earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Shalat Dhuha, Sunnah Nabi Atau Sunnah Shahabat?

Bagi kebanyakan muslim mungkin akan kaget jika menemukan kenyataan bahwa dalam 9 Kitab Hadits tidak ditemukan riwayat yang menjelaskan Nabi Saww melakukan shalat Dhuha. Kekagetan ini bisa dimengerti karena shalat Dhuha sudah menjadi kebiasaan umum dan sering dilakukan.
Apakah temuan ini omong kosong? Jika masih penasaran, silahkan cek di Kitab Hadits Online. Anda tinggal mengetikkan kata "dhuha" atau "dluha" pada salah satu Kitab Hadits tertentu lalu klik GO untuk mencarinya (penulisannya berbeda, ada yang ditulis "dhuha" ada juga ditulis "dluha"). Atau silahkan cek nomor-nomor hadits yang nanti akan saya disebutkan.

Untuk lebih memudahkan penelusuran menyangkut masalah shalat Dhuha ini, saya membaginya kadalam dua kelompok hadits: (1) Hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, dan (2) Hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Saww menganjurkan shalat Dhuha kepada sebagian shahabat.
A. Nabi Saww Tidak Pernah Shalat Dhuha
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1060):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, begitu pun Aisyah.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1106):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, adapun Aisyah melakukannya.
  • Dari Ibnu Umar (Hadits No. 1104):
    Nabi Saww, Abu Bakar, Umar tidak pernah shalat Dhuha.
  • Dari Ibnu Umar (Hadits No. 1117):
    Dirinya (Ibnu Umar) pernah dua kali melakukan shalat Dhuha pada Fathul Makkah dan saat mengunjungi Quba.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 630, 1108):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha kecuali saat berkunjung ke rumah seorang shahabat Anshar.
  • Dari Jabir bin Abdullah (Hadits No. 424, 2219):
    Mis’ar menduga Nabi Saww shalat dua rakaat saat waktu dhuha.
  • Dari Abdurahman bin Abu Laila (Hadits No. 1105, 3954):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukannya sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Ummu Hani' (Hadits No. 344, 5692):
    Nabi Saww melakukan shalat sebanyak 8 rakaat di waktu dhuha pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1172, 1173):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali ketika tiba dari bepergian.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1174):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, adapun Aisyah melakukannya.
  • Dari Abdurahman bin Abu Laila (Hadits No. 1177):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukannya pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Abdullah bin Haris (Hadits No. 1178):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukannya sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Ummu Hani' (Hadits No. 1179):
    Nabi Saww melakukan shalat sebanyak 8 rakaat di waktu dhuha pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1100):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali ketika tiba dari bepergian.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1101):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, adapun Aisyah melakukannya.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 561):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha kecuali saat berkunjung ke rumah seorang shahabat Anshar.
  • Dari Abdurahman bin Abu Laila (Hadits No. 1099):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukannya sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Ummu Hani' (Hadits No. 1098):
    Nabi Saww melakukan shalat sebanyak 8 rakaat di waktu dhuha pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Abdurahman bin Abu Laila (Hadits No. 436):
    Kecuali kata Ummu Hani' Nabi Saww melakukan shalat Dhuha sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 2155, 2156):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali ketika tiba dari bepergian.
  • Dari Abdul Malik bin Sulaeman (Hadits No. 412):
    Hanya kata Ummu Hani' Nabi Saww melakukan shalat Dhuha pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Abdullah bin Haris (Hadits No. 1369):
    Hanya kata Ummu Hani' Nabi Saww melakukan shalat Dhuha sebanyak 8 rakaat.
  • Dari Kuraib mantan pelayan Ibnu Abbas (Hadits No. 1313):
    Hanya kata Ummu Hani' Nabi Saww melakukan shalat Dhuha sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Salamah Ibnu Akhwa (Hadits No. 1420):
    Salamah pernah melakukan shalat Dhuha di dekat tiang Mushhaf Utsmani.
  • Dari Abu 'Abdurrahman (Hadits No. 2080):
    Syu'bah melihat Abu Dzar sedang melaksanakan shalat Dhuha.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 23412):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, baik sedang bepergian (safar) maupun muqim.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 23420):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha sama sekali, adapun Aisyah melakukannya.
  • Dari Ibnu Umar (Hadits No. 4528):
    Nabi Saww, Abu Bakar, Umar tidak pernah shalat Dhuha.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 11903, 12161):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 11880, 12444):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha kecuali saat berkunjung ke rumah seorang shahabat Anshar.
  • Dari Abdullah bin Haris (Hadits No. 25666):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukannya sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Ummu Hani' (Hadits No. 25652, 25653, 25654, 25663):
    Nabi Saww melakukan shalat sebanyak 8 rakaat di waktu dhuha pada saat Fathul Makkah.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 324):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha sama sekali tetapi dirinya (Aisyah) menganjurkannya.
  • Dari Aisyah (Hadits No. 1419):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, baik sedang bepergian (safar) maupun muqim.
  • Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah (Hadits No. 1420):
    Nabi Saww dan para sahabat tidak pernah shalat Dhuha.
  • Dari Ibnu Abu Laila (Hadits No. 1416):
    Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha, kecuali kata Ummu Hani' Nabi melakukan shalat Dhuha sebanyak 8 rakaat pada saat Fathul Makkah.

