earth

Guestbook

/* Iklan google ads */

Syiah Sesat? Ini Kata Ustadz Kampung (Bagian V)

Tak kenal maka tak sayang. Barangkali pepatah itu sangat cocok diterapkan pada kita ketika dihadapkan dengan Syiah. Akibat ketidakkenalan (ketidaktahuan) kita terhadap Syiah telah menumbuhkan prasangka buruk yang beurujung kebencian. Kita menuding ini dan itu pada mereka, padahal kita tidak tahu apakah tudingan-tudingan tersebut benar atau tidak. Bahkan dengan mudahnya kita mengkafirkan mereka tanpa ada bukti yang kuat bahwa mereka benar-benar kafir. Seakan kita lupa pada sabda Nabi yang melarang kita mengkafirkan orang lain karena tuduhan kafir itu bisa berbalik kepada kita sendiri jika tuduhan tersebut tidak benar.

Tak kenal maka tak sayang. Namun sayangnya kita sering sudah merasa kenal padahal baru melihat punggungnya. Kita sudah merasa kenal padahal belum melihat mata, alis, hidung, mulut, dada, perut dan kakinya. Kita sudah merasa kenal padahal sama sekali belum pernah berkenalan dengannya. Lebih parah lagi, kita sudah merasa kenal padahal hanya tahu dari orang-orang yang membencinya.

Dari dialog-dialog ini, juga dialog-dialog sebelumnya, mudah-mudahan bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk lebih mengenal saudara-saudara kita, penganut Syiah. Siapa tahu nantinya bisa membuat kita saling menyayangi karena sudah sama-sama mengenali satu sama lain. Amiin...

Saya : Ada lagi nih, ustadz. Bagaimana tanggapan ustadz mengenai 12 Imam, apakah di Sunni juga ada keharusan meyakini 12 Imam ini?

Ustadz : Ada. Bahkan hampir semua kita-kitab hadits memuat masalah 12 Imam ini, baik Shahih Buhkari-Muslim, Sunan Turmudzi, Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad, dll. Hanya saja kalangan Sunni berbeda pendapat ketika menyebutkan siapa saja yang termasuk kedalam 12 Imam ini. Bahkan ada beberapa ulama yang memasukkan nama Muawiyah dan Yazid kedalamnya. Padahal kita tahu bagaimana sepak terjang bapak dan anak ini. Dan hal ini pun dipertanyakan oleh ulama lain.
Berbeda dengan Syiah. Di kalangan Syiah, masalah 12 Imam ini sangat jelas karena semuanya berasal dari keturunan ahlul bait, yang dimulai dari 'Ali, Hasan, Husain, hingga Imam Mahdi. Meskipun ada sedikit perbedaan dalam penyebutan nama-nama Imam antara aliran Itsna Asy'ariyah, Zaidiyah dan Ismailiyah, namun semuanya masih berasal dari keturunan ahlul bait.

Saya : Ooo... begitu toh? Menurut ustadz sendiri siapa saja yang termasuk kedalam 12 Imam itu?

Ustadz : Wah... bingung juga harus menjawabnya bagaimana karena para ulama Sunni sendiri masih berselisih faham hingga sekarang, akibatnya permasalahan ini menguap begitu saja tanpa kejelasan. Tapi kalaupun harus memilih, saya lebih cenderung memilih pendapat ulama yang tidak mencantumkan Mu'awiyah dan Yazid, mengingat perbuatannya terhadap cucu-cucu Nabi. Namun sayangnya, yang tidak mencantumkan Mu'awiyah dan Yazid itupun tidak jelas mengenai nama-nama Imamnya, kecuali nama-nama Khulafah Ar-Rasyidin. Jadi untuk masalah ini, saya sendiri masih bingung, belum menemukan jawaban yang memuaskan.

Saya : Lho, kok begitu ustadz? Bukankah ada hadits yang mengatakan bahwa kita harus mengenal Imam zamannya supaya mati kita tidak dalam keadaan jahiliyah?

Ustadz : Hadits mengenai hal itu banyak dan dianggap shahih oleh semua madzhab. Hanya saja penafsiran terhadap hadits-hadits itu masih berbeda-beda. Jadi buat saya, terserah masing-masing pribadi saja, mau mengikuti pendapat ulama yang mana. Toh, kalaupun mengikuti pendapat ulama Syiah juga kan gak salah.

Saya : Ooo... begitu. Jadi bingung juga nih. Tapi ustadz, bukankah tidak boleh mencampurkan pendapat beberapa madzhab?

