Bagi sebagian umat Islam, jika lupa mengerjakan shalat atau bangun kesiangan pada saat Shubuh mungkin akan memilih tidak shalat sama sekali karena hal itu dianggap sudah melewati batas waktu shalat. Pilihan itu diambil tidak lain karena ketidaktahuan akan pengetahuan agama dan lebih suka mempertahankan tradisi "euceuk ti euceuk" (kata orang dari orang) daripada mencari solusinya. Padahal jika mau membaca berbagai macam literatur, sudah banyak ulama atau ahli fiqih yang membuat tulisan mengenai hal ini. Apalagi dengan kemudahan akses internet dewasa ini semakin memudahkan untuk mencari berbagai macam informasi yang diperlukan. Tinggal Googling saja.
Shalat adalah ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dan diganti dengan denda seperti puasa, yang bisa digantikan di lain hari atau dengan fidyah. Shalat adalah ibadah khusus untuk mengingat Allah, sebagaimana firman-Nya:
Bahkan Nabi Saww pun pernah mengalami lupa mengerjakan shalat 'Ashar sehingga beliau mengerjakannya pada waktu shalat Maghrib, sebagaimana disebutkan dalam hadits Bukhari berikut:
Lalu bagaimana jika bangun kesiangan, bolehkah mengerjakan shalat Shubuh siang hari beberapa saat setelah bangun tidur? Untuk menjawab hal ini, hadits-hadits berikut dapat dijadikan sandaran atau hujjah (Cek di Kitab Hadits Online atau di Ensiklopedi Kitab 9 Imam Hadits):
Telah menceritakan kepada kami Imran bin Maesarah berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail berkata, telah menceritakan kepada kami Husain dari Abdullah bin Abu Qatadah dari bapaknya berkata: Kami pernah berjalan bersama Nabi Saww pada suatu malam. Sebagian orang mengatakan, "Ya Rasulullah, sekiranya tuan mau beristirahat sebentar bersama kami." Beliau menjawab, "Aku khawatir kalian tertidur sehingga melewatkan waktu shalat." Bilal berkata, "Aku akan membangunkan kalian." Mereka semua akhirnya tidur, sementara Bilal bersandar pada hewan tunggangannya, tapi rasa kantuk mengalahkannya dan akhirnya ia pun tertidur. Ketika Nabi Saww terbangun ternyata matahari sudah terbit, maka beliau bersabda, "Hai Bilal, mana bukti ucapanmu?" Bilal menjawab, "Aku belum pernah merasa ngantuk seperti ini sebelumnya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Hai Bilal, berdiri dan azanlah kepada orang-orang untuk shalat." Kemudian beliau berwudhu ketika matahari meninggi sedikit dan tampak sinar putihnya. Beliau pun berdiri untuk melaksanakan shalat. (Hadits No. 560)
Dengan mengacu pada hadits-hadits di atas, jelas sekali bahwa jika kesiangan atau terlambat bangun pada pagi hari maka dapat melaksanakan shalat Shubuh beberapa saat setelah bangun. Dan dalam melaksanakan shalat Shubuh itu pun tidak perlu tergesa-gesa karena Nabi Saww pun tetap memperbagus shalatnya sekalipun kesiangan (Lihat Abu Daud No. 1066 di atas). Bahkan jika melihat hadits Bukhari No. 331, Nabi Saww tidak langsung melaksanakan shalat Shubuh ketika beliau terbangun dari tidurnya tetapi malah melanjutkan perjalanan, baru beberapa saat kemudian beliau dan para shahabat melaksanakan shalat Shubuh.
Islam bukanlah agama yang rumit melainkan agama yang simpel dan selalu memiliki solusi terhadap berbagai macam persoalan. Banyak kemudahan (rukhshah) dalam ajaran Islam. Namun sayangnya, kebanyakan umat Islam lebih memilih dhani (persangkaan) terhadap suatu masalah tanpa didukung oleh pengetahuan dan dalil-dalil agama yang menguatkan. Kalau pun memiliki, pengetahuan tersebut hanya sebatas "euceuk ti euceuk" (kata orang dari orang) bukan mengetahuinya secara pasti, baik dari kitab-kitab hadits, literatur keagamaan, maupun dari pendapat para ulama. Akibatnya, ajaran Islam menjadi rumit, ribet dan menjelimet. Bahkan yang lebih parah, muncul tuduhan terhadap orang-orang yang menjalankan agama sesuai syariat dianggap sesat sementara yang mengandalkan dhani dianggap Islam sejati.*)
Wallahu a'lam .....
Shalat adalah ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dan diganti dengan denda seperti puasa, yang bisa digantikan di lain hari atau dengan fidyah. Shalat adalah ibadah khusus untuk mengingat Allah, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (QS, 20:14)
Lantas bagaimana jika kita lupa mengerjakan shalat, bagaimana solusinya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa melihat hadits Bukhari berikut:
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man dan Musa bin Ismail, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hamman dari Qatadah dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saww pernah bersabda: "Barangsiapa lupa mengerjakan suatu shalat maka hendaklah ia melaksanakannya ketika ingat, karena tidak ada tebusannya kecuali itu." Allah berfirman, '..... dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.'" [QS, Thaahaa ayat 14]. (Bukhari No. 562)
[Terdapat juga pada Muslim No. 1102; Abu Daud No. 374; Nasa’i No. 609; Ibnu Majah No. 687, 688; Ahmad No. 13061, 13345]
Bahkan Nabi Saww pun pernah mengalami lupa mengerjakan shalat 'Ashar sehingga beliau mengerjakannya pada waktu shalat Maghrib, sebagaimana disebutkan dalam hadits Bukhari berikut:
Telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Fadlalah berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah dari Jabir bin Abdullah bahwa Umar bin Khaththab datang dari perang Khandaq setelah matahari terbenam hingga ia mengumpat orang-orang kafir Quraisy lalu ia berkata, "Ya Rasulullah, aku belum melaksanakan shalat 'Ashar hingga matahari hampir terbenam". Maka Nabi Saww pun bersabda: "Demi Allah! Aku juga belum melaksanakannya." Kemudian kami berdiri menuju aliran air (sungai), beliau berwudlu dan kami pun ikut berwudlu, kemudian beliau melaksanakan shalat 'Ashar setelah matahari terbenam, dan setelah itu dilanjutkan dengan shalat Maghrib. (Bukhari No. 561)
[Terdapat juga pada Bukhari No. 605, 893, 3803]
Lalu bagaimana jika bangun kesiangan, bolehkah mengerjakan shalat Shubuh siang hari beberapa saat setelah bangun tidur? Untuk menjawab hal ini, hadits-hadits berikut dapat dijadikan sandaran atau hujjah (Cek di Kitab Hadits Online atau di Ensiklopedi Kitab 9 Imam Hadits):
1. Shahih Bukhari
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami 'Auf berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Raja' dari Imran berkata: Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi Saww, kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur, dan tidak ada tidur yang paling enak (nyenyak) bagi musafir melebihi yang kami alami. Hingga tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas sinar matahari. Dan orang yang pertama kali bangun adalah si fulan, lalu si fulan, lalu seseorang yang Abu 'Auf mengenalnya namun akhirnya lupa. Dan 'Umar bin Al-Khaththab adalah orang keempat saat bangun, Sedangkan Nabi Saww bila tidur tidak ada yang membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau dalam tidurnya. Ketika 'Umar bangun dan melihat apa yang terjadi di tengah banyak orang (yang kesiangan) -dan 'Umar adalah seorang yang tegar penuh kesabaran- maka ia bertakbir dengan mengeraskan suaranya dan terus saja bertakbir dengan keras hingga Nabi Saww terbangun akibat kerasnya suara takbir 'Umar. Tatkala beliau bangun, orang-orang mengadukan peristiwa yang mereka alami. Maka beliau bersabda: "Tidak masalah, atau tidak apa-apa dan lanjutkanlah perjalanan." Maka beliau meneruskan perjalanan dan setelah beberapa jarak yang tidak jauh beliau berhenti lalu meminta segayung air untuk wudlu, beliau lalu berwudlu kemudian menyeru untuk shalat. Maka beliau shalat bersama orang banyak. Setelah beliau selesai melaksanakan shalatnya, didapatinya ada seorang yang memisahkan diri tidak ikut shalat bersama orang banyak. Maka Nabi Saww bertanya: "Wahai Fulan, apa yang menghalangimu untuk shalat bersama orang banyak?" Orang itu menjawab, "Aku lagi junub, sementara air tidak ada." Beliau lantas menjelaskan: "Kamu cukup menggunakan debu." (Hadits No. 331)
Telah menceritakan kepada kami Imran bin Maesarah berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail berkata, telah menceritakan kepada kami Husain dari Abdullah bin Abu Qatadah dari bapaknya berkata: Kami pernah berjalan bersama Nabi Saww pada suatu malam. Sebagian orang mengatakan, "Ya Rasulullah, sekiranya tuan mau beristirahat sebentar bersama kami." Beliau menjawab, "Aku khawatir kalian tertidur sehingga melewatkan waktu shalat." Bilal berkata, "Aku akan membangunkan kalian." Mereka semua akhirnya tidur, sementara Bilal bersandar pada hewan tunggangannya, tapi rasa kantuk mengalahkannya dan akhirnya ia pun tertidur. Ketika Nabi Saww terbangun ternyata matahari sudah terbit, maka beliau bersabda, "Hai Bilal, mana bukti ucapanmu?" Bilal menjawab, "Aku belum pernah merasa ngantuk seperti ini sebelumnya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Hai Bilal, berdiri dan azanlah kepada orang-orang untuk shalat." Kemudian beliau berwudhu ketika matahari meninggi sedikit dan tampak sinar putihnya. Beliau pun berdiri untuk melaksanakan shalat. (Hadits No. 560)
2. Sunan Abu Daud
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami Abu Al Mughirah telah menceritakan kepada kami Abdullah Al ‘Ala’ telah menceritakan kepadaku Abu Ziyadah ‘Ubaidullah bin Ziyadah Al Kindi dari Bilal bahwa dia telah menceritakan kepadanya, bahwa dirinya pernah datang kepada Rasulullah Saww untuk menyerukan adzan Shubuh, lalu Aisyah menyibukkan Bilal dengan suatu perkara yang ia tanyakan, hingga waktu pagi datang dengan cerah. Katanya, "Lalu Bilal berdiri mengumandangkan adzan untuk shalat, dan adzan dikumandangkan dengan sempurna, namun Rasulullah Saww tidak kunjung keluar, setelah beliau keluar mengerjakan shalat dengan orang-orang, disampaikanlah kepada beliau bahwa dia (Bilal) disibukkan dengan suatu urusan yang ditanyakan Aisyah sampai tiba waktu pagi yang cerah, sehingga dia membuat beliau terlambat keluar." Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tengah mengerjakan shalat sunnah fajar dua raka’at." Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda berada di pagi yang sangat cerah?" Beliau bersabda: "Sekiranya aku kesiangan dan lebih siang daripada sekarang ini, pasti aku akan tetap mengerjakan dua raka’at tersebut, dan aku akan memperbaiki dan memperbagus kedua raka’at itu." (Hadits No. 1066)
3. Musnad Ahmad
Telah menceritakan kepada kami Utsman. Abdullah berkata, dan aku telah mendengarnya dari Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata: Istri Shafwan bin Mu’aththal datang menemui Nabi Saww, dan kami pada waktu itu sedang bersama beliau. Dia berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya suamiku Shafwan bin Mu’aththal memukulku jika aku shalat dan menjadikan aku batal jika aku puasa, sedangkan dia tidak melaksanakan shalat subuh kecuali jika matahari telah terbit." Abu Sa’id berkata, "Dan Shafwan waktu itu ada di sisi Rasulullah," Abu Sa’id berkata, "Maka beliau pun bertanya kepadanya tentang apa yang telah diadukan istrinya. Maka Shafwan menjawab, "Wahai Rasulullah, adapun perkataannya ‘memukulku jika aku shalat’, karena dia membaca dua surat, padahal aku sudah melarangnya." Abu Sa’id berkata, Beliau bersabda: "Sekiranya satu surat pun telah cukup bagi manusia". Adapun perkatannya ‘dia membuatku batal’ karena ia berpuasa sedang aku adalah seorang yang masih muda dan merasa tidak sabar." Maka saat itu pula Rasulullah Saww bersabda: "Jangan sampai seorang wanita berpuasa kecuali atas izin suaminya." Shafwan berkata lagi, "Adapun perkataannya bahwa aku tidak shalat shubuh kecuali setelah terbitnya matahari, karena kami adalah keluarga yang terkenal selalu bangun kesiangan." Maka beliau bersabda: "Apabila kamu sudah bangun maka segeralah melaksanakan shalat." (Hadits No. 11335)
Dengan mengacu pada hadits-hadits di atas, jelas sekali bahwa jika kesiangan atau terlambat bangun pada pagi hari maka dapat melaksanakan shalat Shubuh beberapa saat setelah bangun. Dan dalam melaksanakan shalat Shubuh itu pun tidak perlu tergesa-gesa karena Nabi Saww pun tetap memperbagus shalatnya sekalipun kesiangan (Lihat Abu Daud No. 1066 di atas). Bahkan jika melihat hadits Bukhari No. 331, Nabi Saww tidak langsung melaksanakan shalat Shubuh ketika beliau terbangun dari tidurnya tetapi malah melanjutkan perjalanan, baru beberapa saat kemudian beliau dan para shahabat melaksanakan shalat Shubuh.
Islam bukanlah agama yang rumit melainkan agama yang simpel dan selalu memiliki solusi terhadap berbagai macam persoalan. Banyak kemudahan (rukhshah) dalam ajaran Islam. Namun sayangnya, kebanyakan umat Islam lebih memilih dhani (persangkaan) terhadap suatu masalah tanpa didukung oleh pengetahuan dan dalil-dalil agama yang menguatkan. Kalau pun memiliki, pengetahuan tersebut hanya sebatas "euceuk ti euceuk" (kata orang dari orang) bukan mengetahuinya secara pasti, baik dari kitab-kitab hadits, literatur keagamaan, maupun dari pendapat para ulama. Akibatnya, ajaran Islam menjadi rumit, ribet dan menjelimet. Bahkan yang lebih parah, muncul tuduhan terhadap orang-orang yang menjalankan agama sesuai syariat dianggap sesat sementara yang mengandalkan dhani dianggap Islam sejati.*)
Wallahu a'lam .....
"Sesungguhnya Allah menyukai jika rukhshah (keringanan) yang diberikan-Nya dilaksanakan, seperti Dia membenci kemaksiatan kepada-Nya terjadi." (HR. Ahmad No. 5600, 5606)
"Jika ada suatu kaum membenci terhadap apa-apa yang telah aku beri rukhshah (keringanan), maka demi Allah, sesungguhnya aku lebih mengetahui tentang Allah 'Azza wajalla daripada mereka, dan aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya daripada mereka" (HR. Ahmad No. 23050)
*)
Tulisan ini adalah jawaban pertama terhadap fitnah yang dituduhkan seolah-olah saya penganut aliran sesat yang harus dihindari bahkan disingkirkan (dan akhirnya berhasil disingkirkan) karena menganjurkan siswa melaksanakan shalat Shubuh jika bangun kesiangan. Padahal pernyataan saya seputar masalah ini bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang sering terjadi di Sekolah maupun tempat lain, seperti:
1. Pada saat kegiatan persami (Perkemahan Sabtu-Minggu), kepanitiaan, latihan-latihan, pementasan, dll., sering kali siswa, guru, karyawan, artis, buruh, dll. bangun kesiangan akibat kegiatan malam yang sampai larut dan melelahkan;
2. Banyak siswa, karyawan, buruh, dll. yang lebih memilih tidak shalat Shubuh karena bangun kesiangan dan takut terlambat datang ke Sekolah, Kantor, atau Pabrik;
3. Untuk membiasakan siswa melaksanakan shalat, bisa saja siswa yang bangun kesiangan dan tidak sempat shalat Shubuh di rumahnya disuruh untuk melaksanakan shalat Shubuh di Sekolah dengan mengacu pada hadits Bukhari No. 331 di atas;
4. Saat sakit, akibat minum obat yang mengandung obat tidur sehingga ketiduran dan melewati batas waktu shalat (solusinya mengacu pada Bukhari No. 561, 605, 893, 3803), dll.
1. Pada saat kegiatan persami (Perkemahan Sabtu-Minggu), kepanitiaan, latihan-latihan, pementasan, dll., sering kali siswa, guru, karyawan, artis, buruh, dll. bangun kesiangan akibat kegiatan malam yang sampai larut dan melelahkan;
2. Banyak siswa, karyawan, buruh, dll. yang lebih memilih tidak shalat Shubuh karena bangun kesiangan dan takut terlambat datang ke Sekolah, Kantor, atau Pabrik;
3. Untuk membiasakan siswa melaksanakan shalat, bisa saja siswa yang bangun kesiangan dan tidak sempat shalat Shubuh di rumahnya disuruh untuk melaksanakan shalat Shubuh di Sekolah dengan mengacu pada hadits Bukhari No. 331 di atas;
4. Saat sakit, akibat minum obat yang mengandung obat tidur sehingga ketiduran dan melewati batas waktu shalat (solusinya mengacu pada Bukhari No. 561, 605, 893, 3803), dll.
3 komentarPosting Komentar
"membaca".."membaca"..."membaca"..."cinta"sama footnote nya...hehehe "Tulisan ini adalah jawaban terhadap fitnah yang dituduhkan seolah-olah saya penganut aliran sesat yang harus dihindari bahkan disingkirkan (dan akhirnya berhasil disingkirkan) karena menganjurkan siswa melaksanakan shalat Shubuh jika bangun kesiangan. "...
semoga menjadi wawasan untuk semua <3 <3 <3 :)
Namina ge kasiangan, Kang, sanes dihaja. Mangga we sholat hehe ... Sama seperti yang selama ini saya biasakan pada anak di rumah. Ketika ia bangun kesiangan hingga jam 6 atau setengah 7, yaa sholat shubuhnya jadi : sholat subrang, tapi tetep sholat.
@ani rose Sami ceu... kadang abdi ge sok subrang lamun tos begadang mah. hehehe...
Tambahkan Komentar
Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.