Dari Sembilan Kitab Hadits di atas terlihat bahwa kebanyakan hadits menunjukkan bahwa Nabi Saww (Shalallahu ‘alaihi wa alihi wassalam) dan sebagian besar para shahabat, termasuk Khalifah Ar-Rashidin, tidak pernah melakukan shalat Dhuha. Hanya beberapa shahabat saja yang melakukan shalat Dhuha, seperti: Abu Dzar, Ibnu Umar pernah melakukan 2 kali ketika Fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah) dan mengunjungi Quba, Salamah Ibnu Akhwa pernah melakukannya sekali di dekat tiang Mushhaf Utsmani, dan Aisyah. Namun mengenai Aisyah ada kontradiksi antara hadits yang menyatakan beliau tidak pernah shalat Dhuha (Bukhari No. 1060) dengan hadits yang menyatakan beliau shalat Dhuha sekalipun Nabi Saww tidak pernah melakukannya (Bukhari No. 1106). Mana yang benar?

Memang ada beberapa hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Saww pernah melaksanakan shalat Dhuha, yaitu: (1) ketika Fathul Makkah sebanyak 8 rakaat (menurut Ummu Hani'); (2) ketika mengunjungi rumah shahabat Anshar sebanyak 2 rakaat (menurut Anas bin Malik); dan (3) jika pulang dari bepergian (menurut Aisyah). Namun hal ini tidak berarti bahwa Nabi Saww melaksanakan shalat Dhuha, bisa saja beliau hanya melaksanakan shalat sunat sepulang safar yang kebetulan waktunya di waktu dhuha. Bahkan dari banyak hadits yang ada menunjukkan bahwa Nabi Saww tidak pernah shalat Dhuha sama sekali.
B. Nabi Menganjurkan Shalat Dhuha
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1107, 1845):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1182, 1183):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Dzar (Hadits No. 1181):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Umamah (Hadits No. 471):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1220):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha 2 rakaat.
  • Dari Abu Dzar (Hadits No. 1093, 1094, 1221, 4564):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha 2 rakaat.
  • Dari Ayah Sahal bin Mu'az (Hadits No. 1095):
    Nabi Saww menganjurkan kepada Anas untuk shalat Dhuha 2 rakaat.
  • Dari Abu Buraidah (Hadits No. 4563):
    Nabi Saww menganjurkan untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 691):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 438):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha. Menurut Abu Musa, hadits ini termasuk hadits gharib.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 435):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha. Menurut Abu Musa, hadits ini termasuk hadits gharib.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1659, 2329, 2362):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1372):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Anas bin Malik (Hadits No. 1370):
    Nabi Saww menganjurkan kepadanya untuk shalat Dhuha 12 rakaat.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 7279, 20541):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 7347, 7400, 9536, 9537, 7278, 10392):
    Nabi Saww menasehatinya untuk melaksanakan shalat Dhuha.
  • Dari Ibnu Abbas (Hadits No. 2766, 2767, 2768):
    Nabi Saww memerintahkan shalat Dhuha kepada dirinya tapi tidak kepada shahabat lain.
  • Dari Abu Huraerah (Hadits No. 1418, 1681):
    Nabi Saww mewasiatkan kepadanya untuk shalat Dhuha.