Ustadz : Setahu saya, boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu mencampurkan madzhab atau talfiq dalam masalah fiqih. Itupun hanya untuk satu masalah fiqih yang sama. Kalau masalahnya berbeda, boleh-boleh saja.

Saya : Masih bingung nih. Maksud masalah fiqih yang sama itu bagaimana, ustadz?

Ustadz : Misalnya dalam masalah batal wudhu. Ketika bersentuhan dengan perempuan, kamu menggunakan madzhab Hanafi tapi ketika berdarah kamu menggunakan madzhab Syafi'i, agar wudhu kamu tidak batal. Nah, menurut ulama ahli fiqih, talfiq seperti inilah yang tidak dibolehkan karena hanya memilih pendapat yang enak dan ringan saja. Soalnya menurut madzhab Hanafi, mengeluarkan darah itu bisa membatalkan wudhu, sedangkan bersentuhan dengan perempuan tidak. Sebaliknya, menurut madzhab Syafi'i, bersentuhan dengan perempuan bisa membatalkan wudhu, sedangkan mengeluarkan darah tidak membatalkan.

Saya : Ooo... begitu. Kembali ke masalah Syiah lagi. Bagaimana tanggapan ustadz terhadap buku "Mengapa Saya Keluar Dari Syiah"?

Ustadz : Ooo... buku yang itu, yang isinya menjelek-jelekan Syiah bukan? Belum membaca pun saya sudah langsung tidak percaya.

Saya : Lho, kok gitu ustadz? Bagaimana bisa langsung tidak percaya, kan ustadz belum membacanya?

Ustadz : Ya... karena pengalaman saja. Dulu sewaktu masih SMP, semua santri diberi tiga buah buku bacaan, bantuan dari Arab Saudi. Konon buku-buku itu pun dibagikan juga kepada santri-santri di pesantren-pesantren lain. Semua buku itu isinya menjelek-jelekan Syiah. Salah satu yang saya ingat adalah buku karangan Muhammad Abdul Sattar. Dalam buku itu ada ayat-ayat Al-Qur'an yang dipelintir, salah satunya ayat 159 dari surat Al-An’aam yang diterjemahkan begini: "Dan orang-orang yang mencerai-beraikan agama mereka adalah orang-orang sesat dan tergelincir (Syiah), kamu tidaklah sama dengan mereka itu". (QS, 6:159)
Ini kan mengada-ngada. Masa kalimat "wakaanu syiyaa-an" diartikan dengan "adalah orang-orang sesat dan tergelincir (Syiah)" padahal arti sebenarnya "dan mereka menjadi beberapa golongan". Apa karena kata "syiyaa-an" mirip dengan kata "Syiah" sehingga mereka mau membodohi umat?
Begitupun kalimat "lasta minhum fi syayii", diartikan menjadi "kamu tidaklah sama dengan mereka itu", padahal seharusnya diartikan "tidaklah ada tanggung jawabmu terhadap mereka sedikitpun".
Benar-benar fitnah keji. Padahal tanpa ngerti Bahasa Arab pun, kita akan tahu bahwa terjemahan tersebut ngawur, soalnya Al-Qur'an kan diturunkan pada saat Nabi masih hidup sedangkan Syiah ada setelah Nabi wafat. Jadi mana mungkin ayat tersebut menunjuk kepada Syiah?
Firman Allah saja sudah berani diputarbalikkan, apalagi yang lainnya. Dari situlah saya tidak percaya lagi dengan buku-buku fitnah seperti itu. Tapi kalau kamu penasaran, baca saja tanggapan terhadap buku tersebut dari seorang dosen IAIN Medan. Disitu dibongkar habis kebohongan-kebohongan buku tersebut, termasuk kebohongan penulisnya.

Saya : Ooo... begitu toh? Insya Allah nanti saya cari.
Saya masih penasaran dengan Al-Qur’an Syiah, ustadz. Katanya Al-Qur'an-nya berbeda dengan Al-Qur'an kita. Apa benar begitu, ustadz?

Ustadz : Nah... kalau yang ini bener. Al-Qur'an-nya memang beda. Al-Qur’an Syiah dicetak di Iran, Al-Qur’an kita dicetak di Indonesia. Selain itu, kata orang yang pernah membeli Al-Qur’an di Iran, Al-Qur’an Syiah itu lebih bagus, baik dari segi kualitas kertas maupun ornamen-ornamen yang membingkainya. Sedangkan Al-Qur’an kita kan banyak yang dicetak dengan kertas buram dan sampulnya hanya karton murahan. Beda sekali kan? Hehehe...

