earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Jangan Su'udhan, Pembela Syiah Belum Tentu Syiah

Kadang saya suka heran kenapa begitu banyak orang yang apriori, bahkan sinis, jika mendengar, melihat, atau membaca hal-hal yang "berbau" Syiah. Yang lebih mengherankan jika orang yang apriori (sebut saja Syiahphobia) ini adalah mereka yang sebelumnya saya anggap "waras" karena memiliki kemampuan untuk melakukan kajian, analisa, dan penyimpulan. Apa Syiah ini termasuk sejenis wabah penyakit menular yang sangat berbahaya sehingga harus dihindari? Atau mungkin termasuk isme (paham) yang sangat menakutkan, bahkan lebih menakutkan dari bahaya laten komunisme?

Parahnya, sikap apriori ini telah menumbuhkan prasangka buruk (su'udhan) terhadap orang-orang yang membela Syiah. Orang-orang yang membela Syiah, pasti dituding Syiah. Bahkan jika ada orang yang mengungkapkan kebenaran sejarah yang selama ini ditutupi, mengkritik shahabat Nabi Saww, mengkritik hadits-hadits dalam kitab-kitab hadits Sunni, mengungkapkan kemajuan ipoleksosbudhankam Iran, pasti orang tersebut pun dituding sebagai Syiah atau agen-agen Syiah, padahal belum tentu juga, mungkin saja mereka hanya Syiah Persib. Karena seperti saya, sekalipun sejak tahun 1990-an hingga sekarang sering membaca literatur-literatur Syiah, tapi tetap saja shalat Shubuh saya tidak memakai qunut, seperti shalatnya Wahabi.

Mengenai perilaku buruk para shahabat, jika kita menganggapnya sebagai ketidakbenaran, hoax, itu sama saja dengan menganggap para ulama penulis sejarah seperti Thabari, Ibnu Katsir, Ibnu Hisyam, Ibnu Hajar, dll. sebagai para penipu. Padahal jika mau membaca kitab hadits, Nabi Saww pun sudah meramalkan akan terjadinya perubahan sikap dan perilaku para shahabat selepas beliau wafat. Dalam hadits-hadits tersebut diceritakan bahwa para shahabat Nabi Saww akan kembali kepada kekafiran (murtad), berbuat fasik, mengubah ajaran agama (membuat bid'ah), bersikap utsrah (individualis dan egois), sepeninggal beliau.

Coba perhatikan dan renungkan hadits Bukhari No. 3100 berikut:
Nabi Saww bersabda: "Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan telanjang dan tidak dikhitan. Lalu beliau membaca firman Allah (Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti dari Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya [QS. Al-Anbiya’ ayat 104]). Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian pada hari kiamat adalah Nabi Ibrahim As dan ada segolongan orang dari sahabat-sahabatku (ashabi) yang akan diculik dari arah kiri lalu aku katakan: itu sahabat-sahabatku, itu sahabat-sahabatku (Ashabi, ashabi). Maka Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya mereka menjadi murtad sepeninggalmu. Aku katakan sebagaimana ucapan hamba yang shalih (Dan aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka. Namun setelah Engkau mewafatkan aku... hingga firman-Nya: Engkau Maha Perkasa lagi Maha bijaksana [QS Al-Maidah ayat 117 - 118])."
(Lihat juga Bukhari No. 3191, 4259, 4371, 6045; Muslim No. 5104; Tirmidzi No. 3091; Ahmad No. 1992, 2168)
Atau hadits Bukhari No. 6097 berikut:
Nabi Saww bersabda: "Akulah yang pertama-tama mendatangi telaga (Al-Haudl). Barangsiapa yang menuju kepadaku akan minum, dan barangsiapa yang meminumnya maka tidak akan haus selama-lamanya. Sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku dan aku mengenalnya dan mereka juga mengenaliku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi." Kata Abu Haazim, Nu'maan bin Abi 'Ayyaasy mendengarku, maka ia berkomentar, 'Beginikah kamu mendengar dari Sahl?'. 'Iya', jawabku. Lalu ia berujar, 'Aku bersaksi atas Abu Sa'id Al-Khudriy, sungguh aku mendengarnya dan ia menambahkan redaksi', "Lalu aku (Nabi Saww) berkata: 'Mereka adalah golonganku (innahum minni)'[1]. Namun dijawab, 'Sungguh engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!' Maka aku berkata: 'Menjauh, menjauh, bagi orang yang mengubah (agama) sepeninggalku."
(Lihat juga Bukhari No. 6528; Muslim No. 4243; Ahmad No. 21756, 21803)