Melihat hadits-hadits di atas, agak aneh jika Nabi Saww menganjurkan shalat Dhuha sementara beliau sendiri tidak melakukannya. Dan jika melihat pada hadits-hadits yang menganjurkan shalat Dhuha kebanyakan berasal dari Abu Huraerah (ada 21 hadits dari 32 hadits) maka menjadi pertanyaan tersendiri, apakah hadits-hadits tersebut bisa dipercaya atau tidak, karena beberapa ulama tidak mempercayai Abu Huraerah[1] disebabkan banyak hadits yang berasal darinya tidak masuk akal dan bertentangan dengan Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan, maupun hadits-hadits lain.[2]

Selain itu Abu Huraerah juga meriwayatkan hadits dengan jumlah yang tidak masuk akal. Ada 5374 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huraerah padahal beliau hanya hidup bersama nabi selama 1,9 tahun (Safar 7H/Juni 628M s.d. Dzulkaidah 8H/Maret 630M). Hal ini berarti bahwa beliau menerima hadits sekitar 8-9 hadits per-hari (5374 : (1,9 x 360) = 8,53)! Sungguh suatu angka yang mustahil bagi orang yang tidak selalu bersama Nabi Saww.[3]

Kalaupun Nabi Saww pernah menganjurkan shalat Dhuha kepada shahabat lain, seperti: Abu Dzar, Abu Umamah, Abu Buraidah, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas (bahkan menurut Ibnu Abbas, Nabi Saww hanya memerintahkan kepada dirinya tetapi tidak kepada shahabat lain), namun hal itu tidak berarti bahwa Nabi Saww melaksanakan shalat Dhuha.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, jika Nabi Saww tidak melaksanakan shalat Dhuha, apakah shalat Dhuha boleh dilakukan? Jawabnya, jika ingin mengikuti sunnah (kebiasaan) shahabat, itu terserah masing-masing, toh tidak ada salahnya. Bukankah shalat tarawih berjama’ah juga mengikuti sunnah shahabat ‘Umar bin Khaththab karena pada jaman Nabi Saww dan Abu Bakar tidak berjama’ah? Namun yang pasti, menurut kebanyakan hadits menyebutkan bahwa Nabi Saww tidak melakukan shalat Dhuha.*)

Wallahu a'lam .....
[1] Dari berbagai sumber online:
  • Umar bin Khaththab menganggap Abu Haraerah sebagai musuh Allah: "Wahai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, engkau telah mencuri harta Allah?" (Lihat: At-Tabaqot Al-Kubra Jilid 4 hlm. 335, Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hlm. 612).
  • Umar bin Khaththab mengancam Abu Hurairah jika ia meriwayatkan hadits (Lihat: Tadzkirat Al-Huffadz Jilid 1 hlm. 7, Akhbar Al-Madinah Al-Munawwarah karya Ibnu Syaibah Jilid 3 hlm. 800, Jaami’ Bayan Al-‘Ilm karya Ibnu Abdul Bar Jilid 2 hlm. 121).
  • Ali bin Abi Thalib marah ketika Abu Hurairah meriwayatkan hadits-hadits dengan mengucapkan, "Kekasihku (Rasulullah saw) telah berbicara kepadaku...". Kemudian Ali berkata, "Sejak kapan beliau menjadi kekasihmu?" (Al-Matholib al-Aliyah Jilid 9 hlm. 205).
  • ‘Aisyah marah pada penyelewengan hadits oleh Abu Huraerah, "Apakah gerangan hadits-hadits yang telah engkau sampaikan atas nama Nabi ini? Bukankah apa yang telah engkau dengar juga sebagaimana yang telah kami dengar? Dan bukankah yang telah engkau lihat juga telah kami lihat?" (Lihat: Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hal. 604/612/613, At-Tabaqot al-Kubra Jilid 4 hal. 335).
  • Ibn Qutaibah menceritakan di dalam bukunya Ta’wil Fil Mukhtalaf Al-Hadits, hlm. 27, bahwa Nizam berkata: "Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib dan Aisyah menolak riwayat Abu Hurairah." (Lihat juga Ibn Kathir, Tarikh, XIII, hlm. 105).
  • Abu Hanifah yang menyatakan, "Semua sahabat adil kecuali Abu Hurairah, Anas bin Malik..." (Syarh Nahjul Balaghah, Jilid 4 hlm. 69).
  • Jahidh dari kitabnya, At-Tauhid, menyatakan, "Abu Hurairah adalah pribadi yang tidak dapat dipercaya dalam masalah periwayatan dari Rasulullah, sebagaimana Ali tidak mempercayainya, bahkan mencelanya. Hal serupa juga yang dilakukan oleh ‘Umar dan Aisyah terhadap Abu Hurairah." (Syarh Nahjul Balaghah, Jilid 20 hlm. 31).
  • Ibrahim An-Nakha’i menyatakan, "Golongan kita (ashabuna) mereka meninggalkan hadits yang datang dari Abu Hurairah." Ia juga menyatakan, "Mereka tiada mengambil riwayat dari Abu Hurairah kecuali dalam hal-hal yang berkaitan dengan sorga dan neraka saja". (Lihat: Siyar A’lam An-Nubala’ Jilid 2 hlm. 609, Tarikh Ibn Asakir Jilid 19 hlm. 122).
  • Fakhru Ar-Razi, ketika menanggapi hadits Abu Huraerah yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim berbohong (Bukhari No. 3108, 4694; Muslim No. 4371; Abu Daud No. 1891; Tirmidzi No. 3090; Ahmad No. 8873), mengatakan, "Tiada layak dihukumi pribadi yang berbohong atas nama para Nabi kecuali dengan sebutan Zindiq". Dalam kesempatan lain ia menyatakan, "Menyatakan bohong atas perawi hadis tadi (Abu Hurairah) lebih tidak berbeban ketimbang menyandarkannya (kebohongan) pada Khalil Ar-Rahman (Ibrahim as)". (At-Tafsir Al-Kabir Jilid 22 hlm. 186 dan Jilid 26 hlm. 148).