Saya : Ah, ustadz mah suka bercanda. Maksud saya isinya ustadz... Apa betul isi Al-Qur’an Syiah berbeda dengan isi Al-Qur’an kita karena dari informasi yang saya dengar, isinya berbeda.

Ustadz : Yang ngomong begitu pasti tidak pernah membaca Al-Qur’an. Atau kalaupun membacanya tapi kafir terhadap isinya.

Saya : Maksud ustadz?

Ustadz : Ya... kalau ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu beda, itu sama saja dengan menganggap bahwa Allah itu penipu dan ingkar janji. Jika menganggap Allah seperti itu berarti ia telah kafir. Na'udzubillahi min dzalik.

Saya : Aduh... makin bingung nih ustadz...

Ustadz : Coba kamu baca surat Al-Hijr ayat 9. Disitu kan Allah berfirman: "Sesungguhnya kami yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) maka kami pulalah yang akan menjaganya". Itu janji Allah. Maka pasti Allah pun tidak akan tinggal diam dan membiarkan terjadinya perbedaan isi Al-Qur’an, sekalipun hanya satu huruf. Bisa dibayangkan jika Al-Qur’an Syiah itu berbeda dengan Al-Qur’an Sunni, pastilah seluruh umat Islam di dunia akan memprotes hal itu. Bahkan negara-negara Islam pun pasti tidak akan tinggal diam. Jadi jelas berita ini hanya omong kosong dan fitnah.

Saya : Tapi katanya Syiah itu memiliki mushaf Fatimah yang ayatnya lebih banyak dari ayat Al-Qur’an pada umumnya, bagaimana menurut ustadz?

Ustadz : Baru katanya kan? Lucunya, yang ngomong tentang mushaf Fatimah itupun baru katanya dari orang lain, dan orang lain itupun baru katanya dari orang lain yang lain. Terus saja begitu, tapi tak ada satu orang pun yang bisa menunjukkan bukti bahwa mushaf Fatimah itu benar-benar ada dan digunakan oleh orang-orang Syiah sebagai Al-Qur’an mereka. Malah dari informasi yang saya dengar, mushaf Fatimah itu hanya kumpulan hadits, bukan Qur’an. Tapi apa pun itu, saya hanya percaya pada janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 tadi.

Saya : Satu lagi ustadz. Bagaimana tanggapan ustadz mengenai buku Al-Kafi, yang konon di dalamnya terdapat pernyataan yang mengkafirkan Abu Bakar dan 'Umar, dan menghina Siti 'Aisyah?

Ustadz : Astagfirullah... kenapa sih orang-orang ini begitu membenci Syiah? Baru satu dua buku yang "nyeleneh" saja hebohnya minta ampun, padahal ada ratusan bahkan ribuah buku karya para ulama dan intelektual Syiah yang lebih bermanfaat yang bisa kita gali. Kenapa tidak mengkaji konsep raushan fikr-nya Ali Syariati, filsafat perenialnya Hosen Nasr, filsafat ilmunya Baqir Shadr, filsafat dan sosiologinya Murthada Muthahari, Wilayah Al-Faqih-nya Iran, kemandirin IPTEK-nya Iran, atau Konstitusi Iran menyangkut masalah perempuan, dll.? Itu kan lebih bermanfaat daripada sekedar mencari-cari kesalahan Syiah dari buku-buku jadul yang ditulis ratusan tahun lalu? Sikap-sikap seperti inilah yang membuat bangsa kita susah untuk maju, kalah jauh dari Iran yang mayoritas penduduknya Syiah.
Kalau mengenai pendapat-pendapat "nyeleneh" atau hadits-hadits "aneh" di Sunni pun banyak. Tapi, apa orang-orang Syiah menghina dan mengkafirkan kita karena adanya pendapat-pendapat dan hadits-hadits aneh itu? Saya kira mereka tidak pernah ambil pusing. Kita saja yang selalu sibuk mengurusi mereka seolah-olah kita-lah yang pasti masuk syurga.
Nilai ijazah saja dapet nyontek, kerja pun dapet nyogok, sudah merasa paling benar. Kapan majunya bangsa ini?

Saya : Ah, ustadz mah suka nyindir, hehehe... Saya cuma pingin tahu saja tanggapan ustadz, karena biasanya ustadz suka memiliki pandangan yang berbeda dan lebih terbuka.