Dalam redaksi lain (Bukhari No. 6098) diceritakan:

Nabi Saww bersabda: "Beberapa orang sahabat mendatangi telaga (haudl), lalu mereka dijauhkan/diusir dari Al-Haudl tersebut, maka aku berkata: 'Ya Tuhanku, mereka adalah para sahabatku (ashabi)'. Allah menjawab: 'Sungguh engkau tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka lakukan sepeninggalmu, mereka berbalik ke belakang dengan melakukan murtad, bid'ah dan dosa besar."
(Lihat juga Bukhari No. 6527; Ahmad No. 3966, 13480, 22247, 23754)
Atau hadits Bukhari No. 3508 berikut:
Nabi Saww bersabda: "Sepeninggalku nanti akan kalian jumpai sikap-sikap utsrah (individualis dan egois), maka dari itu bersabarlah kalian hingga berjumpa denganku di (sorga) Al-Haudl."
(Lihat juga Bukhari No. 3509, 3510, 6533, 2203; Muslim No. 3432; Tirmidzi No. 2115; Nasa'i No. 5288; Ahmad No. 11642, 12245, 12288, 12419, 18305, 18307)
Jadi, sejarah mengenai perilaku buruk para shahabat ini bukanlah omong kosong. Seharusnya kita berterima kasih kepada para penulis sejarah yang telah berani mengungkapkannya karena melalui karya mereka ucapan Nabi Saww menjadi terbukti, dan bisa membuat kita lebih selektif dalam memilih tokoh pujaan. Adalah aneh jika kita begitu mengagumi dan menyanjung Mu'awiyah[2] yang telah meracun cucu Nabi Saww, Hasan, tapi menafikan kemulian Khalifah 'Ali karamallahu wajhah, yang memiliki 10 keutamaan.[3] Namun demikian, kita harus tetap respect terhadap para shahabat karena bagaimana pun mereka telah sangat berjasa dalam penyebaran Islam.

Dan terhadap kitab-kitab hadits, kita harus kritis karena kitab-kitab ini hanya karya manusia biasa. Jangan hanya karena judulnya menggunakan awalan "shahih", seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, maka dianggap semua isinya shahih. Apalagi jika kitab-kitab tersebut disakralkan sedemikian rupa sehingga jika ada orang yang mengkritiknya dihujat mati-matian, seperti yang terjadi terhadap Prof. Dr. Muhibbin, MAg., Guru Besar dan Pembantu Rektor I IAIN Walisongo, Semarang.