[2] Cek di Kitab Hadits Online atau di Ensiklopedi Kitab 9 Imam Hadits terkait hadits-hadits "aneh" Abu Huraerah:
  • Abu Huraerah ikut Perang Khaibar bersama Nabi Saww (Bukhari No. 6213, 6116, 3882, 3908, 3911, 3918, 2615; Muslim No. 166; Abu Daud No. 2336; Nasa'i No. 3767; Malik No. 869), padahal Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharam tahun ke-7 H sedangkan Abu Huraerah masuk Islam setelah terjadi Perang Khaibar.
  • Abu Huraerah menarik kembali ucapan tentang sabda Nabi Saww: "Barangsiapa yang pagi-pagi masih dalam keadaan junub, maka tidak syah puasanya." setelah Aisyah dan Ummu Salamah berkata, "Nabi Saww pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena bermimpi, lalu beliau berpuasa." (Ahmad No. 25412; Muslim No. 1864; Bukhari No. 1791; Malik No. 566).
  • Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu, gunung pada hari Minggu, pohon pada hari Senin, dst. (Muslim No. 4997; Ahmad No. 7991).
  • 'Arasy Allah berada di atas air (Bukhari No. 4316, 6862, 6869; Muslim No. 1659; Tirmidzi No. 2971; Ahmad No. 7793, 10096).
  • Allah menciptakan Adam menurut semua ciri fisikNya dengan tinggi 60 hasta (Bukhari No. 5759, 3079; Muslim No. 5075; Ahmad No. 7941).
  • Allah melipat bumi dan langit dengan tangan kananNya (Bukhari No. 4438, 6037, 6038, 6834; Muslim No. 4994; Ibnu Majah No. 188; Ahmad No. 8508; Darimi No. 2679).
  • Allah turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam terakhir (Bukhari No. 1077, 5846, 6940; Muslim No. 1261, 1262, 1263, 1264, 1265; Abu Daud No. 4108; Tirmidzi No. 3420; Ibnu Majah No. 1356; Ahmad No. 7196, 7275, 7303, 7460, 9067, 9922, 10140, 10209, 10338, 10959; Malik No. 447; Darimi No. 1442, 1443, 1444).
  • Nabi Musa mandi telanjang bulat sampai terlihat buah pelirnya yang besar, kemudian berlari mengejar batu yang membawa kabur bajunya dengan disaksikan Bani Israel (Bukhari No. 269, Muslim No. 513, 4372; Tirmidzi No. 3145; Ahmad No. 8729).
  • Nabi Musa menampar mata Malaikat Maut dan mencungkil (dalam riwayat lain, hingga terlepas) bola matanya (Bukhari No. 1253, 3155; Muslim No. 4374, 4375; Ahmad No. 7825, 8262, 10484).
  • Nabi Ayub mandi telanjang kemudian kejatuhan belalang emas (Bukhari No. 270, 3140, 6939; Nasa’i No. 406).
  • Nabi Ibrahim berbohong dalam tiga hal (Bukhari No. 3108, 4694; Muslim No. 4371; Abu Daud No. 1891; Tirmidzi No. 3090; Ahmad No. 8873).
  • Nabi Adam berdebat dengan Nabi Musa (Bukhari No. 3157, 4369, 6124, 6961; Muslim No. 4793, 4794, 4795, 4796; Abu Daud No. 4079; Tirmidzi No. 2060; Ibnu Majah No. 77; Ahmad No. 7082, 7272, 7315, 7811, 8811; Malik No. 1394).
  • Serigala dan Sapi berbicara kepada penggembala (Bukhari No. 3390, 3212, 2156; Muslim No. 4401; Tirmidzi No. 3628; Ahmad No. 8605).
  • Tidak ada ‘adwa (penyakit menular), shafar (penyakit kuning/cacingan) dan hammah (Bukhari No. 5278, 5316, 5328; Muslim No. 4116, 4118; Abu Daud No. 3412, 3413; Ahmad No. 7301, 8800).