Ustadz : Terus terang saya belum tahu isi kitab Al-Kafi karya Al-Kulaini itu makanya tidak tahu juga apakah benar ada pernyataan seperti itu atau tidak. Tapi kalaupun benar, saya akan balik bertanya, bagaimana pendapat kamu tentang orang yang mengingkari firman Allah dan melanggar perintah Nabi?

Saya : Tentunya orang tersebut sudah kafir, ustadz.

Ustadz : Nah, kalau begitu, apa salahnya jika memang ada pernyataan Al-Kulaini yang mengkafirkan Abu Bakar dan 'Umar?

Saya : Maksud ustadz?

Ustadz : Jika mengacu pada pidato Ghadir Khum, Al-Maidah ayat 55, dan perintah Nabi kepada pasukan Usamah supaya tidak kembali ke Madidah sebelum perang usai, seperti yang sudah saya ceritakan kemarin, jelas Abu Bakar, 'Umar, Utsman dan shahabat lainnya telah melanggar perintah Allah dan RasulNya. Karena itulah, barangkali, Al-Kulaini mengkafirkan Abu Bakar dan 'Umar. Jika melihat dari sudut pandang ini, pernyataan atau pendapat Al-Kulaini itu tidak bisa dikatakan salah. Kita saja yang menganggapnya salah karena melihatnya dari sudut pandang berbeda.
Dan mengenai Siti 'Aisyah, kita tahu bagaimana peran beliau dalam Perang Jamal. Jadi wajar saja jika Al-Kulaini tidak menyukai beliau. Selain itu Al-Kulaini kan ahli hadits, mungkin saja beliau menemukan hadits-hadits yang menghina 'Aisyah. Dalam Shahih Bukhari-Muslim juga ada hadits seperti itu, yang menyebutkan bahwa Rasulullah menunjuk rumah 'Aisyah, kemudian beliau mengatakan, "Di situlah fitnah! (diulang 3 kali) dimana tanduk syetan akan muncul". Nah, apakah hadits seperti ini bukan suatu penghinaan? Jika kita memandangnya dari posisi Siti 'Aisyah sebagai istri Nabi dan ummul mu'minun, jelas hadits ini merupakan penghinaan. Tapi jika dilihat dari sisi kenabian, justru hadits ini menunjukkan mukjizat kenabian, dimana beliau mampu menerawang kejadian di masa depan dan sudah mengetahui akan terjadinya fitnatulkubro yang ditimbukan oleh ulah Siti 'Aisyah.
Jadi, untuk menyikapi hal-hal seperti ini, kita harus melihatnya dari berbagai aspek sehingga bisa bersikap bijak dalam menanggapinya.

Saya : Iya, ustadz... Yang jadi masalah, mungkin karena dijadikan rujukan oleh orang-orang Syiah sehingga dikhawatirkan mereka pun jadi ikut-ikutan mengkafirkan?

Ustadz : Apa semua orang Syiah akan sebodoh itu dan mau menerima begitu saja semua pendapat Al-Kulaini, yang hidup ratusan tahun lalu? Saya kira tidak. Kita juga tidak ikut-ikutan menghina dan mengkafirkan Ibnu Sina dan Al-Farabi seperti Al-Ghazali mengkafirkan mereka, padahal karya-karya Al-Ghazali kita baca dan dijadikan rujukan.

Saya : Terakhir, ustadz. Bagaimana tanggapan ustadz terhadap tuduhan yang mengatakan bahwa Ahmadinejad turunan Yahudi?

Ustadz : Wah, bagus itu. Berarti masih keturunan Nabi Yakub. Pantas saja beliau juhud dan shaleh. Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Isa juga keturunan Yahudi kok. Bahkan hasil penelitian genetik baru-baru ini, ternyata dr. OZ juga masih keturunan Yahudi. Terus, apanya yang salah kalau Ahmadinejad turunan Yahudi? Saya juga masih keturunan penganut animisme kok, karena kalau dilihat dari silsilah keluarga masih ada darah Pajajaran. Tapi gak jadi masalah kan? Konyol saja kalau orang masih ngeributin masalah beginian.

Saya : Mungkin selain keturunan Yahudi tapi juga dulunya beragama Yahudi, ustadz...