Coba perhatikan hadits Bukhari No. 1405 berikut, pasti kita tidak akan percaya jika Nabi Saww yang mulia bertindak sekejam ini:
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu’bah telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas (bin Malik) bahwa ada sekelompok orang dari ‘Urainah yang sakit terkena udara dingin kota Madinah. Maka Rasulullah Saww mengobati mereka dengan memberi bagian dari zakat unta, yang mereka meminum susu-susunya dan air kencingnya. Namun kemudian orang-orang itu membunuh pengembala unta tersebut dan mencuri unta-untanya sejumlah antara tiga hingga sepuluh. Maka Rasulullah Saww mengutus seseorang. Akhirnya mereka dibawa ke hadapan beliau, lalu kemudian beliau memotong tangan dan kaki mereka serta mencongkel mata-mata mereka dengan besi panas lalu menjemur mereka di bawah panas dan ditindih dengan bebatuan. Hadits ini dikuatkan juga oleh Abu Qalabah dan Humaid dari Tsabit dari Anas.
(Lihat juga Ahmad No. 12572)
Perhatikan juga hadits tentang penciptaan yang tidak masuk akal dalam Shahih Muslim No. 4997 berikut:
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Rasulullah Saww memegang tanganku kemudian berkata: "Allah 'Azza wa jalla telah menciptakan tanah (bumi) pada hari Sabtu, menciptakan padanya gunung-gunung hari Ahad, menciptakan pohon-pohon pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tidak disenangi pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan binatang padanya hari Kamis, dan menciptakan Adam 'alaihisalam setelah Ashar pada hari Jum'at, yang merupakan penciptaan paling akhir, yaitu pada akhir waktu dari waktu-waktu Jum'at antara Ashar hingga malam."
(Lihat juga Ahmad No. 7991)
Atau hadits yang mirip Bibel, Kitab Kejadian Pasal 1 ayat 2, dalam Shahih Bukhari No. 6869 berikut:
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Rasulullah Saww bersabda: "Tangan kanan Allah selalu penuh dan sama sekali tidak pernah kurang karena berderma (infak). Dia selalu dermawan baik malam maupun siang. Tidakkah kalian mengetahui apa yang diinfakan-NYa semenjak Dia menciptakan langit dan bumi, dan itu semua tidak mengurangi apa yang berada di tangan kanan-Nya? Dan Arasy-Nya berada di atas air, dan di tangan-Nya yang lain urusan menjulurkan atau menahan, karenanya Dia meninggikan atau merendahkan."
(Lihat juga Bukhari No. 4316, 6862; Muslim No. 1659; Tirmidzi No. 2971; Ahmad No. 7793, 10096)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang perlu kita pertanyakan, seperti hadits-hadits Abu Huraerah berikut:[4]
  • Abu Huraerah ikut Perang Khaibar bersama Nabi Saww (Bukhari No. 6213, 6116, 3882, 3908, 3911, 3918, 2615; Muslim No. 166; Abu Daud No. 2336; Nasa'i No. 3767; Malik No. 869), padahal Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharam tahun ke-7 H sedangkan Abu Huraerah masuk Islam setelah terjadi Perang Khaibar (Safar 7H).
  • Abu Huraerah menarik kembali ucapan tentang sabda Nabi Saww: "Barangsiapa yang pagi-pagi masih dalam keadaan junub, maka tidak syah puasanya." setelah Aisyah dan Ummu Salamah berkata, "Nabi Saww pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena bermimpi, lalu beliau berpuasa." (Ahmad No. 25412; Muslim No. 1864; Bukhari No. 1791; Malik No. 566).
  • Allah menciptakan Adam menurut semua ciri fisikNya dengan tinggi 60 hasta (Bukhari No. 5759, 3079; Muslim No. 5075; Ahmad No. 7941).
  • Allah melipat bumi dan langit dengan tangan kananNya (Bukhari No. 4438, 6037, 6038, 6834; Muslim No. 4994; Ibnu Majah No. 188; Ahmad No. 8508; Darimi No. 2679).
  • Allah turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam terakhir (Bukhari No. 1077, 5846, 6940; Muslim No. 1261, 1262, 1263, 1264, 1265; Abu Daud No. 4108; Tirmidzi No. 3420; Ibnu Majah No. 1356; Ahmad No. 7196, 7275, 7303, 7460, 9067, 9922, 10140, 10209, 10338, 10959; Malik No. 447; Darimi No. 1442, 1443, 1444).
  • Nabi Musa mandi telanjang bulat sampai terlihat buah pelirnya yang besar, kemudian berlari mengejar batu yang membawa kabur bajunya dengan disaksikan Bani Israel (Bukhari No. 269, Muslim No. 513, 4372; Tirmidzi No. 3145; Ahmad No. 8729).
  • Nabi Musa menampar mata Malaikat Maut dan mencungkil (dalam riwayat lain, hingga terlepas) bola matanya (Bukhari No. 1253, 3155; Muslim No. 4374, 4375; Ahmad No. 7825, 8262, 10484).
  • Nabi Ayub mandi telanjang kemudian kejatuhan belalang emas (Bukhari No. 270, 3140, 6939; Nasa’i No. 406).
  • Nabi Ibrahim berbohong dalam tiga hal (Bukhari No. 3108, 4694; Muslim No. 4371; Abu Daud No. 1891; Tirmidzi No. 3090; Ahmad No. 8873).
  • Nabi Adam berdebat dengan Nabi Musa (Bukhari No. 3157, 4369, 6124, 6961; Muslim No. 4793, 4794, 4795, 4796; Abu Daud No. 4079; Tirmidzi No. 2060; Ibnu Majah No. 77; Ahmad No. 7082, 7272, 7315, 7811, 8811; Malik No. 1394).
  • Serigala dan Sapi berbicara kepada penggembala (Bukhari No. 3390, 3212, 2156; Muslim No. 4401; Tirmidzi No. 3628; Ahmad No. 8605).
  • Tidak ada ‘adwa (penyakit menular), shafar (penyakit kuning/cacingan) dan hammah (Bukhari No. 5278, 5316, 5328; Muslim No. 4116, 4118; Abu Daud No. 3412, 3413; Ahmad No. 7301, 8800).

Mengkritisi hadits bukanlah untuk menolak semua hadits melainkan supaya kita lebih terbuka dan bijak dalam menilai hadits, sehingga tidak menjadikan kitab-kitab hadits tersebut sebagai "sesuatu" yang pasti benar, pasti shahih, apalagi dianggap bisa me-nasakh (membatalkan) Al-Qur'an.

Wallahu a'lam .....
Layak Baca:
Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Syiah:
  1. Syiah = NU + Imamah, Tradisi Syiah di Indonesia
  2. Taqiyah, Abdullah bin Saba, Saqifah, Khilafah, 'Umar, Abu Bakar
  3. Utsman, Mu'awiyah, 'Aisyah, Thulaqa, Fitnatulkubro, Ahlul Bait
  4. Nikah Mut'ah, Abu Hurairah, Hadits-hadits Janggal, Shalat Jama'
  5. 12 Imam, Talfiq, Al-Qur'an Syiah, Kitab Al-Kafi, Strategi Zionis
[1] Pembenci Syiah menganggap yang terusir dari telaga Al-Haudl itu adalah Ahlul Bait, dengan alasan bahwa dalam hadits Bukhari No. 6097 disebutkan innahum minni, yang diartikan "mereka adalah bagian dariku", sementara yang termasuk minni (bagian dariku) adalah: Ali, anta minni (Bukhari No. 3920), Fatimah minni (Bukhari No. 2879), dan Husain minni (Tirmidzi No. 3708).
Begitu teganya mereka menghina Alhul Bait yang disucikan Allah (Al­-Ahzab ayat 33) tetapi dengan bangganya mengagungkan Mu'awiyah yang telah meracun cucu Nabi Saww, Hasan bin 'Ali. Apakah mereka tidak membandingkan hadits Bukhari No. 6097 tersebut dengan hadits lain yang menyebutkan bahwa para shahabat (ashabi)-lah yang diusir atau dijauhkan dari telaga Al-Haudl (Bukhari No. 6098, 6527; Ahmad No. 3966, 13480, 22247, 23754). Apakah mereka tidak membaca hadits kisa (Tirmidzi No. 3806, 3129, 3719; Ahmad No. 25300, 25383, 25339) atau hadits yang menyebutkan bahwa Ali, Fatimah, Hasan dan Husain akan disucikan Allah (Muslim No. 4450; Tirmidzi No. 3130; Ahmad No. 2903, 13231, 13529, 16374)?
Na'udubillah... semoga saja mereka mendapat petunjuk Allah Swt. Amin...
[2] Hadits-hadits Mu'aiyah menghina Ali:
Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami yang berkata Abu Muawiyah menceritakan kepada kami yang berkata Musa bin Muslim menceritakan kepada kami dari Ibnu Sabith dan dia adalah Abdurrahman dari Sa’ad bin Abi Waqash yang berkata: "Ketika Muawiyah malaksanakan ibadah haji maka Sa'ad datang menemuinya. Mereka kemudian membicarakan Ali lalu Mu'awiyah mencelanya". Mendengar hal ini maka Sa’ad menjadi marah dan berkata: "Kamu berkata seperti ini pada seseorang dimana aku telah mendengar Rasulullah Saww bersabda: 'Barangsiapa yang aku adalah mawlanya maka Ali adalah mawlanya'. Dan aku juga mendengar Rasulullah Saww berkata kepada Ali: 'Kamu di sisiku sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada Nabi setelahku'. Dan aku juga mendengar Rasulullah Saww berkata kepada Ali: 'Sungguh akan aku berikan panji hari ini pada orang yang mencintai Allah dan RasulNya'." (HR. Ibnu Majah No. 118)
Dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqash dari ayahnya yang berkata: Muawiyah bin Abi Sufyan memerintah Sa’ad, lalu berkata: "Apa yang menghalangimu untuk mencaci Abu Turab (Ali)?!". Sa’ad berkata: "Selama aku masih mengingat tiga hal yang dikatakan oleh Rasulullah Saww aku tidak akan mencacinya. Jika saja aku memiliki salah satu saja dari ketiganya maka itu lebih aku sukai dari segala macam kebaikan. Rasulullah Saww telah menunjuknya sebagai pengganti beliau dalam salah satu perang, kemudian Ali berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah Saww, engkau telah meninggalkanku bersama perempuan dan anak-anak?" Maka Rasulullah Saww berkata kepadanya: "Tidakkah kamu ridha bahwa kedudukanmu di sisiku sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku?" Aku mendengar Rasulullah Saww berkata di Khaibar: "Sungguh aku akan memberikan panji ini pada orang yang mencintai Allah dan RasulNya serta dicintai Allah dan RasulNya". Maka kami semua berharap untuk mendapatkannya. Lalu Beliau berkata: "Panggilkan Ali untukku". Lalu Ali datang dengan matanya yang sakit, kemudian Beliau meludahi kedua matanya dan memberikan panji kepadanya. Dan ketika turun ayat 'Maka katakanlah, Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian (Ali Imran : 61)', Rasulullah Saww memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan berkata: "Ya Allah merekalah keluargaku"." (HR. Muslim No. 4420 dan Tirmizi No. 3658)
[3] Sepuluh keutamaan Ali yang tidak dimiliki shahabat lain (lihat Musnad Ahmad No. 2903): (1) Seorang lelaki yang tidak akan Allah hinakan selamanya; (2) Pemegang panji Perang Khaibar; (3) Penyampai surat At-Taubah; (4) Pembela Nabi Saww di dunia dan akhirat; (5) Orang yang pertama masuk Islam setelah Khadijah; (6) Salah seorang yang dihilangkan dosanya dan disucikan sesuci-sucinya, selain Fathimah, Hasan dan Husain; (7) Orang yang mengorbankan nyawanya dengan memakai baju Nabi Saww dan tidur di tempat beliau ketika musyrikin Quraisy melempari tempat itu; (8) Kedudukannya dengan Nabi Saww seperti kedudukan Harun dengan Musa; (9) Wali atas setiap mu'min sepeninggal Nabi Saww. Sabda Nabi Saww: "Barang siapa yang aku adalah walinya maka Ali juga menjadi walinya"; (10) Nabi Saww menutup semua pintu Mesjid bagi orang junub, kecuali pintu Ali, sehingga Ali bisa memasuki Mesjid meskipun dalam keadaan junub.
[4] Dari berbagai sumber online menyangkut kredibilitas Abu Huraerah:
  • Umar bin Khaththab menganggap Abu Haraerah sebagai musuh Allah: "Wahai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, engkau telah mencuri harta Allah?" (Lihat: At-Tabaqot Al-Kubra Jilid 4 hlm. 335, Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hlm. 612).
  • Umar bin Khaththab mengancam Abu Hurairah jika ia meriwayatkan hadits (Lihat: Tadzkirat Al-Huffadz Jilid 1 hlm. 7, Akhbar Al-Madinah Al-Munawwarah karya Ibnu Syaibah Jilid 3 hlm. 800, Jaami’ Bayan Al-‘Ilm karya Ibnu Abdul Bar Jilid 2 hlm. 121).