[3] Bandingkan dengan hadits yang diriwayatkan Khalifah Ar-Rasyidin: Abu Bakar, yang bergaul dengan Nabi selama 20 tahun, hanya meriwayatkan 142 hadits, 'Umar meriwayatkan 537 hadits; Utsman meriwayatkan 146 hadits, 'Ali, yang sejak kecil selalu bersama Nabi, menyampaikan 586 hadits, dan Siti 'Aisyah meriwayatkan 2210 hadits.
Tentang masalah ini pernah dibahas disini.

*) Tulisan ini adalah jawaban keempat terhadap fitnah yang menuduh saya "sesat" karena menganggap shalat Dhuha bukan sunnah (kebiasaan) Nabi Saww melainkan sunnah shahabat.
  • Artikel Terkait Dengan Agama

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    12 komentar

    Terimakasih ilmunya

    24 Agustus 2015 pukul 11.51  

    "Konon katanya" shalat duha dilakukan aisyah krn bersyukur atas kematian imam Ali.
    Skali lagi, ini baru katanya.
    Mudah2an ada yg tau kebenarannya kayak apa dan di share kemari.

    22 Oktober 2015 pukul 06.05  

    Assalamualaikum w. w.
    Kalau anda menyatakan bahwa sholat shuha utamanya utk memperlancar rezeki, apakah ini berarti bahwa Nabi memang benar melakukan sholat dhuha atau setidak-tidaknya memang benar Nabi menganjurkannya ? Mohon penjelasan berikut dalilnya yg mendukung.
    Terima kasih, wassalam w. w.

    24 Desember 2015 pukul 14.25  

    Shalat Dhuha merupakan shalat sunnah mu’akkadah, seperti shalat sunnah Fajar, shalat rawatib, ibadah qurban, aqiqah, dan lainnya. Ia bukan wajib atau fardhu. Karena ia berkonotasi hukum sunnah, maka pemahaman kita adalah, jika dilakukan mendapatkan pahala yang agung dan jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa.

    Rasulullah saw adalah sosok yang tidak ingin memberatkan umatnya. Bila terkait perkara yang sunnah beliau lebih sering mencontohkan dan tidak melakukannya setiap hari, karena khawatir dipandangan wajib bagi umat. Sebagaimana halnya dengan shalat qiyam Ramadhan, Rasul beberapa hari shalat di masjid dan melakukan secara berjamaah dengan para sahabat, tapi setelah beberapa hari Rasul tidak melakukannya di masjid, karena takut dipandang wajib. Tapi beliau melakukannya, bahkan shalat tahajud bagi beliau adalah wajib. Sementara para sahabat tetap terus melakukan shalat yang selanjutnya dikenal dengan shalat tarawih itu, begitu pula kita melakukan shalat tarawih setiap hari di bulan Ramadhan.

    untuk memahami hadits yang menyebutkan Rasul saw tidak setiap hari shalat dhuha tentu tidak dipahami juga Rasul melarang umatnya melakukan secara dawam. Di antaranya hadits yang berbunyi, ketika Abdullah bin Syaqiq bertanya kepada Aisyah ra, “Apakah Rasulullah saw melaksanakan shalat dhuha?” Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali jika beliau pulang dari berpergian.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini dapat dipahami, Rasul tidak melakukan setiap hari karena khawatir menjadi beban dan dianggap wajib oleh umatnya. Terlebih justru ada beberapa hadits yang menyatakan motivasi untuk mendawamkannya, seperti hadits yang berbunyi, “Siapa yang dapat melaksanakan shalat dhuha dengan kontiniu, niscaya akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu layaknya sebanyak buih lautan.” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits yang lain ditegaskan, “Tidaklah menjaga shalat dhuha, kecuali orang yang banyak bertaubat kepada Allah (al-awwabin).” (HR. al-Hakim )

    27 Februari 2016 pukul 09.41  

    Shalat Dhuha merupakan shalat sunnah mu’akkadah, seperti shalat sunnah Fajar, shalat rawatib, ibadah qurban, aqiqah, dan lainnya. Ia bukan wajib atau fardhu. Karena ia berkonotasi hukum sunnah, maka pemahaman kita adalah, jika dilakukan mendapatkan pahala yang agung dan jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa.