Ustadz : Itu sih ngarang... Tapi kalaupun benar, apa salahnya kalau beliau mu’alaf? Kita saja bangga dengan Cat Stevens, Leopold Weiss, Roger Garaudy, dan mu’alaf-mu’alaf lainnya yang berprestasi.
Heran saya, para pembenci Syiah ini paranoidnya minta ampun, sampai-sampai masalah yang beginian saja dibikin heboh.
Sudahlah kita tidak perlu mencari-cari kejelekan orang lain, apalagi sampai mengkafirkan segala. Ingat sabda Nabi: "seseorang yang menuduh orang lain kafir maka kekafiran itu akan kembali kepada dirinya jika ternyata tuduhannya itu tidak benar".
Masih banyak PR yang harus kita kerjakan. Perbaiki saja diri sendiri dan keluarga. Jangan ngurusin keyakinan orang lain. Apa kita yakin bahwa kita sudah benar dan dijamin masuk syurga? Ingat saja firman Allah dalam surat Al-Hujarat ayat 11: "Janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain karena boleh jadi yang dihina itu lebih baik daripada yang menghina".
Musuh kita sebenarnya bukanlah Syiah, Kristen, Budha, Hindu, Konghuchu, atau Yahudi. Musuh kita itu Zionis, titik!

Saya : Mungkin fitnah-fitnah ini juga ulahnya Zionis dan sekutunya, ustadz, untuk memecah-belah umat Islam.

Ustadz : Ya... siapa lagi kalau bukan ulah mereka? Kita tahu bagaimana sikap keras Iran dan Suriah terhadap Zionisme Israel. Tentu saja hal ini membuat mereka tidak nyenyak tidur. Karena itulah mereka membuat fitnah-fitnah terhadap Syiah agar umat Islam Sunni, yang merupakan mayoritas di dunia, terprovokasi dan akhirnya menyerang Syiah yang terkonsentrasi di Iran, Irak dan Suriah. Jika ini terwujud maka mereka tidak perlu repot-repot untuk menyerang Iran dan Suriah, cukup menjadi penonton saja karena umat Islam sendiri yang nantinya akan saling bunuh satu sama lain. Dan jika kedua negara ini hancur maka akan amanlah negara Zionis Israel. Selain itu mereka pun akhirnya dapat mengatur perekonomian dunia seenaknya karena Selat Hormuz, sebagai jalur distribusi migas dunia yang selama ini di bawah kendali Iran, akhirnya bisa mereka kuasai. Begitupun dengan Suriah, yang merupakan titik simpul Jalur Sutra, bisa mereka kendalikan.
Gak jauh beda dengan ketika mereka mengobok-obok Afghanistan. Tahunya disana ada tambang bernilai USD 1 triliun.
Yang paling enak? Siapa lagi kalau bukan sekutu-sekutu mereka yang ada di kawasan Timur Tengah.
Hebat kan strateginya? Kita saja yang terlalu bodoh untuk membaca peta masalah sehingga tidak bisa melihat agenda tersembunyi di balik fitnah-fitnah tersebut.
Na'udzubillah... Semoga saja hal itu tidak terjadi dan umat Islam sadar sehingga tidak turut serta dalam permainan mereka. Amin...

Saya : Amin... Tapi ustadz, katannya justru Iran yang menjadi sekutunya Amerika dan Zionis Israel, terbukti bahwa mereka hanya sesumbar saja mau saling menyerang tapi tidak terbukti sampai sekarang. Bagaimana menurut ustadz?

Ustadz : Ya, begitulah kalau orang sudah terkena penyakit summun bukmun umyun (QS, 2:18) pasti susah untuk bisa melihat dan menganalisa. Apalagi jika kebencian sudah mendarah daging, pasti susah untuk bisa menerima kenyataan bahwa Iran-lah musuh terbesar Amerika dan Zionis Israel sejak revolusinya tahun 1977 hingga sekarang. Kalau Iran adalah sekutu mereka, kenapa Iran diembargo puluhan tahun? Kenapa Amerika dan Israel tidak membuka kantor kedutaannya di Iran? Kenapa Iran selalu menjadi sasaran serangan cyber Amerika dan Israel? Kenapa ahli-ahli nuklir Iran dibunuhi Mossad? Kenapa Iran selalu dituding tengah mengembangkan senjata nuklir, sementara Korea Utara yang jelas-jelas sudah menguji-coba senjata nuklir dibiarkan?
Jadi, sudahlah. Biarkan saja orang-orang yang summun bukmun umyun itu, toh dikasih penjelasan secanggih apapun mereka tidak akan pernah bisa mengerti. Maklum "fii quluubihim maradhun fazaadahumullahu maradhaa" (QS, 2:10). Biarkan saja...
Tapi kalau kamu penasaran dan ingin tahu kenapa Iran tidak menyerang Israel, atau sebaliknya, kamu bisa membaca analisa Dina Y. Sulaeman, seorang pakar Hubungan Internasional yang pernah tinggal lama di Iran. Cari saja di internet, pasti ketemu. Untuk masalah Hubungan Internasional seperti ini saya kurang faham.

Saya : Aduh... Terima kasih, ustadz, atas pencerahannya. Sangat bermanfaat sekali. Mudah-mudahan saja umat Islam sadar dan tidak lagi saling hujat atau mengkafirkan satu sama lain, tetapi terus menjaga tali ukhuwah. Amin...

Ustadz : Amin Ya Allah Ya Rabbal 'Alamiin...


Wallahu a'lam...

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS, 49,6)
Bahasan Dialog Seputar Syiah:
  1. Syiah = NU + Imamah, Tradisi Syiah di Indonesia
  2. Taqiyah, Abdullah bin Saba, Saqifah, Khilafah, 'Umar, Abu Bakar
  3. Utsman, Mu'awiyah, 'Aisyah, Thulaqa, Fitnatulkubro, Ahlul Bait
  4. Nikah Mut'ah, Abu Hurairah, Hadits-hadits Janggal, Shalat Jama'
  5. 12 Imam, Talfiq, Al-Qur'an Syiah, Kitab Al-Kafi, Strategi Zionis

  • Artikel Terkait Dengan Agama

    Terimakasih sudah membaca artikel SC Community's Blog

    14 komentar

    Musuh kita sebenarnya bukanlah Syiah, Kristen, Budha, Hindu, Konghuchu, atau Yahudi. Musuh kita itu Zionis, titik!
    Bersatulah muslim!!!

    6 Oktober 2013 pukul 16.50  

    @Pasti RobbiantoSatujuuuu....
    Mari pererat tali ukhuwah di antara kita.
    Sunni-Syiah berdampingan, kayaknya nyaman pisan

    7 Oktober 2013 pukul 20.20  

    Syiah? Wah, Saya tidak mau komen, mas.

    8 Oktober 2013 pukul 09.55  

    alhamdulillah dengan adanya percakapan ini
    pikiran saya jadi terbuka lagi tentang syiah
    mudah2an ga ada lagi perselisihan antara umat muslim

    8 Oktober 2013 pukul 17.04  

    Ane pernah nanya sama mak ane: "mak, kita tuh islam suni apa Islam syiah" mak ane cuma jawab "kita tuh Islam yang rosulnya Muhammad SAW dan Tuhannya Allah SWT, kita di suruh menjauhi larangan allah dan mematuhi perintah allah, klo kamu ƍäª tau apa yang di perin tahkan-Nya dan apa yang di larang-Nya baca alquran,
    Sekarang ane mau nanya kira2 ane syiah apa suni?
    THANKS. Bro artikelnya bagus!

    15 Oktober 2013 pukul 19.43  

    wah, saya ketemu dengan orang baik ni. alhamdulillah. bagus mas tulisannya. Islam itu satu kok, gak perlu bermusuhan. gak perlu terpengaruh oleh isu-isu yang bikin panas. trimakasih,,,

    6 Desember 2013 pukul 01.35  

    Mas seharus nya tanyakan juga tuh ama ustadz nya tentang tata cara sholat syiah yg mana imam nya dalam memimpin sholat berada dalam tanah yang di gali berbentuk persegi gitu emang ada dalam islam seperti itu di ajarkan ato di contohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW satu lagi mengenai mencambuk diri sendiri dan sholat menghadap kuburan emang ada ya dalam isalam di ajarkan seperti itu ???? itu aja penasan saya apa tanggapan ustadz anda maaf sebelom na saya bukan orang yang anti syiah hanya ingin tau saja buat tambah pengetahuan aja

    11 Desember 2013 pukul 05.52  

    bener gan, ane juga stuju banget sama ente semua.

    7 April 2016 pukul 11.25  

    Tambahkan Komentar

    • Dimohon untuk tidak mencantumkan link aktif pada komentar sobat.
    • Gunakan Ruang Tanya pada TabView Menu, jika ingin menanyakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas.
    Kang eNeS

    Terimakasih atas semua apresiasi yang sobat berikan.

    10 Artikel Terbaru

    10 Artikel Terpopuler