102 tahun yang lalu, para pelajar (mahasiswa), yang dimotori oleh R. Soetomo, berkumpul dalam ruang kuliah anatomi STOVIA (sekarang Fakultas Kedokteran UI), Jakarta, untuk membicarakan masalah keterpurukan bangsa akibat penjajahan selama ratusan tahun. Mereka yang hadir pada saat itu, yakni: R. Soetomo, M. Soeradji, M. Muhammad Saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, R.M. Goembrek, dan R. Angka, akhirnya sepakat untuk membentuk sebuah perkumpulan, yang kemudian diberi nama Boedi Oetomo. "Boedi" berarti tabiat atau perilaku, sedangkan "Oetomo" berarti luhur atau utama. Mereka berharap dengan adanya perkumpulan ini akan mampu menciptakan para pelajar yang dalam mencapai sesuatu selalu berdasarkan atas keluhuran budi dan mengedepankan (mengutamakan) kemulyaan perilaku sesuai dengan norma-norma budaya timur yang santun dan beradab.
Jika melihat kegigihan dan harapan mereka dalam mengatasi keterpurukan bangsa pada saat itu, khususnya mengenai masalah kemiskinan dan kebodohan, sungguh jauh berbeda dengan kondisi para pelajar sekarang. Para pelajar sekarang (siswa/mahasiswa), bukan saja telah melupakan semangat Boedi Oetomo, malah mereka meninggalkannya sama sekali. Bahkan yang lebih parah, para pelajar ini sudah tercerabut dari akar budaya timur yang santun, toleran, dan kekeluargaan. Lihat saja misalnya tawuran antarpelajar yang hampir setiap hari terjadi, pergaulan/seks bebas, pesta miras, dll., sudah menjadi hal yang biasa kita lihat di tayangan televisi.
Sungguh menyedihkan memang, apalagi di tengah kemajuan peradaban yang sedemikian pesat sekarang ini, kita malah masih disibukkan dengan masalah pembangunan karakter bangsa yang gagal diwujudkan oleh para penerus Boedi Oetomo. Kegagalan ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Bisa karena kebijakan dan proses pendidikan yang salah arah, bisa karena ketiadaan figur nyata yang dapat dijadikan tauladan (figur yang ada malah memberikan contoh buruk), bisa karena rendahnya pengawasan dan bimbingan dari orangtua dan guru/dosen, atau sebab-sebab lainnya. Namun demikian, bukan saatnya lagi kita saling tuduh dan mencari kambing hitam penyebab kegagalan tersebut. Kini, saatnya kita bangkit dan membangun bersama demi kemajuan bangsa ini.
102 tahun bukanlah waktu sebentar. 102 tahun seharusnya telah membuat kita lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Jika kemarin kita lalai, kini saatnya kita bangkit. Percayalah, selama ada keinginan kuat untuk berubah maka kita pasti bisa berubah. Dan Tuhan tidak akan mengubah kondisi bangsa ini kecuali kita, sebagai bangsa, mau mengubahnya (QS, 13:11).
Wallahu a'lam.....<
Sumber gambar: http://www.kebangkitan-nasional.or.id
Jika melihat kegigihan dan harapan mereka dalam mengatasi keterpurukan bangsa pada saat itu, khususnya mengenai masalah kemiskinan dan kebodohan, sungguh jauh berbeda dengan kondisi para pelajar sekarang. Para pelajar sekarang (siswa/mahasiswa), bukan saja telah melupakan semangat Boedi Oetomo, malah mereka meninggalkannya sama sekali. Bahkan yang lebih parah, para pelajar ini sudah tercerabut dari akar budaya timur yang santun, toleran, dan kekeluargaan. Lihat saja misalnya tawuran antarpelajar yang hampir setiap hari terjadi, pergaulan/seks bebas, pesta miras, dll., sudah menjadi hal yang biasa kita lihat di tayangan televisi.
Sungguh menyedihkan memang, apalagi di tengah kemajuan peradaban yang sedemikian pesat sekarang ini, kita malah masih disibukkan dengan masalah pembangunan karakter bangsa yang gagal diwujudkan oleh para penerus Boedi Oetomo. Kegagalan ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Bisa karena kebijakan dan proses pendidikan yang salah arah, bisa karena ketiadaan figur nyata yang dapat dijadikan tauladan (figur yang ada malah memberikan contoh buruk), bisa karena rendahnya pengawasan dan bimbingan dari orangtua dan guru/dosen, atau sebab-sebab lainnya. Namun demikian, bukan saatnya lagi kita saling tuduh dan mencari kambing hitam penyebab kegagalan tersebut. Kini, saatnya kita bangkit dan membangun bersama demi kemajuan bangsa ini.