    Rasulullah saw adalah sosok yang tidak ingin memberatkan umatnya. Bila terkait perkara yang sunnah beliau lebih sering mencontohkan dan tidak melakukannya setiap hari, karena khawatir dipandangan wajib bagi umat. Sebagaimana halnya dengan shalat qiyam Ramadhan, Rasul beberapa hari shalat di masjid dan melakukan secara berjamaah dengan para sahabat, tapi setelah beberapa hari Rasul tidak melakukannya di masjid, karena takut dipandang wajib. Tapi beliau melakukannya, bahkan shalat tahajud bagi beliau adalah wajib. Sementara para sahabat tetap terus melakukan shalat yang selanjutnya dikenal dengan shalat tarawih itu, begitu pula kita melakukan shalat tarawih setiap hari di bulan Ramadhan.

    untuk memahami hadits yang menyebutkan Rasul saw tidak setiap hari shalat dhuha tentu tidak dipahami juga Rasul melarang umatnya melakukan secara dawam. Di antaranya hadits yang berbunyi, ketika Abdullah bin Syaqiq bertanya kepada Aisyah ra, “Apakah Rasulullah saw melaksanakan shalat dhuha?” Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali jika beliau pulang dari berpergian.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini dapat dipahami, Rasul tidak melakukan setiap hari karena khawatir menjadi beban dan dianggap wajib oleh umatnya. Terlebih justru ada beberapa hadits yang menyatakan motivasi untuk mendawamkannya, seperti hadits yang berbunyi, “Siapa yang dapat melaksanakan shalat dhuha dengan kontiniu, niscaya akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu layaknya sebanyak buih lautan.” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits yang lain ditegaskan, “Tidaklah menjaga shalat dhuha, kecuali orang yang banyak bertaubat kepada Allah (al-awwabin).” (HR. al-Hakim )

    27 Februari 2016 pukul 09.42  

    apakah anda syiah sehingga mengatakan abu hurairah berdusta


    10 April 2016 pukul 07.32  

    Rasul khawatir?
    Bgmana anda bisa MEMASTIKAN bahwa Rasul khawatir?
    Apakah ada riwayat dimana Rasul saaw bersabda, "Aku tidak melakukan sholat sunnah di waktu dhuha secara kontinyu krn aku khawatir kalian menganggapnya itu wajib". Ada??
    Kedua, pembelaan yg dipaksakan ini semakin memperjelas kontradiksinya, di satu sisi Rasul tidk ingin itu dianggap wajib, yg anehnya itu tidk disampaikan secara jelas, di sisi lain beliau ingin sahabatnya mendawamkannya.
    Bgmana memahaminya??

    27 Agustus 2016 pukul 15.29  

    Apakah anda zindiq sehingga lebih rela nabi Ibrahim as dituduh berdusta ketimbang nabi anda Hurairah??

    27 Agustus 2016 pukul 15.32  

    Rasul khawatir?
    Bgmana anda bisa MEMASTIKAN bahwa Rasul khawatir?
    Apakah ada riwayat dimana Rasul saaw bersabda, "Aku tidak melakukan sholat sunnah di waktu dhuha secara kontinyu krn aku khawatir kalian menganggapnya itu wajib". Ada??
    Kedua, pembelaan yg dipaksakan ini semakin memperjelas kontradiksinya, di satu sisi Rasul tidk ingin itu dianggap wajib, yg anehnya itu tidk disampaikan secara jelas, di sisi lain beliau ingin sahabatnya mendawamkannya.
    Bgmana memahaminya??

    28 Agustus 2016 pukul 13.13  

    Kp.ga ngerti syiah jangan asal ngomong.. saya sendiri jg harus belajar ke mesir.. kl.kamu sdh belajar gak asal ngomong.

    4 Juni 2022 pukul 05.08  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler