentar
Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.