102 tahun bukanlah waktu sebentar. 102 tahun seharusnya telah membuat kita lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Jika kemarin kita lalai, kini saatnya kita bangkit. Percayalah, selama ada keinginan kuat untuk berubah maka kita pasti bisa berubah. Dan Tuhan tidak akan mengubah kondisi bangsa ini kecuali kita, sebagai bangsa, mau mengubahnya (QS, 13:11).
Wallahu a'lam.....<
Sumber gambar: http://www.kebangkitan-nasional.or.id
16 komentarPosting Komentar
assalamu'alaikum, Kang ...
rebun-rebun yeuh abdi sindang. Perubahan menuju lebih baik (bangkit) harus diupayakan oleh semua orang. Setuju, Kang.
Apalagi ditutup dengan firman Allah QS ar-Ra'd
Ternyata Kebangkitan Nasional sudah sampai ke-102 tahun ya..? Tapi kok rasanya tak ada perubahan berarti ya..?
BTW, mampir dong ke The Others... ada award utk Kang Enes.
Setuju Kang, kita harus tetap optimis, kita semua pasti bisa memperbaiki moral bangsa ini dan yang lainnya, ke arah yang lebih baik...
Mungkin harus ada pendidikan untuk orang tua tentang cara membangun karakter moral baik pada anak2 sejak dini?
Selamat hari kebangkita nasional. Semoga rakyat tidak semakin termiskinkan.
betul kata bunda lina setuju c saia kang,kl bukan dr qt'y n cuma ngomomng doank mah ngga akan bs brubah negeri teh,da tapi kumaha atuh jd lieur kieu euy @_@?
nuhun ah kang enes supportna nya ^____^
cabut deui ah,,,xixixi
Miss Rinda - Personal Blog
selamat hari kebangkitan nasional
@Annie:
Mudah-mudahan bisa begitu ceu...
@Reni:
Iya mbak, gak tahu tuh salahnya dimana. Oya, makasih ewotnya mbak...
@Lina:
Siip... Kayaknya memang harus demikian mbak, ada pendidikan karakter dari orangtuanya dulu
@Rinda:
Duka neng, akang ge lieur ngabandunganana...
@Ivan dan Lumbunghati:
Sama-sama sob, selamat harkitnas
kebangkitan nasional udah 102 tahun, tentu untuk memperjuangkannya oleh pahlawan cendikia kita dulu sangat berat ditengah atmosfir penjajahan yang serba diawasi. Hasilnnya sekarang ? bangsa kita bangsa yang gak bisa bersyukur. Andaikan tidak ada yang korupsi di negeri ini, insya Allah kita jadi negara yang bener2 makmur dan bersahaja. insya Allah sekolah sampai tingkat sma pun seharusnya bisa gratis.. orang pintar sekarang bak rayap, perlahan2 ia menggerogoti tiang negaranya, dan tau-tau ini negara terpuruk dan bangkrut..
solusinya cuman satu, pemerintahan yang bersih dan ber akhlak al karimah. tanpa itu semua kita gak akan maju. lah pemerintahan sekarang gimana ?
masih jauh banget.. polri, presiden, menteri anggota dewan masih banyak main pura2nya, masih banyak kong kalikongnya..
udah ah.. capek saya ngetik.
setuju tuh, sob benner link udah ane pasang, ente pasang balik ya, okutimurnews.blogspot.com
@Orang Kampung:
Kalo tidak begitu, itu namanya bukan Republik Para Bedebah lagi bung, hehehe...
@Sidiq:
Boleh saja sob...
nah gini bagus kang enes sesudah tutorial terus pindah nyok ke news atau yang lain kan seger rasanya
y, Mari kita bangkit !!!!
Jangan mau kalah dengan negara lain !!!!!
MAJULAH INDONESIA KUUUU !!!
102 tahun geuningan...., tapi masih kieu kieu keneh, si akang teu ngiluan ngariung sih jaman harita jadi teu bisa mere masukan he..he...
nembe tiasa jalan jalan deui kang.
nah semangat kayak gini nih yang dibutuhkan bangsa ini. gak loyo dan males...
sudah saatnya emang kita bangkit
mengejar ketinggalan
lihatlah negara tetangga yang sudah jauuuuuuuuh meninggalkan kita.
Selamat hari kebangkitan nasional...yang bertepatan dengan Milad pernikahanku...
@Mufied dan Elsa:
Benar sob, kita kalah jauh dengan negara lain, bahkan dengan negara sendiri.
Ayo, semangat untuk bangkit!!!
@Rahmat:
Teu karaos nya kang?
@Latifah:
Selamat milad teh, semoga rukun selalu...
Tambahkan Komentar
Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.