  • Ali bin Abi Thalib marah ketika Abu Hurairah meriwayatkan hadits-hadits dengan mengucapkan, "Kekasihku (Rasulullah saw) telah berbicara kepadaku...". Kemudian Ali berkata, "Sejak kapan beliau menjadi kekasihmu?" (Al-Matholib al-Aliyah Jilid 9 hlm. 205).
  • ‘Aisyah marah pada penyelewengan hadits oleh Abu Huraerah, "Apakah gerangan hadits-hadits yang telah engkau sampaikan atas nama Nabi ini? Bukankah apa yang telah engkau dengar juga sebagaimana yang telah kami dengar? Dan bukankah yang telah engkau lihat juga telah kami lihat?" (Lihat: Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hal. 604/612/613, At-Tabaqot al-Kubra Jilid 4 hal. 335).
  • Ibn Qutaibah menceritakan di dalam bukunya Ta’wil Fil Mukhtalaf Al-Hadits, hlm. 27, bahwa Nizam berkata: "Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib dan Aisyah menolak riwayat Abu Hurairah." (Lihat juga Ibn Kathir, Tarikh, XIII, hlm. 105).
  • Abu Hanifah yang menyatakan, "Semua sahabat adil kecuali Abu Hurairah, Anas bin Malik..." (Syarh Nahjul Balaghah, Jilid 4 hlm. 69).
  • Jahidh dari kitabnya, At-Tauhid, menyatakan, "Abu Hurairah adalah pribadi yang tidak dapat dipercaya dalam masalah periwayatan dari Rasulullah, sebagaimana Ali tidak mempercayainya, bahkan mencelanya. Hal serupa juga yang dilakukan oleh ‘Umar dan Aisyah terhadap Abu Hurairah." (Syarh Nahjul Balaghah, Jilid 20 hlm. 31).
  • Ibrahim An-Nakha’i menyatakan, "Golongan kita (ashabuna) mereka meninggalkan hadits yang datang dari Abu Hurairah." Ia juga menyatakan, "Mereka tiada mengambil riwayat dari Abu Hurairah kecuali dalam hal-hal yang berkaitan dengan sorga dan neraka saja". (Lihat: Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hlm. 609, Tarikh Ibn Asakir Jilid 19 hlm. 122).
  • Fakhru Ar-Razi, ketika menanggapi hadits Abu Huraerah yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim berbohong (Bukhari No. 3108, 4694; Muslim No. 4371; Abu Daud No. 1891; Tirmidzi No. 3090; Ahmad No. 8873), mengatakan, "Tiada layak dihukumi pribadi yang berbohong atas nama para Nabi kecuali dengan sebutan Zindiq". Dalam kesempatan lain ia menyatakan, "Menyatakan bohong atas perawi hadis tadi (Abu Hurairah) lebih tidak berbeban ketimbang menyandarkannya (kebohongan) pada Khalil Ar-Rahman (Ibrahim as)". (At-Tafsir Al-Kabir Jilid 22 hlm. 186 dan Jilid 26 hlm. 148).
  • Artikel Terkait Dengan Agama

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    Sekedar catatan:
    Kotak pada kolom blok komentar ini masih kosong. Maka merupakan suatu kehormatan jika sobat menjadi orang yang paling pertama menuliskan komentar, baik berupa pujian, masukan, kritikan, maupun pertanyaan di kolom komentar yang terletak di bawah kotak ini.

    Tak ada yang bisa saya berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikel SC Community's Blog
    Kang eNeS

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler